Lahirnya kota Singapura/ The birth of the city of Singapore FOR JUNIOR HIGH SCHOOL HISTORY
Lahirnya kota Singapura
(sumber: Buku Sekolah Menengah Pertama. Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah)
Pada tahun 1794, yang menjadi Sultan di Kesultanan Riau adalah Sultan Mahmud atau Muhammad Riayat Syah II. Sejak dahulu Johor, Pahang, (sekarang: Malaysia) dan Riau (sekarang, Provinsi Riau, Indonesia) merupakan satu kerajaan. Setelah Sultan Mahmud Mangkat, timbullah perang saudara (perang berebutan takhta) antara putera raja yaitu Husain dan Abdurahman.
Raffles ingat akan pentingnya suatu pangkalan Inggris pada pertemuan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka.
Kesempatan ini dipakai oleh Raffles (Inggris) untuk memperoleh Tumasik (Singapura). Raffles mengakui putra Sultan yang sulung yaitu Husain sebagai Sultan Johor. Kemudian antara Sultan Johor tersebut dengan Raffles ditanda tangani suatu perjanjian mengenai penyerahan Tumasik (Singapura) kepada Inggris (1819). Selajutnya yang menjadi Sultan di Kesultanan Riau adalah Abdurahman dan berturut turut Muhammad Syah, Mahmud Syah IV, Sulaiman Badurulalam Syah, dan Abdurahman Naadlam Syah.
Pada tahun 1819, ia menduduki Tumasih, termasuk wilayah Kesultanan Johor yang sudah tunduk kembali kepada pemerintahan Belanda di Batavia (Sekarang: Jakarta, Indonesia). Di Tumasik, Raffles mendirikan sebuah Bandar bebas namanya Singapura.
Dalam waktu singkat, Singapura berkembang menjadi Bandar besar yang ramai. Pendudukan atas Singapura ini telah diprotes oleh Pemerintahan Belanda kepada Pemerintahan Inggris di London tetapi ditolak oleh Inggris. Untuk meredakan pertentangan ini pada tahun 1824, antara Inggris dan Belanda ditanda tangai suatu perjanjian yaitu Trakat London (Perjanjian London), isinya adalah:
Ø Belanda mengundurkan diri dari Semenanjung Malaka, dengan menyerahkan Malaka dan Singapura kepada Inggris,
Ø Belanda harus menjamin keamanan di perairan Aceh dengan tidak mengganggu kemerdekaan Aceh.
Dalam pertukaran jajahan ini, suara rakyat dikedua wilayah itu tidak didengarkan.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
The birth of the city of Singapore
(source: Secondary School Books. Historical Social Sciences)
In 1794, the Sultan Riau Sultanate is Sultan Mahmud Shah II or Muhammad Riayat. Since the first Johor, Pahang, (now in Malaysia), and Riau (now, Riau Province, Indonesia) is an empire. After Sultan Mahmud died, there arose a civil war (the war scrambling throne) between the king's son Husain and Abdurahman.
Raffles remember the importance of a meeting of the British base at the South China Sea and the Strait of Malacca.
This opportunity was used by Raffles (UK) to obtain Tumasik (Singapore). Raffles recognizes the eldest son of Sultan Hussain as Sultan of Johor. Then the Sultan of Johor by Raffles signed an agreement concerning the delivery Tumasik (Singapore) to England (1819). Following that the Sultan Riau Sultanate was Abdurahman and consecutive Muhammad Shah, Shah Mahmud IV, Badurulalam Sulaiman Shah and Abdurahman Naadlam Shah.
In 1819, he held Tumasih, including the Sultanate of Johor which is subject returned to the Dutch government in Batavia (now: Jakarta, Indonesia). In Tumasik, Raffles established a name free Singapore airport.
In a short time, Singapore developed into a major airport bustling. Occupation of Singapore has been protested by the Dutch Government to the British Government in London but was turned down by the British. To defuse this conflict in 1824, between England and the Netherlands signed an agreement that Trakat Tangai London (London Agreement), it is:
Holland resigned from the Malay Peninsula, with the surrender of Malacca and Singapore to the United Kingdom,
Netherlands should ensure security in Aceh waters do not interfere with the independence of Aceh.
In exchange of this colony, the people's voice is not being heard in both areas.
0 comments:
Post a Comment