Daendels (Raden Mas Galak) sebagai Gubernur Jenderal Republik Bataaf (Perancis/ Belanda) di Hindia Belanda (Indonesia)/ Daendels (Raden Mas Galak) as Governor General of the Republic Bataaf (French / Dutch) in the Dutch East Indies (Indonesia) FOR GENERAL HISTORY
Daendels (Raden Mas Galak) sebagai Gubernur Jenderal Republik Bataaf (Perancis/ Belanda) di Hindia Belanda (Indonesia)
(Sumber: Buku Sejarah 1 untuk Sekolah Menengah Pertama)
A) Munculnya Republik Bataaf
Di negeri Kerajaan Belanda pada waktu itu sedang terjadi pertentangan antara partai atau golongan Patriot (cinta tanah air) dan partai atau golongan Oranye yang menginginkan keluarga Oranye tetap sebagai wali Negara. Wali negeri Kerajaan Belanda yaitu Willem Kelima, mendapat bantuan dari Prusia. Pemuka golongan Patriot terdesak lalu melarikan diri ke Prancis.
Pada tanggal 14 Juli 1789, di Perancis pecah revolusi yang menggoncangkan selurun Negara Eropa. Dalam kancah revolusi ini, muncullah seorang diktaktor yaitu Napoleon Bonarpate yang dapat mengamankan kembali negeri Perancis kemudian menguasai hampir seluruh Benua Eropa.
Pada tahun 1795, pemuka partai Patriot itu diantaranya Daendels sebagai Jenderal, menyerbu kerajaan Belanda, bersama tentara Perancis.
Willem Kelima melarikan diri ke Kerajaan Inggris dan memohon kepada Kerajaan Inggris supaya mau pempertahankan daerah jajahan Belanda di Indonesia.
Pada tahun 1795, negeri Kerajaan Belanda menjadi Republik yaitu Republik Bataaf. Pada waktu itu yang menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia adalah Van Overstraten.
Pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan dengan resmi tetapi namun “colonial (Indonesia: Kompeni)” masih kedengaran terus sampai beberapa puluh tahun kemudian. Pada waktu bubarnya VOC, seluruh hutang VOC dan kejayaannya diserahkan kepada Pemerintahan Belanda. Sejak saat itulah mulailah penjajahan pemerintahan Belanda di Hindia Belanda (Indonesia).
B) Masa Pemerintahaan Daendels (1808-18011).
Meester in de Rechten Herman Willem Daendels atau dipanggil Daendels dilahirkan di negeri Belanda pada tahun 1792 di Nederlands. Ia menjadi seorang ahli hukum di negeri Belanda. Pada tahun 1787 mengungsi ke Perancis dan turut revolusi Perancis. Pada tahun 1795, Daendels kembali ke negeri Belanda sebagai Jenderal bersama dengan Perancis, tentara Perancis yang menyerbu ke negeri Belanda. Ketika negeri Belanda menjadi kerajaan dengan Lodewyk Napoleon sebagai rajanya (1806), Daendels diangkat dan sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia.
Sejak tahun 1800, Hindia Belanda tidak lagi dikuasai oleh kongsi dagang (VOC), tetapi oleh suatu Negara yaitu Nederland atau negeri Belanda dengan bangsa Belandanya. Hal ini tidak berapa di sadari oleh orang Hindia Belanda. Bagi kita (Hindia Belanda atau Indonesia) Belanda tetap Belanda. Lagi pula selama ini VOC bertindak seolah VOC itu adalah pemerintahan Belanda di Indonesia.
Penderitaan Bangsa Indonesia tidak berkurang bahkan bertambah. Rakyat jelata, jarang berhubungan langsung dengan pegawai Belanda. Rakyat diperintah oleh pegawai, bangsa Indonesia, sesuai dari perintah Tuan Besar di Batavia. Itulah sebabnya rakyat tidak banyak menyadari adanya perubahan penting di Eropa.
Eropa sedang mengalami perang yang hebat. Negeri Belanda dikuasai Perancis. Inggris menggempur Perancis dan negeri Belanda. Hubungan Indonesia dan negeri Belanda selalu diganggu oleh Inggris (di India). Armada Inggris menyerbu ke Indonesia, benteng Belanda di Hindia Belanda banyak yang direbut oleh Inggris. Ketika Indonesia diterima oleh pemerintah Nederland sebagai warisan VOC, kedudukan Belanda sudah diambang kehancuran. Kelemahan Belanda ini tidak di sadari oleh kerajaan atau Kesultanan di Indonesia. Kerajaan atau Kesultanan masih setia dan terus membantu Belanda. Mereka tidak dapat mempergunakan kesempatan baik ini untuk mengenyahkan pemerintah colonial Belanda dari Indonesia.
C) Tugas Daendels di Indonesia
Perubahan sifat pemerintahan Belanda terasa dengan hebatnya sedsudah tahun 1808. Pada waktu itu, Belanda hanya menguasai Pulau Jawa, Makasar, Timor, dan Palembang. Daerah lain sudah direbut oleh Inggris. Dalam pada itu yaitu tahun 1808, seorang Gubernur Jenderal baru bertugas di Indonesia. Namanya Herman Wilem Daendels. Tugas Daendels sebagai berikut:
Ø Mempertahankan Jawa dari serangan Inggris,
Ø Memperbaiki pemerintahan dan nasib rakyat Indonesia sesuai dengan cita-cita revolusi Perancis.
Agar supaya Daendels dapat melaksanakan tugas ini, ia diberi kekuasaan yang tidak terbatas oleh raja. akhirnya Daendels memerintah di Indonesia sebagai seorang diktaktor. Hal ini disebabkan:
Ø Hubungan Indonesia dengan negeri Belanda terputus sebab lautan telah di kuasai oleh Inggris,
Ø Dalam urusan kemiliteran, Daendels tidak perlu berunding lebih dahulu dengan Dewan Hindia Belanda.
(D) Usaha Pertahanan di Jawa
Cita-cita Daendels ialah menyusun Negara yang kuat dengan tangan besi ia menghantam setiap orang yang menantangya. Dengan tangan besi pula, ia memerintah Pulau Jawa dari serangan Inggris. Ia pun menyusun pertahanan pulau Jawa dengan jalan:
Ø Memperbanyak tentara dengan pasukan dari rakyat Indonesia,
Ø Mendirikan pabrik senata dan pabrik mesiu di Surabaya dan Batavia,
Ø Mendirikan pabrik perkapalan di Lasem dan Rombeng,
Ø Mendirikan benteng dan pangkalan kapal perang di Banten dan Surabaya.
Guna jalan tersebut:
Ø Memudahkan pengangkutan tentara untuk melawan Inggris,
Ø Memudahkan pengangkutan hasil bumi.
E) Usaha memperbaiki pemerintahan
Dalam usaha ini tindakan Daendels antara lain:
Ø Korupsi diberantas, gaji pegawai diperbaiki, pegawai yang curang dihukum berat,
Ø Pulau Jawa dibagi atas Sembilan prefek,
Ø Bupati seluruh Jawa di jadikan pegawai Belanda dan pemerintah rakyatnya dibawah pimpinan prefek merupakan penghubung antara rakyat dan Gubernemen.
Ø Didirikan badan pengadilan yang akan mengadili orang Indonesia sesuai dengan adat istiadatnya.
Daendels memperkuat kedudukan Pemerintah Belanda terhadap kesultanan dan kerajaan di Jawa. Kesultanan harus tunduk kepada pemerintah Belanda.
F) Usaha Daendels untuk mencari keuangan.
Untuk mencapai cita itu, Daendels memerlukan banyak uang. Caranya mencari uang antara lain:
Ø Dengan menjual tanah karena tanah adalah milik raja (Raja Negeri Belanda), maka wakil raja boleh menjualnya. Tanah itu dijual “bersama” penduduknya, artinya: Pemilik tanah yang baru dapat mempergunakan atau memperlakukan penduduk di situ untuk kepentingan pemilik tanah. Tanah yang di jual oleh Daendels antara lain: daerah Pamanukan, Ciasem, Probolinggo, dan sebagainya.
Ø Stelsel pemberian yang diwajibkan (leveransi) dan kontingenten diperkeras.
Ø Penanaman kopi diperluas.
Ø Diadakan pinjaman paksa.
Ø Diadakan monopoli beras.
G) Hubungan Daendels dengan raja di Pulau Jawa
a) Hubungan Daendels dengan Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta
Tindakan Daendels terhadap raja di Jawa Tengah adalah sewenang-wenang. Waktu jaman colonial Belanda, residen Belanda di Yogykarta dan Surakarta oleh VOC diharuskan memberi penghormatan keapda Sunan dan Sultan.
Pada jaman Daendels upacara penghormatan di antara pegawai Belanda dan Kesultanan di ubah. Gubernur Jenderal sebagai wakil raja (Raja Belanda), berdiri di atas Kesultanan. Residen sejajar dengan Sultan atau Sunan. Kesultanan dapat berkuasa hanya berkat kemurahan pemerintahan Belanda. Bila Daendels pergi ke Surakarta atau Yogyakarta, Sunan dan Sultan harus menyongsong kedatangannya.
Jelaslah bahwa Daendels telah menurunkan derajat Kesultanan dan merendahkan Sultan dan Sunan. Timbullah perasaan anti Belanda yang meluap di kalangan kaum bangsawan di Istana Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta.
Pada tahun 1810, Daendels tiba-tiba menyerang istana Yogyakarta dengan kekuatan pasukan 15,000 orang. Sultan Hamengku Buwono Kedua dipaksa turun dari takhta. Prawiradirja Kedua, saudara Sultan, pangeran Natakusuma bersama anaknya Pangeran Natadiningrat harus dierahkan kepada Daendels. Pangeran Natakusuma dan Natadiningrat menyerahkan diri dan ditawan di Batavia. Prawiradirja Kedua tidak menyerahkan diri begitu saja. Ia menyingkir ke luar kota dan mengadakan perlawanan terhadap Belanda. Tapi dalam suatu pertempuran ia tewas.
Demikianlah pada tahun 1810, Sultan Hamengku Buwono Kedua di turunkan dari takhta dan diganti oleh puteranya yaitu Sultan Raja, dengan gelar “Sultan Hamenngku Buwono Ketiga”. Sultan Hamengku Buwono Kedua masih diperbolehkan tetap tinggal di Istana Kesultanan. Sejak itu ia bergelar Sultan Sepuh. Sebelum Sultan Raja diangkat menjadi Sultan, ia harus menandatangani perjanjian yang isinya:
Ø Daerah Kesultanan diperkecil,
Ø Sultan harus membayar segala ongkos tentara dan pegawi yang mengiringkan Daendels.
Dari Yogyakarta, Daendels terus ke Surakarta. Kepada Sunan diharuskan menandatangani perjanjian yang isinya:
Ø Daerah Sunan diperkecil,
Ø Sunan harus membayar biaya perjalanan tentara Daendels
b) Hubungan Daendels dengan Kesultanan Banten
Daendels sedang membangun suatu pangkalan perang, mula-mula di UjungKulon, kemudian di MerakBanten. Sejumlah 1,500 pekerja yang dikirim oleh Sultan Banten hampir seluruhnhya tewas karena pekerjaan berat dan penyakit malaria. Sultan Banten tidak mau lagi mengirimkan pekerja, Daendels memerintahkan kepada Sultan untuk menyerahkan Patih Wargadireja yang dianggap oleh Daendels sebagai pimpinan perlawanan. Sesudah itu Daendels mengutus Komandan Du Pyu untuk menuntut:
Ø Pekerja Seribu orang setiap hari,
Ø Diserahkan Patih Wargadireja kepadanya,
Ø Supaya Kesultanan Banten dipindahkan ke Anyer
Tuntutan tersebut dijawab dengan pembunuhan atas Du Pyu. Mendengar peristiwa ini, Daendels segera mengirimkan tentaranya menyerbu Kesultanan Banten. Patih Wargadireja ditembak mati dan jenazahnya dibuang ke laut. Sultan di tawan dan dibuang ke Ambon. Sebagian dari daerah Kesultanan Banten dirampas dan diperintah langsung oleh Belanda dan sebagian lagi dipinjamkan kepada putera mahkota yaitu Sultan Muhammad Aliudin. Walaupun demikian, semangat perlawanan rakyat tidak padam. Dengan dipimpin oleh Pangeran Achmad, rakyat Batnen dibantu oleh rakyat Lampung menyusun kekuatan untuk melancarkan perlawanan. Beberapa waktu lamanya Banten kacau karena Sultan tidak mendapat dukungan dari rakyat Banten.
c) Hubungan Daendels dengan Kesultanan Cirebon
Akibat sering terjadinya pemberontakan dan Sultan tidak memenuhi kehendak Daendels, pada tahun 1809, Kesultanan Cirebon dinyatakan milik Belanda. Sultan lalu berkuasa sebagai bupati saja.
H) Akhir pemerintahan Daendels (1811)
Pemerintahan Daendels merupakan halaman paling hitam dalam sejarah penjajahan Belanda di Indonesia. Kekejaman dan kebengisannya menimbulkan rasa dendam kepada rakyat Indonesia dan rasa permusuhan dari rakyat Belanda sendiri. Itulah sebabnya banyak pengaduan yang dikirim kepada raja Belanda, Lodewyk Napoleon. Akhirnya pada tahun 1811, ia dipanggil pulang ke Eropa. Penggantinya ialah Janssens. Karena kekejamannya rakyat Indonesia memberi nama sindirian kepada Daendels, “Tuan Besar Guntur”.
I) Jasa-jasa Daendels
Disamping lembaran hitam yang ia tinggalkan sebagai jasa dapat juga dikemukakan antara lain:
Ø Ia berusaha menyehatkan kota Batavia,
Ø Membangun kota yang baru yang disebut Welterreden (Sekarang: Jatinegara),
Ø Membangun Istana,
Ø Memuat jalan raya Pos dari Anyer ke Panarukan sepanjang sekitar 1000 km.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Daendels (Raden Mas Galak) as Governor General of the Republic Bataaf (French / Dutch) in the Dutch East Indies (Indonesia)
(Source: History Book 1 for Secondary Schools)
A) The emergence of the Republic Bataaf
In the country of the Netherlands at that time was going conflict between the party or group Patriot (patriotism) and the party or group that wants Orange Orange family remain as guardian State. The governor of the Netherlands Willem Fifth, get help from Prussia. Patriot group leaders then forced to flee to France.
On July 14, 1789, revolution broke out in France in convulsive selurun European Countries. In the arena of the revolution, there was a dictator that Napoleon Bonarpate to secure the back country France then controlled almost all of Europe.
In 1795, Patriot's party leaders such as General Daendels, invaded the kingdom of the Netherlands, together with the French army.
Willem Fifth fled to the United Kingdom and appealed to the UK so he would pempertahankan Dutch colonies in Indonesia.
In 1795, the country became the Republic of the Royal Netherlands Bataaf Republic. At that time the Governor General in Indonesia is Van Overstraten.
As at December 31, 1799, the VOC was formally dissolved but yet "colonial (Indonesia: Company)" still sound continues until some twenty years later. At the time of the dissolution of the VOC, VOC and glory all debts handed over to the Dutch Government. Since then began the occupation of the Dutch in the Dutch East Indies (Indonesia).
B) The governance Daendels (1808-18011).
Meester in de Rechten Herman Willem Daendels or called Daendels born in the Netherlands in the year 1792 in the Nederlands. He became a lawyer in the Netherlands. In 1787 fled to France and join the French revolution. In 1795, Daendels back to Holland as General along with France, the French army invaded the Netherlands. When the Netherlands became the kingdom with Napoleon as king Lodewyk (1806), and Daendels appointed as Governor-General in Indonesia.
Since 1800, the Dutch East Indies are no longer controlled by syndicates trading (VOC), but by a State which is the Netherlands or the Netherlands with Dutch nation. It does not realize is how many in the Dutch East Indies. For us (the Dutch East Indies or Indonesia) Netherlands remained Netherlands. Besides all this VOC VOC acted as it is of Dutch rule in Indonesia.
Suffering nation Indonesia has not diminished even increased. Masses, rarely in direct contact with Dutch officials. People ruled by the employee, Indonesia, according to the command of Mr. Big in Batavia. That is why many people are not aware of any important changes in Europe.
Europe is experiencing a great war. France occupied the Netherlands. England demolish France and the Netherlands. Relations between Indonesia and the Netherlands were harassed by the British (in India). Indonesia invaded the British fleet, in the Dutch East Indies Dutch fort was captured by the British much. When Indonesia accepted by the government as a legacy VOC Nederland, the Dutch position was on the verge of collapse. Weakness in the Netherlands did not realize the kingdom or sultanate in Indonesia. Kingdom or Empire still loyal and continue to help the Dutch. They can not use this opportunity to get rid of the Dutch colonial government of Indonesia.
C) Task Daendels in Indonesia
The changing nature of the Dutch government feels remarkably sedsudah 1808. At that time, the Dutch only master Java, Makassar, Timor, and Palembang. Other areas already captured by the British. In the meantime the year 1808, a new governor-general duty in Indonesia. His name was Herman Wilem Daendels. Daendels the following tasks:
Maintain Java from British attack,
Improving governance and the fate of the people of Indonesia in accordance with the ideals of the French revolution.
Daendels In order to carry out this task, he was given unlimited power by the king. Indonesia finally Daendels ruled as a dictator. This is due to:
Indonesia relations with the Netherlands lost because the ocean has been controlled by the British,
In military affairs, Daendels not have to negotiate first with the Dutch Council.
(D) Defense Enterprise Java
Ideals Daendels is preparing a strong country with an iron fist he hit everyone menantangya. Similarly with an iron fist, he ruled Java from British attack. He also compiled Java by way of defense:
Increase the army with troops of the Indonesian people,
Establish senata mill and powder mill in Surabaya and Batavia,
Establish shipbuilding factory in Lasem and ragged,
Establish fortress and base warships in Banten and Surabaya.
To the road:
Facilitate the transport of troops to fight the British,
Facilitate the transport of agricultural products.
E) efforts improve governance
In this business Daendels actions include:
Corruption eradication, improved employee salaries, employees are cheating punished severely,
Java is divided into nine prefects,
Regents over Java in the Dutch officials and the government made the people under the leadership of the prefect is the liaison between the people and Gubernemen.
Established judicial body that would judge the Indonesia according to custom.
Daendels strengthen the position of the Dutch government and the royal sultanates in Java. Sultanate shall be subject to the Dutch government.
F) effort to seek financial Daendels.
To achieve that, Daendels require a lot of money. How to make money include:
By selling the land because the land belonged to the king (king of the Netherlands), the viceroy must sell. The land was sold "with" people, meaning: a new landlord can use or mistreat people there for the benefit of landowners. The land was sold by Daendels among others: local Pamanukan, Ciasem, Probolinggo, and so on.
Stelsel delivery required (leveransi) and kontingenten amplified.
coffee cultivation expanded.
Held forced loan.
Held rice monopoly.
G) Daendels relationship with the king in Java
a) Daendels relationship with the Sultanate of Yogyakarta and Surakarta Sultanate
Daendels action against the king in Central Java is arbitrary. When the Dutch colonial era, the Dutch resident in Yogykarta and Surakarta by VOC are required to pay their respects to Country Sunan and Sultan.
At the time of the memorial Daendels among employees in the Netherlands and the Sultanate of change. Governor-General as the representative of the king (King of Holland), standing on the Sultanate. Resident parallel to the Sultan or the Sunan. Sultanate to power only thanks to the generosity of the Dutch. When Daendels go to Surakarta or Yogyakarta, Sunan and Sultan should meet her arrival.
It is clear that Daendels been debased and degrading Sultan and the Sultanate of Sunan. Dutch anti arises feeling overflowed among the nobility in the Sultanate of Yogyakarta and Surakarta Palace.
In 1810, Daendels suddenly attacked the palace of Yogyakarta with the power of 15,000 troops. The second lane was forced down from the throne. Prawiradirja Secondly, brother Sultan, the prince with his son Prince Natadiningrat Natakusuma should dierahkan to Daendels. Prince Natakusuma and Natadiningrat surrendered and captured in Batavia. Both Prawiradirja not give themselves up. He fled to the town and make a resistance against the Dutch. But in a battle he was killed.
Thus in 1810, the second lane on down from the throne and replaced by his son, Sultan Raja, with the title "Sultan Hamenngku Third Lane". The second lane was allowed to remain in the Sultanate Palace. Since then he titled Sultan Sepuh. Before the king appointed Sultan Sultan, he had to sign an agreement which read:
Regional Sultanate minimized,
Sultan must pay all costs and pegawi soldiers who escort Daendels.
From Yogyakarta, Surakarta Daendels hold onto. To Sunan required to sign an agreement which read:
Sunan area is reduced,
Sunan must pay travel expenses army Daendels
b) Relations with the Sultanate of Banten Daendels
Daendels are building a base of war, first in Ujungkulon, then MerakBanten. 1.500 A number of workers sent by the Sultan of Banten seluruhnhya almost died because of hard work and malaria. Sultan of Banten no longer want to send workers, Daendels ordered the Sultan to give Patih Wargadireja Daendels as deemed by the opposition leader. After that Daendels sent Commander Du Pyu to sue:
Workers thousand people every day,
Submitted Patih Wargadireja him,
For transferred to Anyer Banten Sultanate
The claim is answered by the murder of Du Pyu. Hearing these events, Daendels immediately send troops invaded the Sultanate of Banten. Patih Wargadireja shot dead and his body dumped into the sea. Sultan prisoner and exiled to Ambon. Some of the Sultanate of Banten deprived areas and directly ruled by the Dutch and partly lent to the crown prince, Sultan Muhammad Aliudin. Nevertheless, the spirit of popular resistance is not extinguished. Led by Prince Ahmad, the people helped by the people of Lampung Batnen preparing to unleash the power of resistance. Some time as the Sultan of Banten chaotic without the support of the people of Banten.
c) Relationship with the Sultanate of Cirebon Daendels
Due to the frequent occurrence of rebellion and will not meet Daendels Sultan, in 1809, the Sultanate of Cirebon expressed belong to the Netherlands. Sultan and ruled as regent only.
H) The end of Daendels (1811)
Government Daendels is the blackest pages in the history of Dutch colonialism in Indonesia. Cruelty and cruelty cause resentment to the people of Indonesia and hostility of the Dutch people themselves. That is why a lot of complaints were sent to the king of the Netherlands, Lodewyk Napoleon. Finally in 1811, he was called back to Europe. His replacement is Janssens. Because the people of Indonesia cruelty to Daendels sindirian name, "Mr. Big Thunder".
I) services Daendels
Besides the black sheet that he left the service can also be expressed as follows:
He tried to nourish the city of Batavia,
Build a new city called Welterreden (Now: Jatinegara),
Build a palace,
Loading road from Anyer to Panarukan Heading along approximately 1000 km.
0 comments:
Post a Comment