Budaya Bangladesh, Budaya Srilangka, dan Budaya Filipina, Air Suci di Asia/ Culture of Bangladesh, Sri Lanka Culture and Cultural Filipino, Holy Water in Asia FOR GENERAL SOSIOLOGY


Budaya Bangladesh, Budaya Srilangka, dan Budaya Filipina, Air Suci di Asia

(Sumber: Air di Negara Asia Pasifik, Ekologi. Asia/ Pacific Culture Centre for UNESCO. Asian/ Pacific Copublication Programme.)

(Bangladesh) Nangalbanda adalah sebuah desa di tepi sungai Brahmaputra, tiga belas kilometer jauhnya dari ibu kota Dhaka. Pada hari kedelapan di bulan Bengali yang disebut Chaitra, diselenggarakan pesta mandi besar yang menarik sejumlah besar peziarah Hindu ke tempat ini. Pesta ini secara tradisional disebut Ashtami Snan. Suatu pasar malam yang amat besar yang meliputi area seluas tiga mil persegi diadakan pada waktu yang bersamaan. Menurut mitologi Hindu, dewa Parshuraj atas perintah ayahnya membunuh ibu dan empat saudaranya. Ia kemudian mandi di sungai ini dan dosanya pun diampuni. Sejak itulah, tempat itu menjadi tempat pesta suci bagi penganut Hindu. Ketika para peziarah Hindu yang berasal dari berbagai penjuru dengan beraneka cara hidup berkumpul di sana, para peziarah Hindu itu disucikan. Ada tiga belas tempat yang dapat dimasuki peziarah untuk mandi di sungai yaitu anak tangga menurun yang disebut ghat. Setiap ghat memiliki nama sendiri, seperti ‘Annapurna Ghat’ atau ‘Joykali Ghat’. Peziarah dari berbagai penjuru mandi dig hat yang berbeda, dalam upacara yang menggunakan bunga, buah, daun, dan doa. Sewaktu berada di tempat itu, mereka juga mengunjungi berbagai biara dan candi.

(Filipina) Di beberapa tempat di Filipina terdapat kepercayaan tradisional terhadap penyucian rohani dengan air. Kening seorang bayi yang baru lahir harus di sentuh oleh jari yang dibasahi air untuk menangkal penyakit dan orang mati harus dimandikan dulu sebelum dimakamkan. Kematian itu sendiri diyakini sebagai suatu perjalanan menyeberangi lautan yang luas menuju ke dunia lain. Ketika seseorang meninggal dunia, mereka dipersiapkan untuk perjalanan ini dengan meletakkan jasadnya di perahu yang dimuati dengan makanan dan keperluan lainnya. Perahu itu kemudian dihanyutkan ke laut seduah diratapi sanak keluarga dan dilakukan upacara terakhir. Ketika bangsa Spanyol menjajah Filipina, mereka sekaligus membawa serta ajaran Katolik yang memperkuat kebiasaan ini. Upacara keagamaan pembaptisan Katolik dan upacara keagamaan untuk orang mati dilaksanakan dengan pemberkatan air suci. Seorang Katolik harus mencelupkan jari telunjuknya ke dalam wadah air suci dan menggunakan untuk membuat tanda salib sebelum memasuki gereja.

(Srilangka) Di Srilangka ada upacara khusus, di mana pendeta Buddha melakukan pemberkatan air dan menyucikan. Pendeta Buddha melantunkan “Pirith” berisi khotbah Sang Buddha dan bacaan lain untuk memohon berkat atas manusia dan lingkungan. Sambil melantunkan “Pirith”, para pendeta duduk mengitari meja kecil. Di atas meja terdapat sebuah kendi air jernih. Bermeter benang katun terdiri dari tiga benang yang menjadi satu gulungan, tergulung di atas sebuah gelondongan terbuat dari daun pinang atau biji buah pinang. Ujung benang itu, sekitar setengah meter, tetap dibiarkan lepas dan dimasukkan dalam kendi air. Bagian atas kendi ditutupi sehelai kain putih bersih dan pada mulut kendi digulung benang agar kain tetap ditempatnya. Sedikit demi sedikit gelondongan benang itu diulur secara estafet oleh tiap pendeta yang ada. Kemudian benang itu dibawa melewati umat yang berkumpul untuk upacara itu. Semua hadirin juga memegangi kain itu. Orang Srilangka percaya bahwa ketika para pendeta melantunkan “Pirith”, nanyian itu bergerak melalui benang itu dan orang memegangnya memperoleh berkat. Di dalam air kendi yang juga telah didoakan terkumpul berkat. Seusai upacara, air dalam kendi dibagi kepada khalayak. Mereka menangkupkan tangan yang sudah bersih dan meminum air itu, lalu mengusap muka dengan tangan basah mereka.

Puisi Air

(oleh: Yoon, Suk-joong, dari Republik Korea)

Titik-titik embun,

Turun tiap malam,

Menjadikan hamparan rumput,

Sebagai tempat tidur mereka.

Titik embun,

Matahari tidak tampak hari ini,

Titik-titik embun lelap hari ini,

Jangan bangunkan titik-titik embun.

Berhembuslah liri, hal Angin

Terbanglah dalam damai, hal burung-burung


IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

Culture of Bangladesh, Sri Lanka Culture and Cultural Filipino, Holy Water in Asia
(Source: State of Water in Asia Pacific, Ecology. Asia / Pacific Culture Centre for UNESCO. Asian / Pacific Copublication Programme.)
(Bangladesh) Nangalbanda is a village on the banks of the river Brahmaputra, thirteen kilometers away from the capital Dhaka. On the eighth day in the Bengali month called Chaitra, held a large shower party attracted a large number of Hindu pilgrims to this place. This party is traditionally called Ashtami Snan. A huge night market which covers an area of ​​three square miles are held at the same time. According to Hindu mythology, gods Parshuraj on his father's orders to kill the mother and four brothers. He then bathe in the river and his sins were forgiven. Since then, the place was a sacred place for Hindus party. When the Hindu pilgrims who come from all over the diverse ways of life gathered there, it consecrated Hindu pilgrims. There are thirteen places accessible to pilgrims to bathe in the river down the stairs called ghat. Each ghat has its own name, such as 'Annapurna Ghat' or 'Joykali Ghat'. Pilgrims from all over the bathroom dig different hat, in a ceremony using flowers, fruits, leaves, and prayer. Once you are in that place, they also visited various monasteries and temples.
(Philippines) In some places in the Philippines there is a traditional belief of the spiritual cleansing with water. Forehead of a newborn baby should be in touch by fingers moistened with water to ward off disease and the dead should be washed before burial. Death itself is believed to be an extensive trip across the ocean to get to another world. When someone dies, they are prepared for this trip by putting his body on a boat loaded with food and other necessities. The boat was then washed away into the sea seduah mourn relatives and performed the last rites. When the Spaniards colonized the Philippines, as well as bringing along their Catholic teachings reinforce this habit. Catholic religious ceremonies and rituals of baptism for the dead carried out with the blessing of holy water. A Catholic must dip his finger into the container of holy water and use to make the sign of the cross before entering the church.
(Sri Lanka) In Sri Lanka, there is a special ceremony, where Buddhist monks perform blessings and purify water. Buddhist monks chanting "Pirith" contains the Buddha and other readings to invoke blessings on humans and the environment. While chanting "Pirith", the priests seated around a small table. On the table there is a jar of clear water. Meter-cotton yarn consists of three threads into one roll, rolled on top of a log made of areca leaf or betel nuts.End of the thread, about half a meter, be left off and put in a jar of water. The top of the jar covered with a clean white cloth and the mouth of a jug rolled threads that keep the fabric in place. Little by little spindles yarn stretched the relay by each pastor there. Then the thread is brought through the people who gathered for the ceremony. All attendees also holding the cloth. People believe that when the Sri Lankan monks chanting "Pirith", nanyian it moves through the string and hold the blessing. In the water jug ​​that has also been raised thanks to prayer. After the ceremony, the water in the jug shared with the audience. They clasped hands are clean and drinking water, and rubbed their faces with wet hands.
Air Poetry
(By: Yoon, Suk-joong, from the Republic of Korea)
The points dew,
Down every night,
Making the grass,
As their beds.
Dew point,
The sun is not visible today,
The points dew asleep today,
Do not wake dew points.
Berhembuslah Liri, p Wind
Fly in peace, that the birds


0 comments:

Post a Comment