Contoh Proposal Mata Pelajaran/ Sample Proposal Subject Local Content FOR GENERAL ART CULTURE

(Sumber: dibuat oleh pemilik blog)

PROPOSAL MATA PELAJARAN

REOG PONOROGO





SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) 1 NEVADA


Jalan Bersama, Los Angles, Nevada, Amerika Serikat



LEMBAR PENGESAHAN

Proposal PELAJARAN MUATAN LOKAL REOG tentang PROSES PEMBUATAN EBLEK ini telah di sahkan dan disetujui oleh:

Penyusun





BAGONG





MICHELE




Pembimbing


GEMBLUNG



KATA PENGANTAR

                Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat menyelesaikan proposal Pelajaran Muatan Lokal Reog ini. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas Pelajaran Muatan Lokal Reog tentang proses pembuatan eblek. Selain itu tujuan dari penyusunan proposal ini juga untuk menambah wawasan tentang kesenian REOG.

                Akhirnya kami menyadari bahwa proposal ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar penyusunan proposal selanjutnya lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga proposal ini bermanfaat bagi para pembaca

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

I Pendahuluan
A. Sejarah Singkat Reog Ponorogo
B. Pementasan Seni Reog Ponorogo
C. Mata Pelajaran Pelajaran Muatan Lokal di SMA Negeri 1 NEVADA

II. Dasar dan Tujuan

III. Pelaksanaan

IV. Alat dan Bahan

V. Proses Pembuatan

VI. Penutup
I
PENDAHULUAN

A. SEJARAH SINGAT REOG PONOROGO

                Ada lima versi cerita popular yang berkembang di masyarakat tentang asal usul Reog dan Warok, namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kerthabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke XV. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup. Ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Lalu ia meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajarkan anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan Seni Reog, yang merupakan “sindiran” kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat local menggunakan kepopuleran Reog.

                Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi symbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak geriknya. Jatilan, diperankan oleh sekelompok penari gemblak yang menunggangi kuda menjadi symbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada di balik topeng badut merah yang menjadi symbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Walaupun begitu, kesenian Reog sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan popular di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Klono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
                Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putrid Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong yang terdiri dari merak dan singa sedangkan dari pihak kerajaan Ponorogo Raja Klono Sewandono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh  warok (pria berpakaian hitam-hitam), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian eprang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo an mengadukan ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan “kerasukan” saat mementaskan tariannya.

                Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi wariasan leluhur mereka sebagai wariasan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhi tanpa adanya keturunan yang jelas, mereka menganut keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

B) Pementasan Seni Reog Ponorogo

                Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan, dan hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna hitam. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisional, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita, tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping.

                Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut  Bujang Ganong atau Ganongan.

                Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan biasanya cerita pendekar.

                Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti scenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan reog adalah memberikan kepuasan pada penontonnya. Adegan terakhir adalah singabarong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini mencapai 50-60 kg. topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat juga dipercaya diperoleh dengan latihan spiritual seperti berpuasa dan bertapa.

C Mata Pelajaran Pelajaran Muatan Lokal Reog di SMA 1 NEVADA

                Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, minat generasi muda pada budaya tradisional semakin mengendur. Padahal, semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita harus semakin mencintai budaya local agar kita tidak kehilangan jati diri. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan kesadaran siswa akan kecintaan terhadap budaya tradisional, khususnya Reog Ponorogo, maka mata pelajaran Pelajaran Muatan Lokal (muatan local) di SMA Negeri 1 NEVADA dikhususkan mempelajari tentang Ponorogo. Untuk kelas X, maka pelajaran Pelajaran Muatan Lokal Reog adalah tentang geografis dan sejarah Reog Ponorogo. Di Kelas XI, siswa mempelajari teori macam-macam peralatan dan aksesoris yang digunakan dalam kesenian Reog Ponorogo dan bagaimana peralatan tersebut dibuat. Menginjak Kelas XII, mata pelajaran Pelajaran Muatan Lokal beralih ke praktek. Tugas praktek inilah yang menjadi salah satu syarat siswa kelas XII agar bisa mengikuti UAS. Pelajaran Muatan Lokal di kelas XII terbagi menjadi empat kelompok yakni:

a) Keterampilan yang ditugaskan untuk membuat aksesoris yang digunakan dalam pertunjukan Reog.
b) Musik, yang ditugaskan untuk menabuh gamelan yang digunakan dalam pementasan reog.
c) Tari, ditugaskan untuk mementaskan kesenian Reog Ponorogo.
d) KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang ditugaskan untuk membuat karya tulis tentang Reog Ponorogo.

                Setiap siswa Kelas XII diwajibkan memilih salah satu dari keempat kelompok tersebut seusai dengan kemampuan masing-masing.

II
DASAR DAN TUJUAN

Dasar
                Proposal ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pelajaran Muatan Lokal Reog dalam bidang ketrampilan yang dimbing oleh Bapak Nade Susilo dan akan dipresentasikan di depan kelas.

Tujuan

Bagi penyusun:

Ø  Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pelajaran Muatan Lokal Reog.

Ø  Untuk mengetahui bagaimana proses dan cara membuat eblek.

Ø  Untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan eblek.

Bagi pembaca:

Ø  Memberikan wawasan bagaimana proses pembuatan eblek.

Ø  Untuk melestarikan kesenian Reog Ponorogo

III
PELAKSANAAN
               
                Kami akan melakukan perekaman video bagaimana cara pembuatan eblek pada:
Hari        : Minggu, waktu dan tanggal menyesuaikan.
Tempat                : Tempat menyesuaikan.
IV
ALAT DAN BAHAN

                Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan eblek adalah sebagai berikut:
Ø  Bambu,
Ø  Rotan,
Ø  Cat berwarna putih,
Ø  Kulit untuk bagian telinga,
Ø  Benang kasur,
Ø  Benang sayet warna merah dan kuning,
Ø  Pisau,
Ø  Kuas,
Ø  Cat Warna
V
PROSES PEMBUATAN
Proses pembuatan eblek adalah sebagai berikut:
1)      Siapkan alat dan bahan.
2)      Potong bambu ulung sepanjang 55 cm.
3)      Belah bamboo lalu bersihkan hati bagian tengahnya.
4)      Potong bambu tipis-tipis.
5)      Haluskan bambu yang sudah dipotong tipis-tipis dengan pisau.
6)      Anyam bambu yang telah dihaluskan dengan panjang sekitar 1 meter dan lebar sekitar 75 cm.
7)      Potong anyaman bambu menyerupai tubuh kuda, yaitu kepala dan badannya.
8)      Ikat bagian tepi dengan rotan.
9)      Cat eblek dengan warna dasar putih, tunggu sampai kering.
10)   Buatlah pola bentuk pada badan dan kepala eblek, kemudian cat dengan warna yang sesuai dengan ciri khas Ponorogo (umumnya merah dan biru), tunggu sampai kering.
Hiasi bagian kepala dan ekor eblek dengan benang sayet yang telah disiapkan.





IV
PENUTUP

                Puji sykur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan ridlo dan berkahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan sebaik-baiknya.

                Proposal yang kami tulis ini masih terlihat jauh dari sempurna, mengingat kami juga bukanlah kelompok manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

                Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar proposal yang kami buat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.


IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

Sample Proposal Subject Local Content
(Source: created by the blog owner.)
Proposal Subject Local Content
Reog Ponorogo



High School (SMA) 1 Nevada,
Along the road, Los Angeles, Nevada, United States

APPROVAL SHEET
Proposal LESSON LOCAL CONTENT PROCESS EBLEK REOG about this has been validated and approved by:
Composer




BAGONG


MICHELE


Preceptor

GEMBLUNG

INTRODUCTION
Gratitude we pray the presence of Almighty God, since we can complete proposal Local Content Reog this lesson. The proposal is designed to fulfill the Local Content Lessons Reog eblek making process. Besides the purpose of this proposal is also to add insight into the art REOG.
Eventually we realized that this proposal is very far from perfection.Therefore, with all humility, we accept criticism and suggestions for better preparing the next proposal. For that we say a big thank you and I hope this proposal useful for readers
Author
TABLE OF CONTENTS
Foreword
Table of contents
I IntroductionA. A Brief History of Reog PonorogoB. Staging Art Reog PonorogoC. Subjects Lessons Local Content in SMA Negeri 1 NEVADA
II. Basic and Objectives
III. Implementation
IV. Tools and Materials
V. Making Process
VI. CoverIINTRODUCTION
A. HISTORY speedy REOG PONOROGO
There are five versions of the popular story that developed in the community about the origin and Warok Reog, but one of the most famous story is the story of the rebellion Ki Ageng Kutu, a royal servant during Bhre Kerthabhumi, the last ruling King of Majapahit in the XV century. Ki Ageng lice will anger the powerful influence of the Majapahit king's wife who came from China, but it is also the wrath of the king in a corrupt government. He also saw that the power of the Majapahit kingdom will end. Then he left the king and established the college where he teaches young children martial arts, science self immunity, and the science of perfection in the hope that young people will become the seeds of the future resurrection of the Majapahit kingdom. Aware that his forces are too small to fight the royal troops Ki political messages are conveyed through performances Ageng Fleas Reog Arts, which is a "satire" to King Kertabhumi and his kingdom. Reog a way Ki performances Ageng Flea build local resistance using Reog popularity communities.
In the show Reog displayed mask lion-shaped head, known as "Singa Barong", king of the jungle, which became the symbol for Kertabhumi, and above it is plugged in peacock feathers to resemble a giant fan that symbolize the strong influence of his Chinese colleagues who manage the over all motion geriknya.Jatilan, played by a group of dancers gemblak the horse became a symbol of the power of the Majapahit Empire troops into comparison contrasts with warok force, behind the red clown mask that became the symbol for Ki Ageng Fleas, alone and sustain weight Singabarong mask that reaches more than 50 kg using only his teeth. Ki Ageng Fleas Reog popularity eventually led Bhre Kertabhumi take action and attack perguruannya, rebellion by warok quickly overcome and forbidden to continue teaching college will warok. However, Reog itself is still allowed to be staged because the show has become popular among the people, but the story has a new groove in which the added characters from folklore Klono Sewandono Ponorogo ie, Goddess Songgolangit, and Sri Genthayu.Official Version Reog Ponorogo storyline now is the story of King Ponorogo who intend applying for daughter Kediri, Dewi Ragil Yellow, but on the way he was intercepted by King Singabarong of Kediri. Singabarong king's army consists of peacocks and lions, while the King of the Kingdom of Ponorogo and his Deputy Klono Sewandono Single Anom, escorted by warok (men dressed in black), and warok has deadly black magic. The whole dance is a dance eprang between the Kingdom and the Kingdom of Kediri Ponorogo's complained of black magic between them, the dancers in a "trance" dance performed while.
Until now people Ponorogo only follow what their ancestors as being wariasan wariasan a very rich culture. In his experience art is copyright Reog human creations that form the flow of the belief that there are hereditary and awake. The ceremony also use terms that are not easy for lay people to meet in the absence of a clear descent, they embrace the descendants Parental and customary law still applies.
B) Performance Art Reog Ponorogo
Modern Reog usually performed in several events such as weddings, circumcisions and National holidays. Art Reog Ponorogo consists of several series of 2 to 3 dances opening. The first dance is usually performed by 6-8 brave men dressed all in black, with faces painted black. The dancers depict the figure of a brave lion.Next is a dance performed by a 6-8 girl ride a horse. In traditional reog, dancers are usually played by male dancers dressed woman, this dance is called the dance lesson braid or jathilan, which must be distinguished from other dances that lumping horse dance.
Other opening dance if there is usually a dance by a little boy who brought the funny scenes called Single Ganong or Ganongan.
After the opening dance finished, the new core scenes whose contents depend reog condition in which the art is displayed. When dealing with marriage then love scenes are shown. For the celebration of circumcision or circumcision usually warrior story.
The scene in the art Reog usually do not follow a neat scenario.Here there is always interaction between the player and the puppeteer (usually the leader of the group) and sometimes with the audience. Sometimes a player is performing can be replaced by another player if the player fatigue. Which is more important in staging reog is to give satisfaction to the audience. The final scene is Singabarong, where the actors wore masks shaped head of a lion with a crown made of peacock feathers. Weight mask is reached 50-60 kg. This heavy mask carried by the dancers with their teeth. The ability to bring this mask than obtained with weight training is also believed to be obtained by spiritual practices like fasting and penance.
Lesson C Lesson Reog Local Content in SMA 1 NEVADA
Along with the development of the modern era, youth interest in traditional culture increasingly slack. In fact, the more advanced the development of science and technology, we need more love local culture so that we do not lose identity. Therefore, to raise awareness of students would love for traditional culture, especially the Reog Ponorogo, the Local Content Lessons subjects (local charge) in SMA Negeri 1 NEVADA devoted study of Ponorogo. For class X, then the Local Content Reog lesson lesson is about the geography and history of Reog Ponorogo. In Class XI, students learn the theory of a variety of equipment and accessories used in Reog Ponorogo and how the equipment is made. Stepping Class XII, Local Content Lessons subjects switched to the practice. Task practice which is the one of the requirements class XII students in order to follow the UAS. Local Content Lessons in class XII are divided into four groups, namely:
a) Skills commissioned to create accessories that are used in the show Reog.b) Music, assigned to gamelan used in staging reog.c) Dance, assigned to perform Reog Ponorogo.d) KTI (Scientific Writing) assigned to write a paper about Reog Ponorogo.
Each Class XII students are required to select one of four groups in accordance with its respective capabilities.
IIBASIS AND PURPOSE
BaseThis proposal was made in order to fulfill the tasks subjects Reog Lessons Local Content in the field of skills dimbing by Mr Nade Susilo and will be presented to the class.
Destination
For authors:
 To meet this task subjects Reog Lessons Local Content.
 To know the process and how to make eblek.
 To know what are the tools and materials required in the manufacture of eblek.
For the readers:
 Provide insight into how the process of making eblek.
 To preserve Reog Ponorogo
IIIIMPLEMENTATION
We will do video recording how to make eblek on:Day: Sunday, adjust time and date.Venue: The adjusting.IVEQUIPMENT AND MATERIALS
Tools and materials required in the manufacturing process eblek is as follows: Bamboo, Rattan, white paint, Skin to the ear, Yarn mattress, Yarn sayet red and yellow, Knives, Brush, Paint ColorVMAKING PROCESSEblek making process is as follows:1) Prepare tools and materials.2) Cut the bamboo hand-picked all 55 cm.3) Cut the bamboo and purify your hearts the middle.4) Cut into thin bamboo.5) Puree the bamboo is cut thinly with a knife.6) Anyam bamboo that has been smoothed with a length of about 1 meter wide and about 75 cm.7) Cut bamboo resembles a horse's body, the head and body.8) Tie the edges with a cane.9) Cat eblek with white background, wait until dry.10) Make a pattern on the body and head shape eblek, then paint with colors that match the characteristics of Ponorogo (usually red and blue), wait until it dries.Decorate the head and tail eblek with sayet thread that has been prepared.




IVCLOSING
Praise sykur we pray that Almighty God's presence has given bless and blessing, so that we can complete this proposal as well as possible.
The proposal that we write this still looks far from perfect, nor are we given the perfect man. Therefore, we as authors apologize profusely.
Therefore, constructive criticism and suggestions from readers so we expected that the proposals we made to be even better in the future.


0 comments:

Post a Comment