People power di Filipina/ People power in the Philippines FOR GENERAL HISTORY


People power di Filipina.

(Sumber: Matroji.2006.Sejarah. Jakarta: Bumi Aksara.)

1)      People Power di Filipina. Filipina merdeka sejak tahun 1946. Salah seoerang pemimpin dari Negara itu adalah Ferdinand Marcos. Beliau berasal dari partai nasionalista. Sejak tanggal 30 Desember 1965, Marcos menjadi presiden Filipina. Marcos menempuh berbagai macam cara untuk menanamkan pengaruh sekaligus mempertahankan kedudukannya di puncak kekausaan.


a)      Pertentangan antara Presiden Marcos dan Benigno Aquino. Tindakan presiden Marcos itu mendapat kritik keras, antara lain dari Benigno Aquino, tokoh Partai Lakas Ng Bayan (yang berarti People Power). Benigno Aquino menganggap Marcos memerintah secara totalitarian yang bertentangan dengan prinsip demokrasi Filipina.Benigno Aquino kembali melancarkan kecaman saat Marcos terpilih lagi sebagai presiden pada tahun 1967. Ia menganggap Marcos melakukan kecurangan dalam pemilihan presiden. Marcos mulai menekan Benigno Aquino ketika bersaing dalam pemilihan presiden tahun 1973. Untuk menyingkirkan Benigno Aquino, Marcos menjebloskannya ke pengadilan militer dengan tuduhan subversi. Namun upaya Marcos belum berhasil, hal ini terbukti dengan ikutnya Benigno Aquino dalam pemilihan untuk anggota parlemen pada tahun 1978. Persaingan Marcos dan Benigno Aquino berakhir pada tahun 1983. Ketika itu Benigno Aquino bermaksud kembali ke Filipina setelah selama tiga tahun menetap di Amerika Serikat untuk berobat. Meskipun Marcos tidak menjamin keselamatannya, Benigno Aquino tetap  bersikeras kembali ke Filipina. Setibanya di Manila, ketika sedang menuruni tangga pesawat, Benigno Aquino tewas ditembak. Perjuangan Benigno Aquino dilanjutkan oleh istrinya Corazon Aquino, atau yang lebi dikenal sebagai Cory Aquino. Dalam waktu singkat, ia mendapat simpati dari masyarakat yang menganggap kematian suaminya sebagai korban kekejaman Marcos. Dukungan yang semakin besar itu menempatkan Cory Aquino menjadi pemimpin oposisi yang harus diperhitungkan Marcos. Dengan dukungan dari sebagian besar rakyat Filipina, Cory Aquino mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan umum pada tanggal 7 Februari 1986. Tampilnya Cory Aquino diharapkan dapat memulihkan demokrasi Filipina. Rakyat Filipina sangat berharap Cory Aquino memenangkan pemilihan umum. Hasil pemungutan suara menunjukkan kenyataan yang membingungkan. Berdasarkan hasil perhitungan komisi pemilihan independen, Cory Aquino keluar sebagai pemenang. Sebaliknya, komisi pemilihan dari pihak pemerintah mengumumkan kemenangan Marcos. Perbedaan itu menimbulkan tuduhan bahwa Marcos melakukan kecurangna penghitungan suara. Kesimpulan itu dikuatkan oleh kesimpulan Richard Lugar, ketua tim pengamat dari Amerika Serikat yang menyatakan bahwa Marcos secara sistematis telah memanipulasi penghitungan suara.


b)      People Power. Meskipun hasil penghitungan suara diragukan, parlemen Filipina tetap mengumumkan Marcos sebagai pemenang. Hal itu menimbulkan kemarahan rakyat. Sehari setelah pengumuman parlemen, Cory Aquino menerima petisi 2,5 juta penduduk kota Manila. Petisi itu menghendaki Cory Aquino menjadi Presiden Filipina. Ia menyambut baik kehendak rakyat tersebut, untuk memenuhi kehendak rakyat, Cory Aquino mengumumkan dirinya sebagai presiden dan Salvador Laurel sebagai wakil presiden. Sementara itu dukungan terhadap Cory Aquino dating dari tokoh politik, agama dan militer. Mereka itu antara lain Menteri Pertahanan Juan Ponce Enrile, pemimpin gereja Katolik Katedral Sin dan panglima angkatan bersenjata Letnan Jenderal Fidel Ramos. Selain itu dukungan datang pula dari perwira muda yang membentuk gerakan pembaharuan. Dipimpin oleh Kolonel Gregorio Honasan. Dengan dukungan yang semakin besar dan terus mengalir, rakyat Filipina melakukan gerakan masa untuk menggulingkan Marcos. Gerakan itu dilakukan melalui revolusi damai tanpa pertumpahan darah, pada tanggal 22-25 Februari 1986. Pada tanggal 25 Februari 1986, secara resmi Cory Aquino dilantik menjadi Presiden Filipina untuk masa jabatan enam tahun.


IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

People power in the Philippines.
(Source: Matroji.2006.Sejarah. Jakarta: Earth Literacy.)
1) People Power in the Philippines. Philippine independence since 1946. One seoerang leader of the country was Ferdinand Marcos. He comes from nasionalista party. Since the date of December 30, 1965, Marcos became president of the Philippines. Marcos cover a wide range of ways to embed the influence while maintaining its position at the pinnacle of power.

a) The conflict between President Marcos and Benigno Aquino. Actions President Marcos was heavily criticized, among others, of Benigno Aquino, Lakas party leaders Ng Bayan (meaning People Power). Benigno Aquino considers totalitarian Marcos ruled contrary to the principles of democracy Filipina.Benigno Aquino launched back criticism when Marcos was elected again as president in 1967. He considers Marcos fraud in the presidential election.Marcos began pressing Benigno Aquino when competing in the 1973 presidential election. To get rid of Benigno Aquino, Marcos put him in a military court on charges of subversion. But these efforts have not succeeded Marcos, it is proved by followers Benigno Aquino in elections for parliament in 1978.Competition Marcos and Benigno Aquino ended in 1983. When it intends Benigno Aquino returned to the Philippines after three years living in the United States for treatment. Although it does not guarantee safety Marcos, Benigno Aquino returned to the Philippines insisted. Upon arrival in Manila, while down the plane, Benigno Aquino was shot dead. The struggle was continued by his wife Benigno Aquino Corazon Aquino, or the Grama known as Cory Aquino. In a short time, he got the sympathy of the people who think the death of her husband as a victim of Marcos atrocities. Greater support was put Cory Aquino became the opposition leader to be reckoned with Marcos. With the support of the majority of the people of the Philippines, Cory Aquino to run for president in the general election on February 7, 1986. Appearance of Cory Aquino is expected to restore Philippine democracy. The Filipino people are very forward Cory Aquino won the elections. Voting results showed a disconcerting reality. Based on the calculation of an independent electoral commission, Cory Aquino came out as the winner.Instead, the electoral commission announced the victory of the Marcos government. The difference was led to allegations that Marcos did kecurangna counting. The conclusion was corroborated by the conclusion Richard Lugar, chairman of the team of observers from the United States who claimed that Marcos had systematically manipulating the vote count.

b) People Power. Though the vote tally in doubt, parliament Philippines has declared Marcos the winner. It raises people's anger. The day after the announcement of the parliament, Cory Aquino received 2.5 million residents petitioned the city of Manila. The petition calls for the Philippine President Cory Aquino. He welcomed the will of the people, to fulfill the will of the people, Cory Aquino declared himself president and Salvador Laurel as vice president.Meanwhile, support for Cory Aquino dating from political figures, religious and military. They, among others, Defense Minister Juan Ponce Enrile, the leader of the Catholic Church and the Cathedral of Sin army chief Lt. Gen. Fidel Ramos. In addition, support also came from officers who form the reform movement. Led by Colonel Gregorio Honasan. With the support of an increasingly large and continues to flow, the Filipino people movement to overthrow the Marcos era. The movement was done through a peaceful revolution without bloodshed, on 22-25 February 1986. On February 25, 1986, Cory Aquino was formally sworn in as President of the Philippines for a term of six years.

0 comments:

Post a Comment