Nilai dan Norma Sosial/ Values ​​and Social Norms FOR CLASS X SOCIALISM


Nilai dan Norma Sosial

(sumber: Ali, Nur. Modul Bahan Ajar Sosiologi Kelas X. Ponorogo: Gandini.)

A) nilai Sosial

I) Pengertian dan Tolak Ukur Nilai Sosial.

a) Pengertian Nilai Sosial, nilai diartikan sebagai: harga (taksiran harga), angka kepandaian (nilai ujian, nilai), ukuran, kadar, mutu, dan bobot. Menurut Soerjono Soekanto, nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Menurut Milton Rokeah, nilai adalah suatu jenis keyakinan tentang bagaimana seseorang sepatutnya atau tidak patut dalam melakukan sesuatu atau tentang apa yang berharga dan tidak berharga untuk dicapai atau dikerjakan. Menurut Robert M. Z. Lawang, nilai adalah gambaran apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempunyai nilai pelaku social dari orang yang memiliki nilai tersebut. Dari sosiologi, nilai bukan ukuran yang dapat ditukar dengan barang nyata, karena nilai dalam  dalam sosiologi bersifat abstrak atau tidak nyata. Misalnya, nilai saling menghormati dan menempati janji merupakan sesuatu bernilai atau sesuatu yang dianggap baik dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, nilai social dalam sosiologi dapat diartikan sebagai sesuatu yang dinginkan oleh warga masyarakat dan dijadikan dasar dalam menentukan apa yang baik bernilai atau berharga dalam hidupnya.

b) Tolak Ukur Nilai Sosial. Tolak ukur nilai social adalah daya guna fungsional  suatu nilai dan kesungguhuan penghargaan, penerimaan atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh atau sebagian besar masyarakat terhadap nilai social berikut. Setiap nilai social pada suatu masyarakat mempunyai tolak ukur yang berbeda-beda, tetapi secara universial tolak ukur nilai social tidak jauh berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Karena tolak ukur yang digunakan adalah sama yaitu atas dasar “daya guna fungsional”. Dikatan “daya guna fungsional” karena setiap objek dihargai menurut fungsinya dalam struktur dan fungsi masyarakat yang bersangkutan. Misalnya Presiden mendapat nilai social yang lebih tinggi dari Bupati, karena tugas Presiden dinilai lebih tinggi dari pada fungsi Bupati.
Tolak ukur fungsional dalam masyarakat biasanya cenderung bersifat sementara, hal ini dikaeranakn setiap masyarakat selalu berkembang terus sesuai dengan dinamika masyarakat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga tolak ukur nilai social sewaktu-waktu dapat berubah, misalnya kedudukan seorang dukun yang karena fungsinya sangat besar dianggap memiliki kedudukan yang penting dalam masyarakat. Namun dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) lama-kelamaan fungsi seorang dukun terdesak oleh fungsi seorang dokter, sehingga kedudukan seorang dukun dianggap tidak penting lagi dalam masyarakat.
Tolak ukur nilai social dalam masyarakat bisa bersifat tetap (tahan lama) jika memenuhi dua syarat, yaitu:

i) Tolak ukur itu harus diberikan dan disetujui oleh seluruh atau sebagian anggota masyarakat. Jadi bukan atas dasar keinginan individu.

ii) tolak ukur harus diterima sungguh-sungguh oleh seluruh dan sebagian besar masyarakat. Kesungguhan masyarakat tersebut bisa dilihat dari sanksi yang diberikan bagi orang yang melanggarna dan luapan emosi masyarakat apabila ada seseorang yang hendak merubah atau menghancurkan nilai tersebut.

C) Sumber Nilai Sosial

i) Sumber Instrinsik, sumber intrinsic yaitu sumber nilai social yang berasal dari hati sanubari manusia itu sendiri, misalnya menyantuni orang . Di lihat dari fungsinya mererka tidak memiliki fungsi penting dalam masyarakat tapi masyarakat tetap menyantuni merkea karena hati sanubari manusia berpendapat seperti itu.

ii) Sumber Ekstrinsik, sumber ekstrinsi adalah nilai social yang berasal dari luar orang atau benda yang dihargai. Biasanya merpakan hasil kreasi manusia dalam hidup bermasyarakat yang disebut kebudayaan. Misalnya menghormati dan menghargai presiden. Dilihat dari fungsinya, maka presiden memiliki fungsi penting dalam masyarakat, tetapi tolak ukur ini berasal dari kesepakatan bersama masyarakat dalam bentuk peraturan atau undang-undang. Presiden dipilih dan diangkat berdasarkan epraturan yang dibuat masyarakat, artinya kedudukan presiden menjadi penting karena bersumber pada peraturan yang dibuat oleh masyarakat bukan berasal dari hati sanubari manusia.

II) Ciri-ciri dan Fungsi Nilai Sosial

a) Ciri Nilai Sosial: merupakan hasil interaksi social antara warga masyarakat (hasil hubungan dengan masyarakat), dapat ditularkan kepada orang lain melalui pergaulan, terbentuknya melalui proses belajar, bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain, mempunyai pengaruh berbeda terhadap setiap orang, merupakan asumsi dari bermacam obyek di dalam masyarakat, mempengaruhi pengembangan pribadi seseorang yang baik positif maupun negative, merupakan usaha dari pemenuhan kebutuhan dan kepuasan social manusia, dapat mempengaruhi emosi seseorang atau kelompok social, cenderung berkaitan dengan yang lain melalui komunikasi untuk membentuk pola dan sistem nilai dalam masyarakat.
b) Fungsi Nilai Sosial,

1) Sebagian bentang perlidungan adalah melidungi di dalam masyarakat. Nilai social yang berfungsi sebagai benteng perlindungan adalah “nilai inti atau poros” dalam masyarakat. Misalnya nilai Pancasila, siapapun yang ingin menghancurkan nilai Pancasila tentu akan berhadapan dengan bangsa Indonesia yang akan mempertahankan mati-matian, sebab hancurnya nilai Pancasila berarti menghancurkan seluruh bangsa Indonesia.

2) Sebagai petunjuk arah dan pemersatu suatu kelompok atau masyarakat yaitu: mengarahkan masyarakat untuk berfikir dan bertingkah laku secara ideal (tokoh Wika Hully), dapat menetapkan harga seseorang atau kelompok, sebagai alat solidaritas antara anggota, sebagai alat pengawas dengan tekan dan daya pengikat tertentu, menjadi tujuan akhir bagi manusia dalam memenuhi peranan sosialnya.

3) Sebagai motivator yaitu mendorong dan menuntun warga masyarakat untuk berbuat baik.

III) Macam-macam Nilai Sosial.

Ditinjau dari sifatnya, Nilai Sosial dibedakan menjadi dua yaitu:

a) Nilai Obyektif (bersifat umum) yaitu nilai yang diyakini kebaikan dan kebenarannya oleh seluruh anggota masyarakat sehingga menjadi ukuran atau patokan secara kolektif. Contoh: menghormati ayah dan ibu adalah nilai yang bersifat umum karena harus dilakukan oleh semua orang terhadap kedua orang tuanya.

b) Nilai Subyektif adalah nilai yang mementingkan pertimbangan individu, berdasarkan ukuran mengenai kebaikan dan kebenaran yang diyakini seseorang dalam menentukan sikap dan perilakunya. Contoh: meskipun menghormati ayah dan ibu termasuk nilai yang bersifat umum, namun setiap orang mempunyai perbedaan untuk menghormati kedua orang tuanya. Misalnya Adi melakukannya dengan cara membeli barang yang diperlukan oleh orang tuanya, Bambang melakukan cara bertingkah laku yang sopan kepada orang tuanya, Cempluk melakukan dengan cara menitipkan ke Panti Jompo, dan sebagainya.

Ditinjau dari isinya, Nilai Sosial dibedakan menjadi:

a) Nilai Sosial Estetis yaitu nilai yang menyangkut ekspresi dan rasa kejiwaan tentang keindahan, misalnya terhadap karya seni.

b) Nilai Sosial Religius yaitu nilai yang berkaitan dengan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Misalnya Masjid, Gejera, Pura, Wihara dianggap sangat bernilai karena berhubungan dengan keimanan dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengna agama yang dianutnya.

c) Nilai Sosial Etis yaitu nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang mneyangkut perilaku yang terpuji, misalnya menghormati ayah dan ibu, menyantuni anak yatim, dan sebagainya.

Ditinjau dari cirinya, Nilai Sosial dibedakan menjadi:

a) Nilai Dominan yaitu Nilai Sosial yang dianggap lebih penting dari nilai lainnya. Ukuran dominan atau tidaknya suatu nilai didasarkan pada nilai berikut:

I) Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut, misalnya pada waktu terjadi reformasi sebagian masyarakat Indonesia menghendai peerubahan ketimbang mempertahankan status quo.

ii) beberapa lama nilai tersebut dianut oleh anggota masyarakat. Contoh: sejak dahulu masyarakat Jogjakarta dan Surakarta melaksanakan tradisi sekaten untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw di alun-alun utara keratin.

iii) tinggi rendahnya usaha orang atau masyarakat untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh: orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampong (mudik) di hari besar keagamaan, seperti hari Raya Idul Fitri.

iv) Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh: memiliki mobil dengan merk terkenal dapat memberika presitse atau kebanggan tersendiri.

b) Nilai Sosial yang mendarah daging yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian atau kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berfikir atau pertimbangan lagi. Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil, umumnya bila nilai tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan akan merasa sangat bersalah. Contoh: orang tua melihat anaknya ditangkap polisi karena mencuri, ia akan merasa bersalah karena dianggap gagal dalam mendidik anaknya.

Ditinjau dari fungsi penyatuan masyarakat, Nilai Sosial dibedakan menadi:

1) Nilai Sosial Asosiatif yaitu nilai yang mendorong untuk terwujudnya kerjasama, asimilasi, ataupun akomodasi diantara orang perorangan atau kelompok dalam masyarakat. Contoh sikap menghargai orang lain, merupakan sikap yang sangat bernilai karena dapat mendorong kerjasama dengan orang lain.

2) Nilai Sosial Disosiatif yaitu nilai yang mendorong timbulnya konfil (pertentangan) dalam masyarakat. Contoh: sikap mau menang sendiri, merukana sikap yang tidak mempunyai nilai karena dapat mendorong terjadinya konfilik dengan orang lain.

Max Sheller membedakan jenis nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat ke dalam empat jenis, yakni:

1) Nilai Sosial Kenikmatan yaitu nilai social yang menyebabkan seseorang memperoleh kenikmatan dan kesenangan, misalnya kegembiraan, kesuksesan dan sebagainya.

2) Nilai Sosial kehidupan yaitu nilai social yang paling penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya kesehatan kesejahteraan umum, saling pengertian, keharmonisan dan sebagainya.

3) Nilai Sosial kejiwaan yaitu nilai social yang berhubungan dengan kejiwaan dan perasaan manusia. Misalnya keindahan, kehaalusan akal budi dan kebenaran.

4) Nilai Sosial kerohanian yaitu nilai social yang berhubungan dengan moralitas yang bersumber pada ajaran suci Tuhan melalui kitab suci.

Prof. Dr. Notonegoro membagi Nilai Sosial menjadi tiga macam, yaitu:

1) Nilai material yaitu segala benda yang berhubungan dan berguna bagi manusia.

2) nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitasnya.

3) nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai rohani dibagi menjadi empat macam:

1) Nilai keberanan yang bersumber dari unsur akal manusia, misalnya kejujuran.

2) nilai keindahan yang bersumber dari unsur rasa manusia, misalnya karya seni.

3) nilai moral yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan manusia, misalnya menghormati Orang Tua.

4) Nilai religus yang bersumber dari nilai ketuhanan yang tinggi dan mutlak sumbernya dari keyakinan dan kepercayaan manusia.

Kluckhohn mengatakan bahwa semua nilai pada setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup lima masalah pokok yaitu:

1) Nilai mengenal hakekat hidup manusia, terdiri dari: masyarakat menganggap hidup itu buruk, masyarakat yang menganggap hidup itu baik, masyarakat itu menganggap hidup itu buruk tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup menjadi baik.

2) nilai mengenal hakekat karya manusia, terdiri dari: masyarakat menganggap karya manusia untuk memungkinkan hidup atau untuk mencari nafkah hidup, masyarakat yang menganggap karya manusia untuk memberikan kedudukan dan kehormatan, masyarakat yang menganggap karya manusia sebagai gerak hidup untuk menghasilkan karya lagi.

3) Nilai Sosial mengenal hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, terdiri dari: masyarakat memandang penting untuk berorientasi kemasa lalu misalnya kebagusan dan kejelekan, masyarakat memandang penting untuk berorientasi ke masa kini, masyarakat memandang untuk berorientasi ke masa depan.

4) Nilai Sosial mengenal hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya, terdiri dari: masyarakat yang memandang alam sebagai sesuatu hal yang dahsyat sehingga manusia bisa menyerah saja tanpa banyak berusaha, masyarakat yang memandang alam sebagai sesuatu yang bisa dilawan manusia sehingga perlu ditaklukan misalnya nelayan,  masyarakat yang memandang bahwa manusia hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam misalnya memanfaatkan dan melelaraskan.

5) Nilai Sosial mengenal hakekat hubungan manusia dengan sesamanya, terdiri dari: masyarakat yang berorientasi secara vertical sehingga ada rasa ketergantungan terhadap pemimpin atau orang atasan, masyarakat yang berorientasi secara horizontal sehingga ada rasa ketergantungan kepada sesamanya misalnya menyontek, masyarkat yang berorientasi secara individualism yaitu menilai tinggi usaha atas kekuatan sendiri misalnya sesuatu yang egois.

B) Norma Sosial

I) Pengertian dan proses terbentuknya Norma Sosial. Norma Sosial adalah suatu perangkat agar hubungan di dalam suatu masyarakat dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan (Pendapat Soerjono Soekanto), menurut Robert M. Z. Lawang, Norma Sosial adalah patokan sesuatu masyarakt tertentu. Menurut Koentjaraningrat, Norma Sosial adalah sesuatu yang menata tindakan manusia dalam membawakan peranan sosialnya dalam pengetahuan sistem budaya.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk social yaitu makhluk yang selalu hidup bermasyarakat keberlangsungan hidupnya. Agar kehidupan bersama dapat berjalan teratur, maka manusia menciptakan norma yang dijadikan pedoman hidup untuk mengatur interaksi social antara seseorang dengan orang lain dalam hidup masyarakat. Selanjutnya agar Norma Sosial dapat tercipta, maka manusia dapat melakukan kesepakatan terlebih dahulu tetnang apa yang telah dilakukan, apa yang sebaiknya dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan terhadap orang lain. Setelah Norma Sosial telah tercipta, maka setiap anggota masyarakat harus merelakan memberi sebagian kebebasannya demi terciptanya kehidupan yang harmonis dan sejahtera.

II) Ciri dan Fungsi Norma Sosial. Cirri-ciri Norma Sosial sebagai berikut: norma bisa bersifat tertulis dan norma bisa tidak tertulis, Norma Sosial di dalamnya berisi perintah dan larangan, Norma Sosial merupakan perwujudan dari gerak dinamis masyarakat, kebenaran antara norma yang satu dengan norma yang lain terkait, pelaksanaan norma bersifat timbal balik, artinya satu orang melaksanakan norma maka orang lain harus juga melaksanakan.

Sedangkan fungsi norma sosialnya dalam kehidupan masyarakat adalah penuntun atau pedoman bagi manusia dalam melaksanakan interaksi social, sebagai pengikat dan pengendalian social (control social) dalam hidup bermasyarakat, mengatur manusia agar dapat menjalankan peranannya baik dalam hidup dengan sesamanya maupun terhadap Tuhannya.

Norma Sosial social dapat berfungsi dengan baik dalam masyarakat jika memenuhi syarat sebagai berikut; pertama, norma social harus diketahui, dipahami, dimengerti dan dimengerti oleh seluruh anggota masyarakat, kedua, norma social harus dihargai oleh seluruh anggota masyarakat karena membawa manfaat bagi seluruh anggota masyarakat, ketiga, norma social harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat.

Selain itu, norma social memiliki sifat sebagai berikut: pertama, sifat mengatur artinya menjadi petunjuk perilaku, kedua, bersifat melindungi artinya melindungi setiap anggota amsyarakat terutama pihak yang lemah, ketiga, bersifat umum artinya berlaku bagi semua anggota masyarakat terutama tanpa terkecuali, keempat, bersifat, bersifat memaksa artinya dengan disertai sanksi bagi pelanggarannya. (tak seperti nilai)

III) Macam Nilai Sosial

Ditinjau dari resmi atau tidaknya, Nilai Sosial dibedakan:

a) Nilai Sosial Tidak Resmi (Non formal) yaitu patokan yang dirumuskan secara tidak jelas dan pelaksanaannya tidak diwajibkan bagi warga masyarakat yang bersangkutan namun semua anggotanya sadar bahwa patokan tidak resmi itu harus ditaati dan mempunyai kekuatan yang memaksa yang lebih besar daripada patokan resmi. Norma tidak resmi dapat dijumpai dalam keluarga, perkumpulan tidak resmi, ikatan paguyuban, dan sebagainya.

b) Nilai Sosial Resmi (Formal) yaitu patokan yang diwajibkan dan dirumuskan dengan jelas dan tegas oleh para berwenang kepada semua anggota masyarakat. Patokan atau aturan yang dirumuskan tidak semata berdasarkan kebiasaan dan kelakuan yang sudah ada, tetapi lebih pada prinsip susila (etika) dan prinsip baik dan buruk. Nilai Sosial resmi dibuat dalam bentuk peraturan, perundangan-undangan, lembaga ekonomi, lalu lintas dan sebagainya.

Atas dasar kekuatan mengikatnya, Nilai Sosial dibagi menjadi empat macam:

a) Usage (cara) yaitu bentuk perbuatan yang harus dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain. Seseorang yang melanggar Usage (cara) hanya sekedar mendapat celaan dari orang lain yang dihubunginya.

b) Folkways (kebiasaan) yaitu perbuatan yang diulang-ulang yang biasa dilakukan dan diterima oleh banyak orang (masyarakat). Seseorang yang melanggar folkways akan dipergunjungkan, atau menjadi bahan tertawaan orang banyak, menjadi bahan olok-olokan, dan berupa ejekan, sindiran.

c)Mores (tata kelakuan) yaitu tata kelakuan yang harus diikuti oleh masyarakat karena dipandang sebagai bagian hakekat kebenaran. Orang yang melanggar mores bukan hanya dikucilkan tetapi kadang dijatuhi hukuman denda material dan kadang perlu hukuman fisik. Mores sangat penting bagi masyarakat, karena: pertama< memberikan batas pada kelakuan individu, kedua, mengidentifikasi individu dengan masyarakat, ketiga, menjaga solidaritas dan keutuhan diantara anggota masyarakat.

d) Custom (adat istiadat) yaitu suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan social. Seseorang yang melanggar custom biasanya mendapat sanksi yang keras, dan biasanya melalui prosedur pengadilan adat dari masyarakat yang bersangkutan.

Atas dasar kekuatan sanksi yang digunakan, Norma Sosial dibedakan menjadi:

a) Norma Sosial Agama yaitu Nilai Sosial yang berasal dari ajaran agama. Norma Sosial agama bertujuan agar manusia bertakwa dengan cara mengerjakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segera yang dilarangNya (Tuhan). Sanksi terhadap pelanggarannya kadang dirasakan didunia tetapi pada umumnya dilakukan di akhirat nanti.

b) Norma Sosial Kesopanan yaitu peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebgai tuntunan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat. Peraturan hidup yang dijabarkan dari rasa kesopanan ini diikuti dan ditaati sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku manusia yang ada disekitarnya. Sanksi bagi pelanggar norma ini biasanya menjadi bahan pembicaraan orang banyak, diejek, dan sebagainya.

c) Norma Sosial kelaziman yaitu aturan yang datang dari hati sanubari manusia (insane-kamil). Peraturan ini datang dari bisikan suara hati yang diakui dan diinsafi oleh setiap orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya. Orang yang menyimpang Norma Sosial ini dianggap jahat sehingga pelanggarannya bukan hanya diejek bahkan diisolasi atau diusir.

d) Norma Sosial Hukum yaitu norma yang berasal dari kettentuan penguasa atau Negara yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh warga negaranya. Norma Sosial Hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama. Norma Sosial hukum memiliki sanksi yang kuat terhadap pelanggarnya, misalnya hukuman denda, hukuman penjara, hukuman mati.

C) Peran, Perbedaan dan Perubahan Nilai dan Norma Sosial

I) Peran Nilai dan Nilai Sosial dalam masyarakat.

a) Peran nilai dan norma social dalam interaksi social. Dalam interaksi social terjadi hubungan yang bersifat timbale balik antara manusia baik individu dengan individu, atau individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Proses interaksi social tersebut akan berjalan baik apabila dalam pelaksanaannya diatur oleh nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya kita harus berbicara sopan kepada orang lain, kita harus menolong orang miskin, bergotong royong, bertoleransi, bersikap demokrasi, tidak mengganggu ketenangan orang lain, tidak menyinggung perasaan orang lain, dan sebagainya. Apa yang kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan itu pada dasarnya didasari oleh nilai dan norma social yang berlaku dimasyarakat.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai dan norma social berperan menjadi penuntut atau pedomab bagi manusia dalam melakukan interaksi social dalam masyarakat, diperlukan nilai dan norma social sebagai pedoman hidup itu tidak lain agar bermasyarakat itu lebih tertib dan teratur.

b) Peran Nilai dan Norma Sosial dalam proses Sosial. Diri seseorang merupakan produk social dan hasil interaksinya dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut, ia mengenal proses sosialisasi yang dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia artinya seseorang melakukan proses belajar mengajar tentang bagaimana bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma social yang berlaku di masyarakat dengan interaksi social dengan orang lain. Dengan demikian nilai dan norma social merupakan pedoman bagi seseorang untuk melaksanakan sosialisasi agar ia hidup dengan baik dimasyarakat. Selain itu nilai dan norma social jugaa menjadi penentu pola sosialisasi yang akan berlangsung dalam diri seseorang. Misalnya nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat feudal menuntut seseorang untuk patuh dan tunduk kepada orang tuanya. Dengan demikian, dalam masyarakat ini pola socialisasi yang digunakan cenderung represif (absolute). Berbeda dengan masyarakat yang demokratis, nilai dan norma yang berlaku adalah kesederajatan. Maka dalam sosialisasi yang berlaku dimasyarakat akan cenderung partisipatoris (cenderung aktif ikut sertaan), dimana anak akan berperan aktif untuk belajar membentuk diri, sesuai dengan refleksi dirinya terhadap orang disekitarnya.

II) Perbedaan Nilai dan Norma Sosial. Dalam penerapan peraturan social dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Nilai social biasanyaa berbentuk terlebih dahulu daripada norma social sedangkan Norma Sosial terbentuk setelah adanya nilai social artinya norma social dibuat untuk melaksanakan nilai social.

2) Nilai Sosial, cenderung bersifat abstrak (samar-samar). Sedangkan Norma Sosial lebih cenderung bersifat kongkrit (nyata, jelas, dan tegas).

3) Pelaksanaan nilai social dalam masyarakat biasanya belum dilengkapi dengan sanksi sedangkan pelaksaan nilai social biasanya sudah dilengkapi dengan sanksi.

4) Nilai social biasanya terwujud tidak tertulis, sedangkan norma social biasanya bisa berwujud tertulis tetapi kadang juga tidak tertulis.

5) Nilai social mempunyai fungsi sebagai pedoman perilaku warga masyarakat sedangkan norma social mempunyai fungsi mengatur dan membatasi perilaku warga masyarakat. Sedangkan persamaan nilai dan norma social adalah pertama, bertujuan untuk melindungi kepentingan tiap individu dalam hidup bersama masyarakat, kedua, bertujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib dan teratur.

D) Perubahan Nilai dan Norma Sosial dalam Masyarakat

I) Faktor Penyebab. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai dan norma social dalam masyarakat, yaitu diantaranya:

1) Terjadinya perubahan struktur pemerintahan dalam masyarakat.

2) Terjadinya perubahan tingkat peradaban manusia.

3) Perkembangan yang pesat ilmu pengetahuan dan teknologi.

4) Adanya penemuan baru alam masyarakat.

5) adanya pengaruh kebudayaan asing sebagai akibat globalisasi.

II) Teori perubahan Nilai dan Norma Sosial. Menurut Saptono dan Bambang Suteng, ada tiga teori tentang perubahan nilai social dalam masyarakat:

a) Teori Fungsional Struktur. Menurut teori perubahan nilai dan norma social dalam masyarakat terjadi mana kala nilai dan norma social tersebut sudah tidak berfungsi lagi untuk menopang keberadaan masyarakat.

b) Teori Konflik. Menurut teori ini perubahan nilai dan norma social dalam masyarakat terjadi manakala nilai dan norma social tersebut dianggap tidak lagi sesuai dengan kepentingan atau rasa keadilan kelompok yang saling bersaing atau bertikai dalam masyarakat. Baik kelompok yang ada dalam masyarakat itu sendiri maupun kelompok yang ada di luar masyarakat.

c) teori interaksi simbolik. Menurut teori ini perubahan nilai dan norma social dalam masyarakat terjadi karena berlangsungnya proses interaksi dalam masyarakat, baik interaksi antar anggota masyarakat itu sendiri maupun interaksi antara anggota masyarakat itu dengan anggota masyarakat lain. Dengan demikian perubahan nilai dan norma social dalam masyarakat bisa terjadi karena dua faktor, yaitu;

1) Faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri, biasanya dipelopori oleh golongan elit dan golongan pemuda (mahasiswa).

2) Faktor yang berasal dari luar masyarakat. Biasanya menimbulkan akulutrasi dan asimiliasi (pembauran individu atau kelompok agar terjadi keselarasan).

Terjadi perubahan nilai dan social dalam masyarakat, biasanya diawali dengan terjadinya perubahan nilai social yang nantinya diikuti dengan lahirnya norma social baru dalam masyarakat. Misalnya lahirnya nilai kebebasan sebagai akibat terjadinya reformasi di Indonesia nantinya dapat melahirkan norma baru dalam masyarakat. Seperti lahirnya sikap kritis terhadap pemerintah (folkways), larangan para pejabat Negara untuk memberikan dan menerima hadiah (mores), lahirnya undang-undang kebebasan menyatakan pendapatan dan undang-undang pers (hukum), dan lain-lain.


IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

Values ​​and Social Norms
(Source: Ali, Nur. Sociology Teaching Material Module Class X. Ponorogo: Gandini.)
A) Social values
I) Definition of Social Values ​​and benchmarks.
a) The Social Value, value is defined as: price (estimated price), skill points (test scores, grades), size, grade, quality, and weight. According Soerjono Soekanto, the value is an abstract conception in humans of what constitutes good and what is considered bad. According to Milton Rokeah, the value is a kind of belief about how one should or should not do something in or about what is valuable and worth striving for or worked. According to Robert M. Z. Lawang, the value is a picture of what they want, a proper, which has a value of valuable social actors of the people who have that value. Of sociology, not the size of the value that can be exchanged for real goods, because the values ​​in the sociology of abstract or unreal. For example, the value of mutual respect and occupy the promise is something valuable or something that is considered good in people's lives. Therefore, in the sociology of social value can be interpreted as something cool by citizens and used as the basis for determining what is either precious or valuable in life.
b) Reject Measure of Social Value. Measure of the social value of the utility function is a value and kesungguhuan appreciation, acceptance or recognition given by all or most of the people on the following social value. Each social values ​​in the society have benchmarks vary, but the benchmark universial social values ​​are not much different from one society to another society. Because the benchmark used is the same that is on the basis of "functional usability". Dikatan "functional usability" for each object is valued according to its function in the structure and function of the communities concerned. For example, the president got a higher social value than the Regent, because the task of the President scored higher than on Regent function.Benchmark functional in society generally tend to be temporary, it dikaeranakn every society is always evolving according to the dynamics of the community in the development of science and technology. So the measure of social values ​​are subject to change, such as the position of a shaman whose function is very large which is considered to have an important position in society. But with the development of Science of Technology (Science & Technology) function over time driven by a quack doctor function, so that the position of a shaman is not considered important in society.Measure of social values ​​in the society can be permanent (long-lasting) if it satisfies two conditions, namely:
i) These benchmarks must be approved by all or most members of the public. So it was not based on individual desires.
ii) benchmarks should be accepted seriously by all and most of the people. The sincerity of the people can be seen from the sanctions provided for people who melanggarna and public emotion when someone want to change or destroy value.
C) Sources of Social Value
i) Source intrinsic, intrinsic sources are sources of social value that comes from the man himself heartstrings, such as people sympathize. In view of its function mererka not have an important function in society, but society still sympathize merkea because heartstrings man thought so.
ii) Extrinsic Sources, sources ekstrinsi is social value that comes from outside the person or object that is appreciated. Usually merpakan human creations in social life is called culture. For example, honor and respect the president. Judging from the function, then the president has an important function in society, but the benchmark is derived from an agreement with the community in the form of regulation or legislation. The president is elected and appointed by epraturan made public, that position is important because the president comes to rules made by people not from the hearts of men.
II) The characteristics and Functions of Social Value
a) Characteristics of Social Value: the result of social interaction between members of the community (the relationship with the public), can be transmitted to others through the association, formed through a process of learning, varies from one culture to other cultures, have different effects on each person, an assumption of various objects in the community, personal development which affects both positive and negative, is an effort of the fulfillment of human needs and social satisfaction, can affect a person's emotional or social group, tend to be associated with the other via communication to form patterns and value systemsin the community.b) Function of Social Value,
1) Most of landscape protection is protect in the community. Social values ​​that serve as a bulwark of protection is "a core value or pivot" in the community. For example, the value of Pancasila, anyone who wants to destroy the values ​​of Pancasila would be dealing with the Indonesian people who will defend it vigorously, for the destruction of the value of Pancasila means destroying the entire nation of Indonesia.
2) For driving directions and a unifier of a group or society, namely: lead people to think and behave ideally (Wika Hully figure), can assign a person or group, as a means of solidarity among the members, as a supervisor with the press and certain binding power , the final destination for people to fulfill their social role.
3) As a motivator is to encourage and guide the people to do good.
III) Types of Social Value.
Judging from the nature, Social Value divided into two, namely:
a) Objective value (is common) that is believed to value kindness and truth by all members of the community so that a standard size or collectively. Example: honoring father and mother is the value of a general nature as to be done by everyone on both parents.
b) Subjective value is the value that emphasizes individual consideration, based on the size of the good and truth which is believed to determine a person's attitude and behavior. Example: although the honor father and mother, including the value of a general nature, but everyone has different to honor his parents. For example, Adi does this by buying goods needed by his parents, Bambang did a polite way of behavior to his parents, Cempluk do with the way left to the nursing home, and so on.
Judging from its contents, Social Value can be divided into:
a) Social value Aesthetic value is related to the expression and psychological sense of beauty, such as the works of art.
b) Religious Social Value is the value associated with the belief in One God. For example Mosque, Gejera, Temple, Temple is considered very valuable because it relates to faith and belief in Almighty God according dengna religion.
c) Ethical Social Value is the value associated with everything mneyangkut commendable behavior, such as respect for fathers and mothers, orphans sympathize, and so on.
Judging from the character, social value can be divided into:
a) The value of the Dominant Social Values ​​that are considered more important than other values. Dominant size or absence of a value based on the following values:
I) The number of people who hold these values, for example, at the time of the reform of some communities in Indonesia menghendai peerubahan rather than maintaining the status quo.
ii) a long value held by members of the public. Example: from ancient societies Jogjakarta and Surakarta traditions carry sekaten to commemorate the birthday of the Prophet Muhammad in the square north keratin.
iii) the level of business people or community in order to implement these values.Example: Indonesian people try home village (hometown) on religious holidays, such as Eid day.
iv) The prestige or pride for those who carry out value. Example: having a car with a famous brand can bring its own presitse or pride.
b) Social Values ​​ingrained the value that has been a personality or habits so that when one does sometimes not through the process of thinking or another consideration. Usually, this value has been socialized since young person, usually when the value is not done, she will feel embarrassed, even going to feel very guilty. Example: Parents see their children caught by the police for stealing, he would feel guilty for failing to educate their children.
Judging from the union function, Social Value distinguished menadi:
1) Associative Social value is the value that pushed for the establishment of cooperation, assimilation, or accommodation between individuals or groups in the community. Examples of respect for others, an attitude that is so valuable because it can encourage collaboration with others.
2) Social value is the value Dissociative encourage konfil (conflict) in the community. Example: bossy attitude, merukana attitude has no value because it can encourage konfilik with others.
Max sheller distinguish between types of values ​​that exist in the life of society into four types, namely:
1) Social value is the value of social enjoyment that causes a person to gain enjoyment and pleasure, such joy, success and so on.
2) Social Value of life is the most important social value to people's lives, such as health public welfare, mutual understanding, harmony and so on.
3) Social value is the value of social psychology related to mental health and human feelings. For example, beauty, kehaalusan reason and truth.
4) Social Value spirituality is related to the social value of morality which is based on the teachings of the Lord through scripture.
Prof. Dr. Social Value Notonegoro divide into three kinds, namely:
1) The value of materials and of all things related to and useful for humans.
2) the value of the vital things that are useful for humans to live and organize events or activities.
3) the value of spirituality and of all things that are useful for the human spirit.
Spiritual values ​​are divided into four types:
1) keberanan value derived from elements of human reason, such as honesty.
2) the value of beauty that comes from a sense of the human element, such as works of art.
3) moral values ​​derived from the element of the will or the will of man, such as respect for Parents.
4) religus value derived from the value of high divinity and absolute source of confidence and trust humans.
Kluckhohn said that all the values ​​in each culture basically includes five key issues, namely:
1) know the value of human life essence, consists of: people think life is bad, people who thought life was good, the people that think life is bad but the human being must be sought so that life becomes better.
2) recognize the value of the work of human nature, consists of: the public thinks human work to allow live or to make a living, people who think the work of a man to give his position and honor, people who think the man's work as a live motion to produce work again.
3) Social Value recognize the nature of the place of humanity in space and time, consists of: the public is important to look backwards and oriented such splendor and ugliness, the community felt it important to orient to the present, people looking for a future-oriented.
4) Social Value recognize the nature of the human relationship with the natural surroundings, consisting of: people who view nature as something powerful that people could give up without a lot of effort, people who view nature as something to be resisted humans that need to conquer such as fishermen, communities the view that human beings can only try to find harmony with nature such as harness and melelaraskan.
5) Social Value recognize the nature of human relationships with each other, comprising: vertically oriented society so there is a sense of dependence on the leader or the boss, community oriented horizontally so that there is a sense of dependence on others such as cheating, oriented society is individualism that assess high effort on its own strength as something selfish.
B) Social Norms
I) Definition and process of formation of social norms. Social norms is a device that ties in a community can be implemented as expected (Opinion Soerjono Soekanto), by Robert M. Z. Lawang, Social Norms masyarakt is something specific benchmark. According Koentjaraningrat, Social Norms is something that organize human action in bringing the social role of culture in knowledge systems.Human beings are essentially social creatures that live in a society that is always survival. To be able to run regular life together, man creates norms that become a way of life to regulate social interaction between a person living with others in the community. Furthermore, in order to create a social norm, so people can make an agreement in advance 'guide on what has been done, what should be done, and what not to do to others. Once Social Norms established, then every member of society must give up giving most of his freedom for the creation of a harmonious and prosperous life.
II) Characteristics and Functions of Social Norms. Social Norms characteristic as follows: norms can be both written and unwritten norms could, Social Norms in that it contains commands and prohibitions, Social Norms embodies the dynamic motion, the truth of the norms associated with other norms, the implementation of the norms are reciprocal, meaning that the person carrying out the norm then others should also perform.
While the function of social norms in society are a guide or a guide for humans in carrying out social interaction, as a binder and social control (social control) in social life, organize people to be able to play its role in life with each other and to the Lord.
Social norms social function properly in society if they meet the following requirements: first, social norms should be known, understood, understood, and understood by all members of the community, secondly, social norms must be respected by all members of the community as it brings benefits to all members of society, Third, social norms should be adhered to and implemented by all members of society.
Moreover, social norms have the following properties: first, the nature of the set means to guide behavior, secondly, the protective means to protect every member of amsyarakat especially the weak, the third, the general meaning is applicable to all members of society, especially without exception, the fourth, is , coercive means with accompanying sanctions for violation. (Not as of yet)
III) Types of Social Value
Judging from the official or not, Social Values ​​distinguished:
a) Informal Social Value (Non-formal) is a benchmark that is not clearly defined and the implementation is not required for citizens concerned but all members are aware that the unofficial benchmark that must be adhered to and have the power to force larger than the official benchmark. Unofficial norms can be found in the family, unofficial gatherings, community ties, and so on.
b) Official Social Value (Formal) is a benchmark that is required, clearly and unambiguously formulated by the authorities to all members of society. Standards or rules defined not only by the habits and behaviors that already exist, but rather on the principle of morality (ethics) and the principles of good and bad. Social value is created in the form of official regulations, legislation, economic institutions, traffic and so on.
On the basis of the power tie, Social Value divided into four types:
a) Usage (how) the form of actions that must be performed by a person against another person. A person who violates Usage (way) just got a reproach from others that call.
b) Folkways (habit) is a repeated act commonly performed and accepted by many people (society). Someone who violate folkways will dipergunjungkan, or become the laughingstock of the people, the subject of derision, and the form of ridicule, satire.
c) Mores (code of conduct) is a code of conduct to be followed by the public because it is seen as part of the essence of truth. People who violate the mores not only excommunicated but sometimes fined material and physical punishment is sometimes necessary. Mores are very important for the community, because: First <provide limits on individual behavior, second, to identify the individual with society, third, maintaining solidarity and unity among the community members.
d) Custom (custom), a rule that has been established and includes all the cultural conception of a culture system to regulate the conduct of human action or social life. A person who violates custom usually gets harsh sanctions, and usually through court procedures of indigenous peoples concerned.
On the basis of the power used sanctions, social norms can be divided into:
a) Religious Social Norms are social value derived from religious teachings.Social norms intended that religious people fear by doing anything that he commanded and avoid the forbidden soon (God). Sanctions for violation sometimes perceived in the world but is generally done in the hereafter.
b) Social Norms Courtesy the rule of life that arises from social class of people and is considered sebgai guidance daily life of a people. Rule of life derived from a sense of propriety is followed and obeyed as the guidelines that govern human behavior are nearby. Penalties for violators of these norms is usually a discussion of the many, ridiculed, and so on.
c) Social Norms prevalence of the rules that come from human hearts (insan-kamil). This rule comes from the whispers of conscience and diinsafi recognized by everyone as a guide in the attitudes and actions. People who deviate Social Norms are considered evil so that the offense is not only mocked even isolated or expelled.
d) Social Norms Laws from the norm kettentuan authorities or State to do or not to do by its citizens. Social Norms law basically aims to achieve peace with life.Social norms of law has strong penalties against violators, such as fines, imprisonment, death.
C) The role, Differences and Changes in Values ​​and Social Norms
I) The Role of Values ​​and Social Values ​​in the community.
a) The role of social norms and values ​​in social interaction. In the social interaction occurs reciprocal relationship between human nature either individual to individual, or individuals with a group, or a group with the group. The process of social interaction will run well when in actual use is governed by values ​​and norms in society. For example, we must speak politely to others, we should help the poor, work together, be tolerant, be democratic, not disturbing the peace of others, do not offend others, and so on. What we do and what we should not do is essentially based on the values ​​and social norms prevailing in society.
From the explanations above, it can be concluded that the values ​​and social norms play a claimant or pedomab for humans in social interaction within the community, required values ​​and social norms as a way of life that no other society that is more orderly and organized.
b) The Role of Values ​​and Social Norms in the social process. One's self is a social product and the results of their interaction with others. In this interaction, he knows the socialization process that starts from birth until death means someone is doing the learning process on how to act and behave in accordance with social values ​​and norms prevailing in society with social interactions with others. Thus, social norms and values ​​as a guideline for people to socialize him to live well in the community. Besides social values ​​and norms jugaa decisive socialization pattern which will take place in a person. For example, values ​​and norms that apply to the feudal society requires people to obey and submit to their parents.Thus, in this society socialisasi pattern used tend repressive (absolute). Contrary to the democratic society, values ​​and norms is equality. So the prevailing socialization in the community is likely to be participatory (likely to actively participate participation), where children will learn to play an active role to establish themselves, according to the reflection of himself to the people around him.
II) The difference in values ​​and social norms. In the application of social rules in society are as follows:
1) biasanyaa social value than the first form of social norms, while social norms are formed after the value of social meaning social norm is to implement social values.
2) Social Value, tends to be abstract (vague). While social norms are more likely to be concrete (real, clear, and firm).
3) Implementation of social values ​​in society are usually not equipped with the implementation of sanctions, while social values ​​are usually equipped with sanctions.
4) The value realized is usually unwritten social, while social norms may manifest usually written but sometimes it was not written.
5) has a social value as a function of the code of conduct while citizens have the function of social norms regulate and restrict the behavior of citizens. While the values ​​and norms of social equality is the first, aims to protect the interests of individuals living together in society, secondly, aims to create a society orderly and organized.
D) Changes in Values ​​and Social Norms in Society
I) Causes. There are several factors that cause changes in social norms and values ​​in society, some of them:
1) The occurrence of changes in the structure of government in society.
2) The occurrence of changes in the level of human civilization.
3) The rapid development of science and technology.
4) The new discovery of natural communities.
5) the influence of foreign culture as a result of globalization.
II) The theory of value and changes in social norms. According to Bambang Suteng Saptono and there were three theories about changes in social values ​​in society:
a) Functional Structure Theory. According to the theory of social change in the values ​​and norms in society which happens when social norms and values ​​is out of work again to support the existence of society.
b) Conflict Theory. According to this theory change social norms and values ​​in society occurs when social norms and values ​​are deemed no longer in the interests of justice or sense groups competing or fighting in public. Both groups within the community itself and groups that exist outside of society.
c) symbolic interaction theory. According to this theory change social norms and values ​​in society is because the process of interaction in the community, whether the interaction between members of the community itself and the interaction between members of the community with other community members. Thus, changes in social norms and values ​​in society can occur due to two factors, namely;
1) Factors that comes from within the community itself, usually spearheaded by elite and youth groups (students).
2) Factors that comes from outside the community. Usually cause akulutrasi and asimiliasi (individual or group assimilation to occur alignment).
Values ​​and social changes in society, usually preceded by a change in social values ​​which will be followed by the birth of a new social norm in society. For example, the birth of the value of freedom as a result of the reform in Indonesia will be able to bring forth a new norm in society. Like the birth of a critical stance towards the government (folkways), the ban on state officials to give and receive gifts (mores), birth of freedom legislation declared income and the press law (the law), and others.








0 comments:

Post a Comment