Sejarah Kesultanan Islam Mataram (Kerajaan Islam Mataram) dari Senopati sampai PakuBuwono Ketiga/ History of Islam Sultanate of Mataram (Mataram Islamic kingdom) of Senopati to Paku Buwono Third FOR GENERAL HISTORY


Sejarah Kesultanan Islam Mataram (Kerajaan Islam Mataram) dari Senopati sampai PakuBuwono Ketiga

(Sumber: Buku Sejarah 1 untuk Sekolah Menengah Pertama)




(Raja di Kesutalan Islam Mataram)

A) Masa Pemerintahan Sultan Senopati atau Sutawijaya

Pada masa mudanya Kyai Gede Pamanahan adalah kepala barisan pengawal Sultan Adiwijaya (Kesultanan Pajang). Pada peperangan dengan Kesultanan Demak Bintaro, Kyai Gede Pamanahan sangat berjasa, ia berhasil menewaskan Arya Penangsang. Sebagai penghargaan atas jasanya itu, Kyai Gede Pamanahan diangkat menjadi Bupati di Mataram yang berkedudukan di Kota Gede atau Pasar Gede (sekarang: dekat Yogyakarta). Putera Kyai Gede Pamanahan bernama Sutawijaya, ia mendapatkan pendidikan di Keraton bersama dengan putera mahkota bernama Pangeran Bawana. Kemudian Sutawijaya diangkat menjadi kepala barisan pengawal Sultan Adiwijaya. Ketika Kyai Gede Pamanahan meninggal (15750, Sutawijaya diangkat sebagai penggatinya.

                Cita-cita Sutawijaya ialah menjadikan Mataram suatu Negara yang paling berkuasa di Jawa. Mula diperkuatnya pertahanan ibukotanya, yaitu Kuto Gede. Kemudian diajaknya kepala daerah Kedu dan Bagelan memberontak terhadap Kesultanan Pajang. Sebagai tanda bahwa ia tidak lagi mengakui kekuasaan Kesultanan Pajang, ia tidak mau menghadiri perayaan Maulud di Keraton Pajang.

                Seorang iparnya yaitu Tumenggung Mayang, oleh Sultan Adiwijaya di buang ke Semarang. Hal ini berarti perang Sutawijaya bersama sekutunya melawan Kesultanan Pajang. Tentara Sutawijaya menang. Pada tahun 1582, Sultan Adiwijaya meninggal. Penggantinya bukanlah Pangeran Bawana sahabat karib Sutawijaya melainkan menantunya yaitu Arya Pangiri, cucu Sultan Trenggana, Pangeran Bawana diangkat menjadi Adipati daerah Jipang.

                Arya Pangiri menghadapi masa sulit, ia ditentang oleh dua orang yaitu Pangeran Bawana dari Jipang dan Sutawijaya dari Mataram.

                Peperangan tidak dapat dielakkan lagi, tentara Mataram memukul mundur pasukan Kesultanan Pajang, Arya Pangiri menyerah kalah.

                Lambang kebesaran Kerajaan Majapahit diangkut ke Mataram. Kekuasaan Kesultanan Pajang beralih dari tangan Arya Pangiri ke tangan Sutawijaya alias Senopati (1586).

                Resminya kekuasaan Kesultanan Pajang sudah beralih ke Mataram. Tetapi kenyataannya belum, sebab para bupati, tumenggung dan adipati yang dulu dibawah perintah Kesultanan Pajang, tidak mau mengakui kekuasaan Senopati, terutama daerah sebelah timur Kesultanan Mataram. Seperti Ponorogo dan Pasuruan. Dengan demikian sebagian besar masa pemerintah, Senopati dipakai untuk berperang, untuk menaklukan daerah itu dan menindas pemberotakan di daerah lainnya.

                Ternyata Senopati cukup kuat, ia berhasil mengatasi segala rintangan yang menghalangi cita-citanya.

                Ketika ia meninggal (1601), Jawa Tenga dan Jawa Timur telah dikuasainya oleh Kesultanan Mataram. Demikian juga sebagian Jawa Barat yaitu Cirebon dan Galuh sudah pula masuk daerah Senopati. Sebagai penggantinya MasJolang, yaitu salah seorang puteranya.


B) Masa Pemerintahan MasJolang

Setelah Senopati meninggal (1601), ia digantikan oleh puteranya, MasJolang namanya. Pada masa pemerintahannya, penuh dengan pemberontakan karena banyak bupati menganggap bahwa masa pergantian raja dipusat kerajaan merupakan kesempatan untuk memerdekakan diri.

                Yang paling berbahaya ialah pemberontakan bupati pesisir dan bupati di Jawa Timur yang dipimpin oleh bupati Surabaya.

                MasJolang terpaksa memerangi: daerah Ponorogo, Kertosono, Kediri, Wirosobo (Mojoagung). Pada tahun 1612, memerangi Gresik.

                Akibat peperangan yang terus menerus ini keadaan Kesultanan Islam Mataram sangat menyedihkan. Sawah terlantar, rakyat banyak yang mati kelaparan dan kena penyakit. MasJolang meninggal dunia pada tahun 1613.

C) Kesultanan Islam Mataram, masa pemerintahan SultanAgung

                Ia digantikan oleh puteranya yang bernama Raden MasRangsang. Yang kelak terkenal dengan gelar SultanAgung. Lengkapnya: Senopati Ing Alogo (berarti: Panglima Perang). Sayidin Panotogomo (berarti: Pemelihara agama) Kahlifatullah (berarti wakil Allah).

                Pada masa pemerintahan SultanAgung, juga penuh dengan peperangan yaitu:

Ø  Peperangan untuk menindas kaum pemberontak.

Ø  Peperangan untuk mengusir Belanda dari Batavia.

1) Penyerangan Kesultanan Mataram (Masa SultanAgung) ke Batavia

Ketika Belanda mengadakan kontak dengan Kesultanan Mataram, yang memerintahkan di Kesultanan adalah Sultan Agung (1613-1645), SultanAgung meminta kepada Belanda (VOC) agar:

Ø  Belanda mengakui kedaulatan Kesultanan Mataram,

Ø  Mengakui SultanAgung sebagai raja terbesar di Jawa,

Ø  Mengirimkan utusan kepada Kesultanan Mataram,

Ø  Belanda menyerahkan Karawang kepada Kesultanan Mataram.

Belanda tidak menanggapi permintaan SultanAgung tersebut dan hanya sanggup mengirim utusan ke Kesultanan Mataram. Menerima jawaban Belanda seperti itu, SultanAgung menjadi marah dan bertekad untuk mengusir Belanda dari  Jawa. Angkatan Perang Kesultanan Mataram disiapkan untuk menyerbu Batavia pada tahun 1628. Batavia di serang dari darat dan laut. Angkatan laut Kesultanan Mataram di pukul mundur. Demikian pula serangan dari darat yang dipimpin oleh Baurekso juga gagal. Baurekso sendiri gugur dalam peperangan tersebut. Serangan pertama gagal.

Serangan kedua, tahun 1629, segera dipersiapkan. Untuk menjamin bahan makanan tentara Kesultanan Mataram, di dirikan lumbung beras sepanjang jalan yang akan di lalui oleh tentara Kesultanan Mataram. Tetapi persiapan inipun gagal karena lumbung persediaan beras itu berhasil diketahui oleh Belanda dan dibakar habis. Sungguhpun demikian SultanAgung tetap memerintahkan untuk melanjutkan serangan dan tidak boleh mundur. Serangan kedua ini tidak kalah dahsyatnya dengan serangan pertama. Akan tetapi serangan kedua inipun gagal. Namun demikian, Jenderal J. P. Coen, Gubernur VOC di Batacia pada waktu itu tewas.

2) Perkembangan Kesultanan Mataram masa Pemerintahan Sultan Agung:

                Kerusuhan yang paling lama ialah pemberontakan di daerah Timur yang disebut “Bang Wetan”. Bupati pesisir seperti Lasem, Tuban, Gresik, Surabaya, Arosbaya (Madura), Sumenep (Madura), dan Pasuruhan, pada tahun 1615 juga bersekutu untuk melawan Mataram yang dipimpin oleh Bupati Surabaya. Tetapi tentara SultanAgung dapat menindas pemberontakan tersebut.

                Pada tahun 1616, Lasem direbut. Pada tahun 1624, serangan ke Madura dilancarkan. Mula tentara Kesultanan Islam Mataram mundur tetapi akhirnya Madura dapat dikalahkan dan dipersatukan dibawah pimpinan Pangeran Cakraningrat yang berkedudukan di Sampang. Pangeran Cakraningrat setia pada Kesultanan Islam Mataram dan sering mengunjungi Kesultanan Islam Mataram. Pada tahun 1625, Surabaya dapat ditaklukan. Dengan jatuhnya Surabaya maka jatuh pula seluruh daerah pesisir ke tangan Sultan Agung. Sultan Agung adalah raja seluruh Jawa kecuali Banten, Batavia, Karawang, dan Cirebon.

                Cirebon, Karawang, dan Batavia adalah daerah yang tunduk kepada Kesultanan Banten. Sultan Agung berusaha menanamkan pengaruhnya di Cirebon dan Karawang. Sedang Galu (Priangan) sudah ditaklukan pada masa Senopati dan MasJolang.

                Waktu meninggalknya Sultan Agung, Kesultanan Islam Mataram adalah kerajaan yang terbesar di Jawa sesudah Kerajaan Majapahit. Hampir seluruh Jawa dikuasainya dan pengaruhnya sampai di Palembang, Jambi, dan Banjarmasin.

D) Kesultanan Islam Mataram di bawah pemerintahan Sultan Amangkurat Pertama (Amangkurat I).

SultanAgung meninggal pada tahun 1645 dan jenazahnya di makamkan di Imogiri. Hampir seluruh Jawa telah dipersatukan bahkan kekuasaannya sampai ke Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Setelah ia wafat, makin berkuranglah kebesaran Kesultanan Mataram, SultanAgung di gantikan oleh puteranya yang kedua, Pangeran Aryo Prabu AdiMataram dengan gelar Sultan Amangkurat I (1645-1677) atau Sunan TegalWangi. Amangkurat Pertama bersikap otokratis dan menghendaki kekuasaan mutlak. Amangkurat Pertama adalah raja yang:

Ø  Kurang cakap dan kurang bijaksana,

Ø  Kejam terhadap rakyatnya dan kaum ulama yang tidak disukainya,

Ø  Sikapnya lemah terhadap Belanda (VOC)

Pada tahun 1646, Amangkurat Pertama menanda tangani perjanjian persahabatan dengan VOC. Perjanjian tersebut merupakan kontrak dan menurunkan kedudukan Kesultanan Mataram menjadi Negara yang tidak berdaulat lagi, isi perjanjian tersebut:

Ø  Orang Belanda akan mengirimkan utusan tiap tahun ke Kesultanan Mataram,

Ø  Mataram merdeka untuk berdagang kecuali di Ternate, Ambon, dan Banda. Dengna Banten, VOC telah mengadakan perdamaian pada tahun 1639.

Banten dan Bandar lainnya di pualu Jawa, makin sukar untuk berdagang dengan Maluku.

Pemberontakan Trunojoyo (Dari Madura)

Pemerintahan Amangkurat Pertama (1645-1677) di Kesultanan Mataram mendapat banyak tantangan, baik rakyatnya maupun bupati dan raja taklukannya.

                Golongan yang anti Amangkurat Pertama mendesak kepada putera Mahkota Adipati Anom supaya mengadakan perlawanan dan untuk itu dicarinya orang lain yang dapat dipercaya untuk menjalankan pemberontakan tersebut.

                Adipati Anom sendiri sanggup mengadakan pemberontakan dan untuk itu dicarinya orang lain yang dapat dipercaya untuk menjalankan pemberontakan tersebut.

                Dalam pada itu terjadilah perhubungan atau kontak, antara Adipati Anom dan Trunojoyo, putera Keraton Madura. Trunojoyo adalah seorang pangeran Madura, yang sudah kesal melihat Madura dipermainkan oleh pamannya yaitu Pangeran Cakraningrat Kedua. Pangeran Cakraningrat Kedua adalah bupati yang telah ditetapkan oleh SultanAgung untuk memerintah Madura, tetapi waktunya lebih banyak dipergunakan untuk bersenang-senang di Kesultanan Mataram.

                Madura diperas dan ditindas untuk memenuhi kebutuhan Karta (ibukota Kesultanan Mataram). Dalam kontak antara Trunojoyo dan Adipati Anom, Adipati Anom setuju dengan maksud pemberontakan Trunoyojo, asalkan ia tidak terbawa.

                Pada tahun 1674, Trunojoyo membebaskan Madura dari kekusaan Kesultanan Mataram. Pemberontakan terhadap Kesultanan Mataram di mulai, di Madura kemudian di pesisir utara Jawa. Trunojoyo mengaku sebagai keturunan Kerajaan Majapahit, karena itulah dia yang berhak atas Madura. Bupati Cakraningrat di enyah dari Madura dan Trunojoyo sebagai penggantinya.

                Pesisir Utara Jawa dibersihkan dari sisa tentara Kesultanan Mataram dan tinggal Jepara yang masih memihak Sultan Amangkurat Pertama. Dalam pemberontakan ini sangat besar bantuan rakyat Makasar kepada Trunojoyo, antara lain: Kraeng Galesung yang meninggalkan Makasar pada masa perang Makasar.

                Pemberontakan Trunojoyo ialah pemberontakan rakyat yang sudah tidak tahan terhadap penindasan Sultan Amangkurat Pertama. Adipati Anom melihat pemberontakan ini jauh lebih hebat dari yang diperkirakan semula, segera berbalik dan mengkianati Trunojoyo. Mendengar hal itu, Amangkurat Pertama dapat memberi ampun kepada anaknya, dan bermaksud mereka untuk meminta bantuan kepada VOC atau Belanda, untuk menyelamatkan takhta Kesultanan Mataram.

                Belanda, setelah mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh Sultan Amangkurat Pertama, segera mengirimkan bantuan ke Demong tetapi dapat ditangkis oleh Kraeng Galesung. Tetnara Belanda dan Kesultanan Mataram bersama-sama dapat dipukul mundur oleh Kraeng Galesung.

                Cornelis Speelman (yang memimpin tentara Belanda dalam perang Makasar) mencoba berunding dengna Trunojoyo tetapi tidak berhasil, tentara Trunojoyo sudah mendesak sampai ke Karta (Ibukota Kesultanan Mataram). Karta, ibukota Mataram dapat diduduki dan tanda kebesaran Keraton Mataram jatuh ke tangan musuh. Oleh Trunojoyo, benda-benda tersebut di bawa ke Kediri, pusat pemberontakan Trunojoyo. Sebelum Karta jatuh, Amangkurat Pertama sudah meninggalkan keratin dan mengembara dari desa ke desa, akhirnya sampai di TegalArum dekat Tegal. Di situlah Amangkurat Pertama meninggal, 1677, dan sebelum meninggal ditunjukknya Adipati Anom sebagai penggantinya, dengan gelar Amangkurat Kedua.

E) Kesultanan Mataram, masa pemerintahan Sultan Amangkurat II atau Adipati Anom

1) Perang Trunojoyo terus berlanjut

Amangkurat Kedua sadar bahwa Kesultanan Mataram dapat diperintahkan dengan bantuan Belanda. Bantuan VOC kepada Mataram (Sultan Amangkurat Kedua), di dahului oleh perjanjian yang merugikan Mataram, antara lain:

Ø  Semua pelabuhan di pesisir Utara Jawa dari Karawang sampai ke ujung Timur Jawa, di gadaikan ke VOC.

Ø  Pelabuhan tersebut dapat dikembalikan kepada susuhunan bila semua hutang (yang timbul karena VOC) sudah lunas dibayar,

Ø  Semua daerah sebelah barat garis Sungai Pamanukan hingga laut Kidul diakui termasuk kedaulatan VOC,

Ø  VOC memegang monopoli pemasukan kain dari India dan Persia di seluruh Kesultanan Mataram,

Ø  Kertasura diberi tentara pengawal oleh Belanda.

Setelah persyaratan tersebut diterima oleh Sultan Amangkurat Kedua, tentara Belanda mulai bergerak dibawah pimpinan Kapten Tack.

        Tentara Belanda bersama Kesultanan Mataram, terus menuju ke Kediri. Dengan susah payah tentara Sekutu ini dapat mendekati Kediri. Trunojoyo terdesak, Trunojoyo mempersatukan tentaranya dengan tentara Makasar di Bangil dan di situlah didirikan benteng yang kuat. Kraeng Galensung mempertahankan diri dekat Porong (Sidoarjo). Siasat itu dapat menahan Belanda yang datang dari Surabaya dan Kediri.

        Setelah bertahan lima minggu, benteng tersebut dapat dihancurkan oleh Belanda. Setelah Kraeng Galesung dapat dikalahkan serangan diteruskan ke benteng terakhir Trunojoyo di Bangil.

        Kekuatan Belanda bertambah dengan datangnya bantuan Aru Palaka. Belanda memperoleh kemenangan, Trunojoyo dapat meloloskan diri dan menyembunyikan diri di sebelah utara gunung Kelud. Pengejaran diteruskan oleh Kapten Jonker, yaitu tentara VOC dari Ambon. Karena kekurangan bahan makanan, Trunojoyo terpaksa menyerah kepada Kapten Jonker.

        Trunojoyo diserahkan kepada pemimpin VOC dan pimpinan VOC menyerahkan kepada Amangkurat Kedua. Trunojoyo dibunuh oleh Amangkurat Kedua dengan sebilah keris.

        Pangeran Giri yang mempertahankan daerah utara Surabaya juga dapat dihancurkan oleh Belanda.  Amangkurat Kedua dinobatkan sebagai Susuhunan dan menerima pusaka dan tanda kebesaran Kraton Mataram yang “dibelinya” dengan Negara Mataram sendiri.

        Untuk menyelamatkan kesultanan Mataram, Amangkurat Kedua memindahkan kratonnya ke Kartosura karena Pleret telah dinodai oleh kaum perusuh.

        Pada tahun 1679 adalah tahun yang sangat penting, karena alam tahun tersebut:

Ø  Kraeng Galesung bersama anak buahnya gugur dekat Porong (Sidoarjo),

Ø  Trunojoyo dibunuh oleh  Amangkurat II,

Ø  Pangeran Giri dihukum mati oleh Belanda,

Ø  Ibukota Kesultanan Mataram yang didirikan oleh SultanAgung ditinggalkan dan diganti dengan Kartasura.

Setelah perjuangan Trunojoyo, tidak lain dari pada mengulangi pengalaman SultanAgung yaitu karena persenjataan yang masih sederhana.

2) Perang UntungSurapati melawan VOC (Belanda)

                Surapati adalah pemimpin rakyat yang timbul dalam pertempuran dan surut dalam pertemuran. Ia mucnul dalam pertentangan dengan Belanda dan gugur pula dalam pemberontakan melawan Belanda.

                UntungSurapati adalah seorang putera bangsawan Bali yang tertangkap dalam perlawanan terhadap Belanda dan dijual sebagai budak belian di Batavia. Semula namanya Untung. Karena kecerdikannya akhirnya ia diserahi memimpin suatu pasukan dan kemudian diangkat menjadi letnan dalam tentara VOC yang sedang berperang di Banten. Ia diperintahkan untuk mengejar Pangeran Purbaya, putera Sultan Ageng yang telah meloloskan diri dari Banten.

                Pada tahun 1783, Pangeran Purbaya mengirimkan berita ke Batavia bahwa ia mau berdamai dengan VOC. Kepala pasukan VOC mengutus UntungSurapati pergi ke Cikalong untuk berunding dengan Pangeran Purbaya. Pemerintah VOC juga mengirimkan seorang utusan lain yaitu seorang opsir Belanda. Perutusan terakhir ini meminta supaya Pangeran Purbaya menyerahkan kersinya sebagai tanda takluk. UntungSurapati sebenarnya menentang tuntutan ini, karena seorang pangeran tidak layak berbuat demikian. UntungSurapati diperintahkan untuk kembali dan harus tunduk  pada perutusan itu.

                Perlakuan yang menghina ini membakar semangat UntungSurapati dan ia meninggalkan tempat itu bersama pasukannya.

                Cikalong diserang dan pasukan Belanda lari, Pangeran  Purbaya juga meninggalkan Cikalong tetapi beberapa hari kemudian ia menyerah kepada VOC.

                Serangan UntungSurapati terhadap Cikalong merupakan permulaan peperangan yang hebat melawan Belanda. UntungSurapati menjalankan perang gerilya tetapi karena yakin perjuangan yang ia jalankan secara sendirian tidak akan berhasil, maka ia ke Jawa Tengah untuk menggabungkan diri dengan Mataram, melalui Cirebon.

                Sesungguhnaya pada waktu itu Amangkurat Kedua, raja Mataram tengah bersengketa dengan Belanda karena ia tidak menepati perjanjian yang dipaksakan VOC terhadap Kesultanan Mataram. Amangkurat Kedua juga sedang berusaha melaporkan Kesultanan Mataram dari  penindasan Belanda. Tidaklah mengherankan kalau UntungSurapati diterima baik di Kesultanan Mataram, bahkan sering diundang ke Kraton Mataram. Di sana ia mendapatkan perlakuan baik dari Keluarga Sultan. Karena itu, Belanda mengirimkan pasukan dengan pimpinan Kapten Tack untuk meminta kepada Sunan Amangkurat Kedua (Sultan Amangkurat Kedua), supaya UntungSurapati diserahkan kepada Belanda. Tetapi pasukan Belanda dapat dihancurkan oleh UntungSurapati, Kapten Tack terbunuh.

3) Kesultanan UntungSurapati di Jawa Timur

                Setelah pertempuran di Jawa Tengah, UntungSurapati menuju ke Jawa Timur. UntungSurapati menduduki Pasuruan dan menetap di Pasuruan. Dari sana, disusunnya gerakan anti Belanda. Setelah Jawa Timur, antara lain: Blambangan, Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Malang, Kediri, taat kepada UntungSurapati. UntungSurapati memerintah daerah yang luas itu dengan gelar Wiranegara.

F) Kesultanan Mataram, di bawah pemerintahan Sultan Amangkurat III atau SunanMas

Keadaan di Mataram, pada tahun 1703, Sultan Amangkurat Kedua meninggal dan digantikan oleh puteranya yang bergelar Amangkurat Ketiga dan disebut Juga SunanMas. Di Kartasura terdapat dua golongan bangsawan bertentangan yaitu:

Ø  Golongan yang pro SunanMas, mereka anti Belanda dan bertekad untuk mengusir Belanda, dan

Ø  Golongan yang lain, ialah yang pro Belanda, dikepalai oleh Pangeran Puger, Pangeran Puger adalah saudara Amangkurat Kedua atau Paman dari Sultan Amangkurat Ketiga.

Karena politik Amangkurat Ketiga yang anti Belanda dank arena berusaha untuk membersihkan siapa yang menentang politiknya yang menyebabkan banyak bangsawan yang marah kepadanya. Pangeran Puger sendiri lari ke Semarang dan minta perlindungan kepada Belanda. Belanda sanggup memberi perlindungan dan bantuan untuk dapat menggantikan SunanMas (Amangkurat Ketiga), asal bersedia mendandatangani perjanjian dengan Belanda.

                Belanda tidak mengakui SunanMas (Amangkurat Ketiga), dengan pangeran Puger diadakan perundingan. Antara pangeran Puger dan Belanda diadakan suatu perjanjian yang ditanda tangani di Semarang:

Ø  Daerah Jawa sebelah Barat, Cilasari dan Citanduy di serahkan kepada Belanda,

Ø  Demikian juga daerah Madura Timur,

Ø  Bila Susuhunan menepati semua perjanjian dengan VOC, maka semua hutang Kesultanan Mataram dihapuskan,

Ø  Di Kartasura akan ditempatkan 200 orang tentara Belanda untuk menjaga keselamatan Sunan (Siasat Belanda untuk mengontrol Kesultanan Mataram)

Setelah perjanjian di Semarang, Belanda mengirimkan pasukan ke Kartasura untuk menaklukan SunanMas (Amangkurat Ketiga).

1) Peperangan UntungSurapati melawan VOC, SunanMas (Amangkurat III) melawan PakuBuwono Pertama (1704-1708)

Tentara Belanda di bantu oleh tentara Pangeran Puger mulai bergerak ke Kartasura untuk menaklukan SunanMas (Amangkurat III)). Perang ini merupakan perang saudara atu perang perebutan takhta (1704-1708). Untuk menangkis serangan besar itu, SunanMas memusatkan tentara Mataram di Ungaran, sejumlah 40.000 orang. Ternyata sebesar itu tidak bergerak karena panglimanya pro Pangeran Puger.

G) Kesultanan Mataram, dibawah pemerintahan PakuBuwono I.

                Pada tahun 1705, dengan kekuatan 400 orang tentara Puger dari Belanda berhasil menaklukan Kartasura. Pangeran Puger dinobatkan jadi Susuhunan Mataram dengan gelar PakuBuwono Pertama.

                SunanMas bersama pengikutnya meninggalkan Kartasura dan bergabung dengan UntungSurapati.

                Benteng UntungSurapati terdapat di Kediri, Bangil, dan Pasuruan sebagai pertahanan terakhir terdapat di Blambangan. Dalam pertempuran di Bangil, UntungSurapati menderta luka-luka sehingga tidak dapat lagi memimpin peperangan untuk seterusnya. Sebelum sampai di Pasuruan, UntungSurapati gugur dan dimakamkan di salah satu tempat dekat Pasuruan (1706).

                Perlawanan diteruskan oleh tiga orang puteranya. Tentara UntungSurapati akhirnya mundur ke daerah pegunungan Tengger, karena dikejar terus menerus oleh tentara Belanda, mereka terdesak ke sebelah selatan gunung Semeru, terus ke timur, dan masuk ke daerah Blambangan.

                Dalam kejar mengejar ini, ketika tentara Belanda yang dipimpin oleh Herman de Wilde itu akan masuk ke Pasuruan, mereka menemukan makam UntungSurapati. Jenazah UntungSurapati yang hampir setahun dalam kubur itu dikeluarkan, dihina, di injak-injak, kemudian di buang ke laut.

                Pertahanan putera UntungSurapati akhirnya dapat dipatahkan. Sesudah itu VOC berusaha menaklukan SunanMas dengan jalan yang licik dan halus. sunanMas dihubungi dan kepadanya di janjikan:

Ø  Perlakuan yang baik,

Ø  Bahwa akan ditanggung keselamatannya keselataman bila SunanMas datang ke Batavia.

SunanMas (Amangkurat Ketiga) menghentikan semua perlawanan dan ia pergi ke Batavia. Setibanya di Batavia, SunanMas ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Srilanka) pada tahun 1708.

Daerah Pulau Jawa yang dirampas Belanda pada tahun 1705 pada akhir perang UntungSurapati.

H) Kesultanan Mataram, di bawah pemerintahan PakuBuwono II (1727-1749) dan masa pemerintahan Amangkurat IV (MasGarendi) atau SunanKuning

1) Masa PakuBuwono II

Patih Mataram mendesak Sunan PakuBuwono Kedua  (1727-1749), ccucu PakuBuwono Pertama untuk membantu pemberontakan Cina tersebut.  Benteng Belanda di Kartasura diserbu oleh rakyat dan pasukan Belanda di binasakan.

                Kerusuhan terjadi dimana-mana, yang membantu VOC adalah Cakraningrat bupati Madura yang maksud melepaskan diri dari Kesultanan Mataram.

                Melihat akan besarnya kekuatan Belanda, PakuBuwono Kedua mulai ragu-ragu dan akhirnya berkhinat, memihak Belanda.

                Kaum pemberontak yang dengan cepat melihat sikap ragu-ragu PakuBuwono Kedua tidak lagi mengakui sebagai Sunan Mataram.

2) masa pemerintahan Amangkurat IV (MasGarendi) atau SunanKuning

                Mereka mengangkat MasGarendi sebagai Susuhunan Mataram. masGarendi adalah cucu SunanMas, ia diangkat sebagai Sunan dengan gelar Amangkurat Keempat dan dikenal juga dengna sebutan “SunanKuning”, karena ia membantu orang Cina. Karena adanya perpecahan inilah, dengna mudah bagi Belanda untuk menindasnya.

3) Akibat bagi Mataram:

Pada tahun 1747, SunanKuning dapat ditawan dan diasingkan ke Sailan (Srilangka). PakuBuwono Kedua naik takhta lagi dengan mendanda tangani perjanjian dengan VOC yang menetapkan:

Ø  Belanda mendapatkan tambahan daerah, yaitu seluruh Madura dan Pantai Utara Pulau Jawa,

Ø  Bea Cukai keluar masuk di Bandar-bandar, semuanya untuk VOC (Belanda),

Ø  Pajak berupa contingenten (penyerahan hasil bumi) di perberat.

Dengan demikian, Kesultanan sudah tertutup dari laut Jawa, sehingga karena perjanjian tahun 1743, kedudukan Kesultanan Mataram jadi merosot sekali.

Pada tahun 1744, PakuBuwono Kedua memindahkan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta.

Cakraningrat yang telah membantu VOC (Belanda) tidak puas dengan perjanjian Mataram tersebut diatas karean kemerdekaan yang ia cita-citakan tidak tercapai, Belanda masih tetap menduduki Madura.

                Tuntutan Cakraningrat untuk memerdekakan Madura, ditolak oleh Belanda. Akhirnya pecah perang.

                Mula-mula Cakraningrat menang, ternyata Belanda yang mendarat di Madura dibinasakan, tetapi ia tertangkap dan diasingkan ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Puteranya dijadikan bupati Madura Barat dengan gelar Raden Adipati Seodiningrat.

4) PerangMangkubumi

i) Asal mula sengketa

Pada tahun 1746, setelah pemberontakan di Jawa Tengah dapat dipadamkan, Gubernur Jenderal VOC (Belanda), Van Imhoff melawat ke Jawa Tengah untuk:

Ø  Mengadakan perjalanan inspeksi di Jawa Tengah,

Ø  Memperbaiki perjanjian dengan Kesultanan Mataram,

Ø  Memperlihatkan kekuasaan Belanda di Mataram dengan jalan turut campur dalam urusan dalam negeri Kesultanan Mataram.

Para Pangeran Mataram, antara lain MasSaid, yaitu kemenakan PakuBuwono Kedua, memandang perjanjian tahun 1743 tersebut sebagai penghinaan bagi Kesultanan Mataram.

                Para Pangeran amat kecewa terhadap PakuBuwono Kedua. Selain MasSaid juga Mangkubumi, saudara PakuBuwono Kedua merasa kecewaq terhadap sikap PakuBuwono Kedua yang sangat merugikan Kesultanan Mataram itu.

                Dalam perjalanan inspeksinya, Van Imhoff, ketika di Surakarta, ia telah menghina Mangkubumi. Pangeran Mangkubumi yang telah mendapat penghinaan itu meninggalkan Kraton dan menggabungkan diri dengan MasSaid yang masih terus mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Para pemberontak di Jawa Tengah menggabungkan diri dengan Mangkubumi, MasSaid lalu bersama-sama mengadakan perang gerilya terhadap Belanda.

                Gerakan gerilya ini sangat merugikan Belanda tetapi juga merugikan rakyatnya karena daerahnya menjadi tidak aman. Setelah perang berlangsung tiga tahun, PakuBuwono Kedua jatuh sakit. Ketika dalam keadaan sakit, perutusan Belanda tiba di Solo (Surakarta) untuk berunding dengan PakuBuwono Kedua. Dalam keadaan sakit, ia terdesak oleh wakil Belanda tersebut untuk menandatangani sebuah keterangan menegaskan status (kedudukan) kesultanan Mataram (1749), yaitu:

Ø  Kesultanan Mataram diserahkan kepada Belanda tanpa syarat,

Ø  Putera mahkota diakui penuh oleh Belanda.

Perjanjian atau penyerahan ini ditanda tangai oleh PakuBuwono Kedua karena ancaman Belanda bahwa putera mahkota tidak dapat diakui Belanda bila penyerahan itu tidak dilaksanakan.

                Tahun 1749, sangat penting bagi sejarah Kesultanan Mataram karena pada tahun itu kedaulatan Kesultanan Mataram diserahkan tanpa syarat dan tanpa alasan kepada Kolonial Belanda.

I) Kesultanan Mataram, di bawah pemerintah PakuBuwono Ketiga (1749-1788), masa pemerintahan Sultan Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I), MasSaid (Mangkunegaran Pertama) (Dikuasai oleh Kolonial Belanda)

1) Perang Mangkubumi masih berlanjut

                PakuBuwono Kedua mangkat (1749) dan dimakamkan di Batavia. Sebagai penggantinya, putera mahkota diangkat menjadi raja dengan gelar PakuBuwono Ketiga (1749-1788). Banyak pembesar Kesultanan Mataram tidak mengakuinya. PakuBuwono Ketiga meninggalkan kota dan menggabungkan diri dengan Mangkuumi. Mangkubumi mereka nobatkan sebagai Sunan.

                Karena Mangkubimi tidak diakui oleh Belanda, maka ia memutuskan untuk meneruskan perjuangan hingga ditetapkan dan diakui sebagai Sunan Mataram. Masa perjuangannya inilah yang disebut Perang Mangkubumi (1749-1755).

                Dengan gerakan yang amat cepat, Mangkubumi dan MasSaid berhasil merebut sebagian besar dari Kesultanan Mataram. Sementara itu Belanda sedang menghadapi pula perlawanan di Banten yang dilakukan oleh KiTapa dan RatuBagusBuang, sehingga sebagian angkatan perang Belanda terpaksa dialihkan ke Banten.

                Kesempatan ini dipergunakan oleh Mangkubimi ntuk menyerbu ke Bagelen. Tentara Belanda yang mempertahankan Bagelan dapat dihancurkan dengan mudahnya di dekat sungai Bogowonto. Pekalongan dan Bathang diduduki. Serangan ini di teruskan hingga Mangkubimi dapat merebut Pemalang dan Wiradesa (sebelah barat Pekalongan).

                Tetapi serangan oleh tentara bantuan dari Madura, kota pesisir tersebut terpaksai ditinggalkan. Mangkubumi kembali ke Kesultanan Mataram untuk mempertahankan pangkalannya sendiri di Mataram. Tentara bantuan yang dikirim Belanda ke Mataram, berkali-kali dapat dipatahkan oleh Mangkubumi dan MasSaid.

2) Perjanjian Gianti (Tahun 1755)

                Belanda dapat mendesak Mangkubumi dan MasSaid ke Salatiga tetapi dapat dipukul mundur oleh Mangkubumi dan MasSaid.

                Mangkubumi berhasil menduduki daerah Surakarta, sedang MasSaid menduduki daerah Madiun dan Ponorogo.

                Kemudian antara Mangkubumi dan MasSaid timbul perselisihan dan pasukan mereka saling menyerang. Perselisihan ini timbul karena MasSaid juga ingin jadi Sunan.

                Walaupun tentara Belanda dan tentara dari Madura tidak dapat mengalahkan Mangkubumi, tetapi kekuatan Mangkubumi berkurang karena selain menghadapi Belanda, Mangkubumi harus menghadapi serangan MasSaid.

                Akhirnya Mangkubumi menerima tawaran Belanda untuk berunding tentang pembagian kerajaan Kesultanan Mataram.

                Pda tahun 1755 ditanda tanganilah Perjanjian Gianti, isinya ialah: Mataram di bagi menjadi dua,

Ø  PakuBuwono Ketiga mendapat Mataram sebelah Timur yaitu ibukota Surakarta,

Ø  Mangkubumi yang bergelar Sultan HamengkuBuwono I, mendapatkan Mataram sebelah Barat yang ibukotanya Yogyakarta.

Demikian terpecahnya Mataram, yang dengna susah payah dipersatukan oleh SultanAgung.  Setelah penanda tanganan perjanjian ini, Mangkubimi dibobatkan sebagai Sultan, yaitu Sultan Hamengku Buwono I dengna keratonnya di Ngayojakarta Adiningrat.

3) Perjanjian Salatiga (1757) dengan MasSaid

                MasSaid yang telah ditinggalkan oleh sekutunya itu terus berperang dengan hebatnya. Tetapi kemudian mereka juga terdesak karena tentara Belanda dibantu oleh Mangkubumi. Susuhunan MasSaid terpaksa pula menerima tawaran Belanda untuk damai.

                Pada tahun 1757, diadakan perjanjian di Salatiga, antara Sunan PakuBuwono Ketiga, Sultan Hamengku Buwono Pertama, MasSaid, dan VOC (Belanda). Isinya:

                MasSaid menerima sebagian dari daerah Sunan Surakarta yang serakng disebut: Mangkunegaran dengan gelar Mangkunegaran Pertama dan istananya di Surakarta. “Pemberontakan” melawan VOC di Jawa Tengah, dapat diselesaikan dengan mudah dan menguntungkan Belanda.

                Keuntungan Belanda ialah:

Ø  Kekuatan Kesultanan Mataram yang bulat sudah tidak ada,

Ø  Melemahkan Kesultanan Mataram,

Ø  Belanda mendapatkan kesempatan untuk mengadu domba (devide et impera) raja-raja itu untuk dapat menguasai daerah mereka,

Ø  Belanda dapat menempatkan “dirinya” sebagai yang dipertuan oleh Raja-raja tersebut karena hak yang mereka terima pada tahun 1749, yang diperkuat lagi dengan perjanjian perdamaian Gianti (1755) dan Perjanjian Salatiga (1757).

Pemberontakan Mangkubumi dan MasSaid meninggalkan bekas sejarah yang berlainan dengan pemberontakan UntungSuropati. Bekas-bekas itu, ialah:

Ø  Mataram diserahkan kepada VOC tanpa syarat pada tahun 1749,

Ø  Dalam perjanjian perdamaian Gianti, Mataram di pecah dua, yakni PakuBuwono Ketiga (berkuasa di Surakarta) dan Hamengku Buwono (berkuasa di Yogyakarta) pada tahun 1755,

Ø  Dalam perjanjian perdamaian di Salatiga, Surakarta dipecah menjadi dua yakni: PakuBuwono Ketiga dan Mangkunegaran (MasSaid) pada tahun 1757.

IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

History of Islam Sultanate of Mataram (Mataram Islamic kingdom) of Senopati to Pakubuwono Third

(Source: History Book 1 for Secondary Schools)





(King of Mataram Islam Kesutalan)

A) The Reign of Sultan Senopati or Sutawijaya

In his youth Kyai Gede Pamanahan Sultan is the head of the line guard Adiwijaya (Sultanate Display). At war with the Sultanate of Demak Bintaro, Kyai Gede Pamanahan very meritorious, he succeeded in killing Arya Penangsang. In recognition of his services, the Kyai Gede Pamanahan appointed as regent in Mataram, located in Kota Gede or Pasar Gede (now: near Yogyakarta). Son named Sutawijaya Pamanahan Kyai Gede, he was educated in palace along with the crown prince named Prince Bawana. Sutawijaya later appointed head of the line guard Sultan Adiwijaya. When Kyai Gede Pamanahan died (15 750, Sutawijaya appointed penggatinya.

Ideals Sutawijaya Mataram is to make a state of the most powerful in Java. At the strengthening of capital defense, namely Kuto Gede. Then he invited the head region and Bagelan Kedu rebellion against the Sultanate Display. As a sign that he no longer recognizes the authority of the Sultanate Pajang, he did not want to attend the celebration at palace Pajang Maulud.

A law that is Tumenggung Mayang, by Sultan Adiwijaya to dispose of Semarang. This means war with allies against the Sultanate Sutawijaya Display. Army Sutawijaya win. In 1582, Sultan Adiwijaya died. His replacement is not a close friend of Prince Bawana Sutawijaya but the Arya Pangiri law, grandchildren Trenggana Sultan, Prince Bawana appointed Duke Jipang area.

Arya Pangiri facing difficult times, it was opposed by two of the Prince Bawana Jipang and Sutawijaya of Mataram.

The war was inevitable, troops beat back the forces of the Sultanate of Mataram Pajang, Arya Pangiri surrendered.

Symbol of the greatness of the kingdom of Majapahit transported to Mataram. The power of the Sultanate Display switch from hand to hand Sutawijaya Pangiri Arya alias Senopati (1586).

Officially the power of the Sultanate of Mataram Display is switched to. But the fact is not, because the regents, Hero and the first under the command duke Pajang Empire, unwilling to recognize the Senopati, especially the area east of the Sultanate of Mataram. As Ponorogo and Pasuruan. Thus the greater part of the government, Senopati used to fight, to conquer the region and suppress rebellion in other areas.

Apparently Senopati strong enough, he managed to overcome all obstacles that hinder its goals.

When he died (1601), Tenga Java and East Java have mastered by the Sultanate of Mataram. Similarly, most of the Cirebon West Java and has also entered the area Galuh Senopati. As a replacement MasJolang, that one of his sons.


B) The Reign MasJolang

After Senopati died (1601), he was succeeded by his son, MasJolang name. During his reign, filled with rebellion because many assume that the turn of the regent king kingdom centered an opportunity to liberate themselves.

The most dangerous is the rebellion and the mayor of the coastal district of East Java, Surabaya, led by the regent.

MasJolang forced combat: Ponorogo district, Kertosono, Kediri, Wirosobo (Mojoagung). In 1612, fighting Gresik.

As a result of this ongoing battle Islamic Sultanate of Mataram situation is very sad. Abandoned rice fields, many people died of starvation and illness. MasJolang died in 1613.

C) the Islamic Sultanate of Mataram, the reign SultanAgung

He was succeeded by his son, Raden MasRangsang. Who later famous for his SultanAgung. Detail: Senopati Ing Alogo (mean: Warlord). Sayidin Panotogomo (meaning: keepers of religion) Kahlifatullah (meaning God's representative).

In the reign of SultanAgung, also filled with war, namely:

 The battle to suppress the rebels.

 The battle to oust the Dutch from Batavia.

1) Attack the Sultanate of Mataram (The SultanAgung) to Batavia

When the Dutch made contact with the Sultanate of Mataram, which is ordered in the Sultanate of Sultan Agung (1613-1645), SultanAgung asked the Dutch (VOC) that:

 The Netherlands recognizes the sovereignty of the Sultanate of Mataram,

 Recognize SultanAgung as the greatest king in Java,

 Sending delegates to the Sultanate of Mataram,

 Netherlands to the Sultanate of Mataram handed Falkirk.

Holland did not respond to requests SultanAgung and was only able to send an envoy to the Sultanate of Mataram. Holland received an answer like that, SultanAgung became angry and determined to expel the Dutch from Java. Armed Forces of the Sultanate of Mataram was prepared to invade Batavia in 1628. Batavia was attacked from land and sea. Sultanate of Mataram in the navy at retreat. Similarly, ground attack led by Baurekso also failed. Baurekso himself killed in the war. The first attack failed.

The second attack, in 1629, soon to be prepared. To ensure food Sultanate of Mataram troops, founded rice barns along the road that will pass by the army of the Sultanate of Mataram. But even this failed because the barn preparing rice supply was made it known by the Dutch and burned to the ground. Nevertheless SultanAgung still ordered to continue the attack and should not be retreated. The second attack is no less fierce with the first attack. However, the second attack also failed. However, Gen. J. P. Coen, Governor of VOC in Batacia at that time were killed.

2) Development of the Government of the Sultanate of Sultan Agung of Mataram period:

The unrest is the longest revolt in the East called "Bang Wetan". Regent coastal Lasem, Tuban, Gresik, Surabaya, Arosbaya (Madura), Sumenep (Madura), and Pasuruhan, in 1615 was also allied to fight Mataram led by the Regent of Surabaya. But the army to suppress the revolt SultanAgung.

In 1616, Lasem taken. In 1624, launched an attack on Madura. At the Islamic Sultanate of Mataram troops retreated but finally defeated and the islands can be united under the leadership of Prince Cakraningrat based in Sampang. Prince Cakraningrat loyal to the Islamic Sultanate of Mataram and frequently visited the Islamic Sultanate of Mataram. In 1625, Surabaya can be conquered. With the fall of Surabaya then did the rest of the coastal areas fell into the hands of Sultan Agung. Sultan Agung is the king of all Java except Bantam, Batavia, Falkirk, and Cirebon.

Cirebon, Falkirk, and Batavia is an area that is subject to the Sultanate of Banten. Sultan Agung tried to exert influence in Cirebon and Falkirk. Medium Galu (Priangan) was defeated in the Senopati and MasJolang.

Time meninggalknya Sultan Agung Islamic Sultanate of Mataram is the largest in the kingdom after kingdom of Majapahit Java. Almost all the Javanese mastered and its influence reached Palembang, Jambi, and Banjarmasin.

D) The Sultanate of Mataram Islam under the rule of Sultan Amangkurat First (Amangkurat I).

SultanAgung died in 1645 and his body was buried in Imogiri. Almost all the Javanese have been united even power up to Palembang, Jambi, and Banjarmasin. After he died, the less greatness Sultanate of Mataram, SultanAgung replaced by a second son, Prince Aryo King AdiMataram with the title of Sultan Amangkurat I (1645-1677) or Sunan Tegalwangi. First Amangkurat being autocratic and wants absolute power. Amangkurat First is king:

 less capable and less wise,

 cruel to the people and the clergy were not to his liking,

 His attitude is weak against the Dutch (VOC)

In 1646, the First Amangkurat signed a treaty of friendship with the VOC. The agreement is a contract position and lower the Sultanate of Mataram which is not a sovereign state again, the contents of the agreement:

 The Dutch would send envoys to the Sultanate of Mataram each year,

 Mataram freedom to trade except in Ternate, Ambon, and Banda. Dengna Banten, VOC has held the peace in 1639.

Banten Airport and other Java pualu, increasingly difficult to trade with the Moluccas.

Rebellion Trunojoyo (from Madura)

Government Amangkurat First (1645-1677) in the Sultanate of Mataram got a lot of challenges, both the people and the king regent and conquests.

The first class of anti Amangkurat crown prince urged the Duke Anom that oppose it and to others who are looking for credible to run uprising.

Duke Anom alone can afford the rebellion and was looking for other people who can be trusted to carry out the uprising.

In the meantime there was a nexus or contacts, between Duke Anom and Trunojoyo, son of the Sultan of Madura. Trunojoyo was a prince of Madura, who was annoyed at Madura tricked by his uncle the Prince Cakraningrat Second. Prince Cakraningrat Both were established by the regents to govern SultanAgung Madura, but it used a lot more time to have fun in the Sultanate of Mataram.

Madura blackmailed and bullied to meet the needs of Karta (the capital of the Sultanate of Mataram). In contacts between Trunojoyo and Duke Anom, Duke Anom agree with the intent of rebellion Trunoyojo, provided he does not get carried away.

In the year 1674, freeing Trunojoyo Madura kekusaan Sultanate of Mataram. Rebellion against the Sultanate of Mataram in the start, in the Madura then on the north coast of Java. Trunojoyo claimed to be descendants of the Majapahit Empire, which is why he is entitled to Madura. Regent Cakraningrat at and depart from Madura Trunojoyo instead.

North Coast of Java was cleaned of the remaining troops and the Sultanate of Mataram are still living Jepara siding Amangkurat First Emperor. In this rebellion is huge relief to the people of Napier Trunojoyo, among others: Kraeng Galesung who left during the war Makassar Makassar.

Trunojoyo rebellion was a popular uprising that has no resistance to oppression Amangkurat First Emperor. Duke Anom see this revolt is much more severe than previously thought, immediately turned around and mengkianati Trunojoyo. Hearing this, the First Amangkurat can give pardon to his son, and they intend to ask for help to the VOC or Dutch, to save the throne of the Sultanate of Mataram.

Holland, after knowing the difficulties faced by the Sultan Amangkurat First, immediately send aid to Demong but can be deflected by Kraeng Galesung. Tetnara Dutch and Sultanate of Mataram together can be repelled by Kraeng Galesung.

Cornelis Speelman (who led the Dutch army in the war Napier) Trunojoyo dengna tried to negotiate but to no avail, have urged the army to Trunojoyo Karta (the capital of the Sultanate of Mataram). Karta, the capital of Mataram can be occupied and signs of Mataram palace fell into enemy hands. By Trunojoyo, these objects are brought to Kediri, center Trunojoyo rebellion. Before Karta fall, Amangkurat First've left keratin and wandered from village to village, finally got TegalArum near Tegal. That's where First Amangkurat died, 1677, and before dying ditunjukknya Duke Anom as his successor, with the title of Second Amangkurat.

E) The Sultanate of Mataram, the reign of Sultan Amangkurat II or Duke Anom

1) The war continues Trunojoyo

Amangkurat Both realized that the Sultanate of Mataram can be ordered with the help of the Dutch. Help VOC to Mataram (Sultan Amangkurat Second), preceded by an agreement in adverse Mataram, among others:

 All the ports on the North coast of Java from Donegal to the eastern tip of Java, at gadaikan to the VOC.

 port can be restored to His Majesty when all debts (arising because VOC) has been paid,

 All areas west line of the river to the sea Pamanukan including the South recognized the sovereignty of VOC,

 VOC a monopoly revenues from India and Persia fabric across the Sultanate of Mataram,

 Kertasura given bodyguards by the Dutch army.

Once these are received by the Sultan Amangkurat Second, the Dutch troops began moving under the command of Captain Tack.

Dutch soldiers with the Sultanate of Mataram, continue heading Kediri. With great difficulty approaching Allied troops can Kediri. Trunojoyo urgency, Trunojoyo troops with the army unite Makassar in Bangil and there established a strong fortress. Kraeng Galensung defend themselves near Porong (Sidoarjo). Strategy that can withstand the Netherlands who came from Surabaya and Kediri.

After the last five weeks, the fort can be destroyed by the Dutch. After Kraeng Galesung invulnerable to attack the last stronghold forwarded Trunojoyo in Bangil.

Dutch power grew with the arrival of aid Palaka Aru. Dutch gained the victory, Trunojoyo to escape and hide in the mountains north Kelud. The chase continued by Captain Jonker, the VOC of Ambon. Due to lack of food, Trunojoyo forced to surrender to Captain Jonker.

Trunojoyo submitted to the leaders of VOC and VOC leaders submit to Amangkurat Second. Trunojoyo killed by Amangkurat Both with a keris.

Prince Giri which retains the north Surabaya also be destroyed by the Dutch. Both Amangkurat crowned as His Majesty and received heritage and signs of Kraton Mataram "bought" by the State Mataram own.

To save the empire of Mataram, Amangkurat Both move kratonnya to Kartosura because Pleret was spotted by the rioters.

In the year 1679 was a pivotal year, as the natural year:

 Kraeng Galesung autumn with his men near Porong (Sidoarjo),

 Trunojoyo killed by Amangkurat II,

 Prince Giri was executed by the Dutch,

 capital of the Sultanate of Mataram, founded by SultanAgung abandoned and replaced with Kartasura.

After Trunojoyo struggle, none other than repeat the experience SultanAgung is because the arms are still modest.

2) UntungSurapati War against VOC (Dutch)

Surapati is the leader of the people arising in battle and downs in hostilities. He mucnul in conflict with the Dutch and fall also in rebellion against the Dutch.

UntungSurapati Bali is a nobleman's son who was caught in the resistance against the Dutch and sold as a slave in Batavia. Originally named Lucky. Because of his ingenuity he eventually entrusted to lead an army and later was appointed lieutenant in the army who are fighting VOC in Banten. He was ordered to pursue Prince Purbaya, son of Sultan Ageng who had escaped from Banten.

In 1783, Prince Purbaya Batavia sent word that he wanted to make peace with the VOC. VOC captains sent Cikalong UntungSurapati went to negotiate with Prince Purbaya. The government also sent an envoy VOC another is a Dutch officer. Mission of the latter requested that Prince Purbaya submit kersinya as a sign of submission. UntungSurapati oppose these demands, because the prince is not feasible to do so. UntungSurapati ordered to return and should be subject to that mission.

This humiliating treatment UntungSurapati fired up and he walked away with his troops.

Cikalong Dutch troops attacked and ran, leaving the Prince Purbaya also Cikalong but a few days later he surrendered to the VOC.

UntungSurapati attacks against Cikalong is a great beginning of the war against the Dutch. UntungSurapati running guerrilla war but for sure the fight, which he ran alone would not work, so he went to Central Java to merge with Mataram, through Cirebon.

Sesungguhnaya at that time Amangkurat Second, king of Mataram amid dispute with the Dutch because he did not keep his agreement that forced the VOC to the Sultanate of Mataram. Amangkurat Both also are trying to report from the Sultanate of Mataram Dutch oppression. It is not surprising that UntungSurapati well received in the Sultanate of Mataram, often invited to Kraton Mataram. There he received good treatment from Family Sultan. Therefore, the Dutch sent troops to the command of Captain Tack to ask the Sunan Amangkurat Second (Sultan Amangkurat Second), so UntungSurapati handed over to the Dutch. But it can be destroyed by Dutch troops UntungSurapati, Captain Tack killed.

3) Sultanate UntungSurapati in East Java

After fighting in Central Java, East Java UntungSurapati heading. UntungSurapati Pasuruan occupied and settled in Pasuruan. From there, the formulation of the anti-Dutch. After East Java, among others: Blambangan, Pasuruan, Probolinggo, Bangil, Malang, Kediri, obedient to UntungSurapati. UntungSurapati ruled large areas with a degree Wiranegara.

F) The Sultanate of Mataram, under the reign of Sultan Amangkurat III or SunanMas

The situation in Mataram, in 1703, Sultan Amangkurat Both died and was succeeded by his son who holds Amangkurat Also called the Third and SunanMas. In Kartasura there are two conflicting nobility, namely:

 Group's pro SunanMas, their anti-Dutch and determined to expel the Dutch, and

 Group to another, is a pro Netherlands, headed by Prince Puger, Prince Puger Amangkurat Both are brothers or uncle of Sultan Amangkurat Third.

Because of political anti Amangkurat Third Dutch dank arena trying to clear who oppose political causes many nobles were angry with him. Prince Puger himself fled to Semarang and ask for protection to the Dutch. The Netherlands able to provide protection and assistance to be able to replace SunanMas (Amangkurat Third), origin willing mendandatangani treaty with the Netherlands.

The Netherlands does not recognize SunanMas (Amangkurat Third), held talks with the prince Puger. Between Puger and Dutch prince held an agreement signed in Semarang:

 Java Regional West, Citanduy Cilasari and handed over to the Netherlands,

 Similarly Madura area East

 If Susuhunan keep all agreements with the VOC, the Sultanate of Mataram abolished all debts,

 In Kartasura 200 soldiers will be deployed to maintain the safety of Sunan Dutch (Dutch tactic to control the Sultanate of Mataram)

Following agreement in Semarang, Dutch troops to Kartasura to conquer SunanMas (Amangkurat Third).

1) War against VOC UntungSurapati, SunanMas (Amangkurat III) against Pakubuwono First (1704-1708)

Dutch troops assisted by the army began to move to Prince Puger Kartasura to conquer SunanMas (Amangkurat III)). This war is a civil war or in war of succession the throne (1704-1708). To fend off the attack, the army concentrated SunanMas Ungaran Mataram, some 40,000 people. It turns out that size does not move as commander pro Prince Puger.

G) The Sultanate of Mataram, under the government of Pakubuwono I.

In 1705, a team of 400 people from the Dutch army had conquered Puger Kartasura. Prince Puger crowned with the title of His Majesty Mataram First Pakubuwono.

SunanMas with his followers to leave and join Kartasura UntungSurapati.

UntungSurapati fortress located in Kediri, Bangil, and Pasuruan as the last defense contained Blambangan. In the battle at Bangil, UntungSurapati menderta injuries that can no longer lead the war for all time. Before arriving in Pasuruan, UntungSurapati killed and buried at one place near Pasuruan (1706).

Resistance forwarded by three sons. UntungSurapati army finally retreated to the mountains of Tengger, constantly pursued by the Dutch army, they were driven to the south of Mount Semeru, continue to the east, and into the area Blambangan.

In pursuit of this chase, when the Dutch army led by Herman de Wilde would go into Pasuruan, they found the tomb UntungSurapati. The body UntungSurapati almost a year in the grave was removed, humiliated, in treading, then thrown into the sea.

Defense UntungSurapati son can finally be broken. After that VOC seeking to conquer SunanMas with a sly and subtle way. sunanMas contacted and promised him:

 The treatment is good,

 That will be borne SunanMas safety when it comes to the safety of Batavia.

SunanMas (Amangkurat Third) cease all resistance and he went to Batavia. On arrival at Batavia, SunanMas arrested and exiled to Ceylon (Sri Lanka) in 1708.

Java deprived areas in the Netherlands in 1705 at the end of the war UntungSurapati.

H) The Sultanate of Mataram, under Pakubuwono II (1727-1749) and the reign of Amangkurat IV (MasGarendi) or SunanKuning

1) The Pakubuwono II

Patih Mataram urged Sunan Pakubuwono Second (1727-1749), First Pakubuwono ccucu to help the Chinese uprising. Kartasura Dutch fort stormed by the people and destroyed the Dutch troops.

Riots happen everywhere, which helps VOC is Cakraningrat regent Madura mean escape from the Sultanate of Mataram.

Seeing the enormity of the Dutch forces, Pakubuwono two began hesitating and finally berkhinat, siding Netherlands.

The rebels quickly see attitude Pakubuwono Second hesitate no longer recognized as Sunan Mataram.

2) the reign Amangkurat IV (MasGarendi) or SunanKuning

They raised MasGarendi as Susuhunan Mataram. masGarendi is SunanMas grandson, he was appointed as the Sunan with a degree Amangkurat dengna Fourth and also known as "SunanKuning", as he helped the Chinese. Because of this division, dengna easier for the Dutch to suppress.

3) Due to the Mataram:

In 1747, SunanKuning be captured and exiled to Ceylon (Sri Lanka). Pakubuwono Both took the throne again with the signed agreement with the VOC mendanda specifying:

 Netherlands obtain additional areas, Madurese and the entire North Coast of Java Island,

 Customs at the airport and out of the ports, all for the VOC (Dutch),

 Tax form contingenten (submission crops) in perberat.

Thus, the Sultanate has been closed from the Java sea, so that as the agreement in 1743, the position of the Sultanate of Mataram be dropped once.

In 1744, the Second Pakubuwono moved the capital of Mataram Kartasura to Surakarta.

Cakraningrat who helped VOC (Dutch) are not satisfied with the agreement of the above karean independence Mataram which he aspired was not achieved, the Dutch still remains in Madura.

Madura Cakraningrat demands for independence, was rejected by the Dutch. Finally the war.

At first Cakraningrat win, was the Dutch who landed in Madura destroyed, but he was captured and exiled to the Cape of Good Hope, South Africa. Sons made regent with the title of the West Madura Raden Duke Seodiningrat.

4) PerangMangkubumi

i) The origin of the dispute

In 1746, after the uprising in Central Java is out, the Governor General of the VOC (Dutch), Van Imhoff's visit to Central Java to:

 Conducting an inspection trip in Central Java,

 Improved agreement with the Sultanate of Mataram,

 Shows Dutch rule in Mataram to interfere in the domestic affairs of the Sultanate of Mataram.

The Prince of Mataram, among others Massaid, the nephew Pakubuwono Second, look at the agreement in 1743 as an insult to the Sultanate of Mataram.

The Prince was very disappointed to Pakubuwono Second. Besides Massaid also Mangkubumi, Pakubuwono Both brothers felt kecewaq Pakubuwono Both attitudes are very detrimental to the Sultanate of Mataram was.

In the course of inspection, Van Imhoff, when in Surakarta, he has insulted Mangkubumi. Prince Mangkubumi who have received insults left and joined Kraton Massaid still continue to hold the fight against the Dutch. The rebels in Central Java merge with Mangkubumi, then Massaid jointly conducted a guerrilla war against the Dutch.

Guerrilla movement is very detrimental to the Netherlands but also harm people because the area becomes unsafe. After the war lasted three years, Pakubuwono Both fell ill. When in a state hospital, the mission of the Dutch arrived in Solo (Surakarta) to negotiate with the Second Pakubuwono. In ill health, he was forced by the Dutch representative to sign a statement confirmed status (position) Sultanate of Mataram (1749), namely:

 Sultanate of Mataram submitted to the Netherlands unconditionally,

 Son fully recognized by the Dutch crown.

The agreement was signed or delivery Tangai by Pakubuwono Both because of the threat that the crown prince of the Netherlands can not be recognized when delivery of the Netherlands was not implemented.

1749, is very important for the history of the Sultanate of Mataram because in that year the sovereignty of the Sultanate of Mataram delivered unconditionally and without any reason to Dutch Colonial.

I) The Sultanate of Mataram, under government Pakubuwono Third (1749-1788), during the reign of Sultan Mangkubumi (lane I), Massaid (Mangkunegaran First) (Mastered by Dutch Colonial)

1) The war continues Mangkubumi

Pakubuwono Both died (1749) and was buried in Batavia. Instead, the crown prince was made king by his Pakubuwono Third (1749-1788). Many princes Sultanate of Mataram not admit it. Third Pakubuwono left the city and joined Mangkuumi. Mangkubumi they nobatkan as Sunan.

Because Mangkubimi not recognized by the Netherlands, he decides to continue the struggle until established and recognized as Sunan Mataram. The period of struggle is called Mangkubumi War (1749-1755).

With the rapid movement, and Massaid Mangkubumi won most of the Sultanate of Mataram. Meanwhile, the Netherlands is facing opposition in Punjab also made by KiTapa and RatuBagusBuang, so most of the Dutch army had shifted to Banten.

This opportunity was used by Mangkubimi ntuk stormed into Bagelen. Dutch troops who maintain Bagelan can be destroyed easily by the river Bogowonto. Pekalongan and Bathang occupied. This attack can be forwarded to seize Mangkubimi Pemalang and Wiradesa (west Pekalongan).

But attacks by soldiers help from Madura, the coastal town terpaksai abandoned. Mangkubumi back to the Sultanate of Mataram to maintain base yourself in Mataram. Dutch aid sent troops to Mataram, many times can be broken by Mangkubumi and Massaid.

2) Agreement Gianti (Year 1755)

Dutch urged to Mangkubumi and Massaid to Salatiga but can be beaten back by Mangkubumi and Massaid.

Mangkubumi occupied Surakarta, was Massaid occupying Madison and Roxburgh.

Then between Mangkubumi and Massaid dispute arises and forces them to fight each other. These disputes arose because Massaid also want to be Sunan.

Although the Dutch army and the army of Madura Mangkubumi can not be beat, but the power is reduced because Mangkubumi than face the Netherlands, Mangkubumi Massaid must face attack.

Mangkubumi finally accepted an offer to negotiate the division of the Dutch royal Sultanate of Mataram.

Deal signed in 1755 Pda Gianti Agreement, it is: Mataram was divided into two,

 Third Pakubuwono got Mataram East of the capital city of Surakarta,

 Mangkubumi the title Sultan Hamengkubuwono I, get next to the western capital Mataram Yogyakarta.

Such fragmentation Mataram, which dengna painstakingly united by SultanAgung. After signing this agreement, Mangkubimi dibobatkan as Sultan, the lane I dengna keratonnya in Ngayojakarta Adiningrat.

3) Salatiga Agreement (1757) with Massaid

Massaid which had been abandoned by its allies continued to fight with great. But then they also pressed for Dutch soldiers assisted by Mangkubumi. His Majesty had also received an offer Massaid Netherlands for peace.

In 1757, the agreement was held in Salatiga, the Sunan Pakubuwono Third, First lane, Massaid, and VOC (Dutch). It said:

Massaid receive a portion of the area Sunan Surakarta serakng called: Mangkunegaran with a degree Mangkunegaran First and palace in Surakarta. "Rebellion" against VOCs in Central Java, can be solved easily and profitably Netherlands.

Advantages Netherlands is:

 The power of the Sultanate of Mataram round gone,

 Weaken the Sultanate of Mataram,

 Dutch get a chance to play off (divide et impera) kings was to be able to master their area,

 Netherlands can put "him" as a lordship by kings such as the rights they receive in the year 1749, which is reinforced by Gianti peace treaty (1755) and the Treaty Salatiga (1757).

Rebellion Mangkubumi and Massaid different historical scars with UntungSuropati rebellion. Traces of it:

 Mataram unconditionally submitted to the VOC in 1749,

 In Gianti peace treaty, Mataram broke two, namely Pakubuwono Third (ruling in Surakarta) and lane (power in Yogyakarta) in 1755,

 In a peace treaty in Salatiga, Surakarta split into two namely: Pakubuwono Third and Mangkunegaran (Massaid) in 1757.



0 comments:

Post a Comment