Al qur’an sebagai Landasan Hidup Muslim



Allah  memberikan ancaman berat bagi siapapun yang mengabaikan peringatan-Nya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dia ‘azza wa jalla berfirman:
Yang artinya:”Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit (di dunia) dan Kami akan kumpulkan dia di hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaahaa [20]: 124)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda dalam sebuah hadits:
Yang artinya: “Telah kutinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
Dari sini bisa kita pahami bahwa kita wajib menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup kita.

Al qur’an sebagai Landasan Hidup Muslim

 


Ada orang yang berpikir bahwa agama hanyalah meliputi ritual yang terbatas pada waktu-waktu tertentu—bahwa hidup hanya terdiri atas waktu sholat dan waktu lainnya. Mereka memikirkan Allah dan hidup setelah mati hanya di saat mereka berdoa, berpuasa, bersedekah, atau naik haji ke Mekah. Di waktu lain mereka tenggelam dalam urusan dunia. Hidup di dunia ini bagi mereka adalah perjuangan tanpa arah yang jelas. Orang semacam itu hampir memisahkan diri dari Al Qur'an sepenuhnya dan memiliki tujuan sendiri dalam hidup, pemahaman sendiri mengenai akhlak, pandangan sendiri mengenai dunia dan pedoman nilainya. Mereka tidak mengerti apa arti ajaran Al Qur'an sebenarnya.

Seseorang yang melaksanakan ajaran Al Qur'an dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup tentu akan menjalani hidup yang sangat berbeda dengan orang yang bermental seperti kita sebutkan tadi. Orang ini tidak akan lupa bahwa dia adalah bagian dari takdir yang Allah telah tetapkan atasnya dan akan menjalani hidupnya dengan percaya dan berserah diri pada-Nya. Dengan demikian, dia akan tahu bahwa dia tidak perlu khawatir, sedih, takut, resah, pesimis atau tertekan; atau dikuasi oleh kepanikan pada saat kesulitan menghadang. Dia percaya akan perlindungan dari Allah,dia akan menghadapi semua yang datang kepadanya dengan cara yang Allah tunjukkan dan izinkan. Semua perkataan, keputusan, dan tindakannya menunjukkan bahwa dia hidup sesuai dengan Sunnah yang merupakan kerangka pengamalan dari ajaran Al Qur'an. Baik di saat sedang berjalan, menyantap hidangan, pergi ke sekolah, menuntut ilmu, mencari rejeki, berolah raga, mengobrol, menonton televisi, atau mendengarkan musik, dia sadar bahwa dia bertanggung jawab menjalankan hidupnya sesuai dengan rida Allah. Dia menyelesaikan semua urusan sesuai amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya, sekaligus berpikir bagaimana meraih rida Allah dalam urusan yang dikerjakannya. Dia tidak pernah bertindak dengan cara yang tidak diperkenankan oleh Al Qur'an dan berlawanan dengan Sunnah.

Orang yang beriman mengatur seluruh hidupnya sesuai dengan Al Qur'an dan berjuang untuk melaksanakan dengan hati-hati setiap hari apa yang telah dia baca dan pelajari dari ayat-ayat Al Qur'an. Dalam segala perbuatannya sejak bangun di pagi hari sampai tidur di malam hari, dia berniat untuk berpikir, berbicara, dan bertindak berdasarkan ajaran Al Qur'an. Allah menunjukkan dalam Al Qur'an bahwa pengabdian seperti ini menjadi ciri utama seluruh kehidupan orang beriman. Katakanlah: "sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (QS Al An'am, 6:162)

Kondisi Kita Saat Ini Terhadap Al-Qur’an:


Sangat banyak sekali orang yang membaca Al-Qur’an, namun anda tidak menemukan pengaruhnya pada prilaku, akhlak dan pergaulan mereka. Bahkan sebaliknya anda temui sebagian mereka akhlaknya tidak terpuji, pergaulan dan mu`amalatnya kasar dan kaku, baik terhadap keluarga, tetangga ataupun terhadap orang lain. Padahal, demi Allah….. itu bukan akhlak dan prilaku yang patut dimiliki oleh seorang muslim yang suka membaca dan menghayati Kitab Suci Al-Qur’an? Lalu dimana pengaruh Al-Qur’an terhadap jiwa mereka.....???Bacaan alqur’an mereka Cuma sebatas tenggorokan saja ..!!!!

Kondisi seperti itu tidak dianggap oleh mereka sebagai kemungkaran dan pada gilirannya datanglah kekuasaan berikutnya yang menjadikan bid`ah sebagai pengganti Sunnah, emosi sebagai pengganti akal, hawa nafsu sebagai pengganti petunjuk, kesesatan sebagai pengganti hidayah, kemunkaran sebagai pengganti yang ma`ruf, kebodohan sebagai pengganti ilmu, riya sebagai pengganti keikhlasan, kebatian sebagai pengganti yang haq, dusta sebagai pengganti kejujuran, berpura-pura sebagai pengganti nasihat dan kezhaliman sebagai pengganti keadilan.kekerasan sebagai pengganti kasih sayang, Maka yang dominan adalah perkara-perkara batil tersebut dan para pelakunya menjadi orang yang dihormati, padahal seb elumnya yang ditegakkan adalah sebaliknya dan para penegaknya mendapatkan acungan jempol dan pusat perhatian.

Dan setelah merenung dan memperhatikan tersebut, kita harus berintrospeksi diri (muhasabah) lalu memaksanya untuk tunduk dan patuh kepada Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad . Untuk merealisasikan itu semua, kita harus memahami dan meyakini beberapa hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an Suci, yang jika kita telah mengetahui dan mengamalkannya, maka urusan-urusan agama dan dunia kita niscaya menjadi baik.

Kita dapat menyimpulkan hikmah dan tuntutan Al-Qur’an tersebut menjadi lima,yaitu :
·         Membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkan.
·         Menghayati ayat-ayatNya.
·         Mengamalkannya.
·         Sabar dalam menjalankan segala perintah.dan meninggalkan yang di larangNya
.         Berda`wah untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan
Beberapa pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman berdasarkan hadits-hadits shahih yang di kutip dari kitab Riyadush Shalihin :

1. Bersegera Berbuat Amal Shalih
 “Dari Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bersegeralah kalian melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi fitnah (bencana) yang menyerupai malam yang gelap gulita, dimana ada seseorang pada waktu pagi ia beriman tetapi pada sore harinya ia kafir, pada waktu sore ia beriman tetapi pada pagi harinya ia kafir, ia menukar agama-nya dengan sedikit keuntungan dunia’.” (HR. Muslim)
Rasulullah memberitahukan kita akan adanya masa fitnah, yang saat itu seseorang pada pagi harinya masih beriman namun sore harinya telah kafir. Mereka dengan mudahnya menanggalkan keimanan hanya karena keuntungan dunia yang sedikit dan sesaat. Semoga kita terhindar dari masa fitnah tersebut. Mari kita bersegera melakukan amal shalih yaitu amal yang ikhlas karena Allah ta’ala dan sesuai tuntunan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah selagi kita masih sempat dan ada waktu.

2. Mengikut Tuntunan Allah dan Rasul-Nya dalam Beragama
 “Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang mengada-ada (membuat hal yang baru) dalam urusan agama kita ini yang tidak ada dasar daripadanya, maka itu tertolak’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini dengan sangat tegas melarang kita membuat hal-hal yang baru, baik amalan maupun pemahaman, dalam urusan agama  Islam, yang sama sekali tidak dijelaskan baik secara tersirat maupun tersurat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

3. Beramal Ikhlas Hanya Karena Allah Ta’ala
 “Dari Amirul Mu’minin Abu Hafsh ‘Umar ibn al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bahwasanya semua amal itu tergantung niatnya, dan bahwasanya apa yang diperoleh oleh seseorang adalah sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya akan diterima oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya memperoleh apa yang diniatkannya dalam hijrahnya tersebut’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadits ini bisa kita pahami, sebanyak apapun amal yang kita lakukan, jika tak diniatkan karena Allah ta’ala maka amal tersebut tak akan diterima oleh Allah.

4. Istiqamah dalam Keimanan
 “Dari Abi ‘Amr, ada yang mengatakan Abi ‘Amrah Sufyan ibn ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, saya berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya suatu ucapan yang mencakup tentang Islam, yang saya tidak akan bisa menanyakan kepada selain Anda. Rasulullah menjawab, ‘Katakanlah saya telah beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah (dalam pendirianmu tersebut)’.” (HR. Muslim)
Istiqamah maksudnya adalah teguh pendirian, tidak goyah oleh masalah yang menghadang. Rasulullah mengajarkan kepada shahabat (dan tentu kepada kita semua) untuk istiqamah dalam keimanan, istiqamah di jalan yang haq, yaitu Agama  Islam yang lurus.

5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
 “Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa diantara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman’.” (HR. Muslim)
Ma’ruf maksudnya adalah segala hal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan munkar (kemungkaran) adalah segala kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amar ma’ruf maksudnya mengajak pada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, sedangkan nahi munkar maksudnya mencegah orang untuk berbuat kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk mengubah kemungkaran, artinya menghilangkan kemaksiatan yang ada dan mengubahnya menjadi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Perubahan itu dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

(1) mengubah dengan tangan, maksudnya dengan kekuatan fisik, jika kita memang mampu melakukannya dan tak mengakibatkan kemudharatan yang lebih besar. Ini adalah hal pertama yang harus dilakukan terhadap kemungkaran. Berkaitan dengan kemaksiatan atau kemungkaran sistemik, seperti bank ribawi, menjamurnya tempat maksiat, merajalelanya khalwat dan ikhtilath, terbukanya aurat wanita di tempat-tempat umum, diterapkannya hukum-hukum kufur oleh penguasa, maka ini adalah tugas penguasa untuk mengubahnya. Penguasa atau pemerintah dengan wewenang dan kekuatan yang dimiliki akan mampu mengubah semua kemaksiatan yang terang-terangan tersebut. Kita berdoa kepada Allah semoga Allah membukakan pintu hidayah kepada para penguasa untuk bersedia menerapkan hukum-hukum Allah dan menghentikan seluruh kemaksiatan sistemik yang ada.

(2) jika cara pertama tak mampu dilakukan, maka perubahan perlu dilakukan dengan lisan. Ini bisa dilakukan oleh semua orang yang memiliki ilmu tentang apa yang haq dan apa yang batil. Semua ulama, muballigh dan da’i wajib mengubah kemaksiatan dengan lisan mereka, yaitu dengan menjelaskan kemaksiatan tersebut kepada umat dan mengajak umat untuk menjauhinya, sekaligus memberi nasihat kepada pelaku maksiat untuk menghentikan kemaksiatannya.

(3) jika cara kedua pun tak mampu dilakukan, karena sedikitnya ilmu atau khawatir akan mendapat mudharat yang besar jika dilakukan, minimal setiap orang harus mengubah kemungkaran tersebut melalui hatinya. Maksudnya, setiap orang harus mengingkari dan tidak ridha terhadap kemaksiatan tersebut. Ini dikatakan Rasul sebagai selemah-lemahnya iman.
 Lalu bagaimana dengan orang yang memfasilitasi dan melindungi kemaksiatan dan para pelaku maksiat...???..Naudzhubillahimin dzalik..!!!!!

Al-Qur’an


Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82)

Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:
1. Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.
2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).
3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang berbuat dosa (nadzir).
4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.

Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:
1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).

Al-Qur’an sebagai Kalamullah.
Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab).
Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
  1. Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)
   2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu)
   3. Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu.

Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:
   1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
   2. Al-Qur’an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
   3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
   4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
   5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
   6. Sebagai pemberi kabar gembira
   7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
   8. Sebagai peringatan
   9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
  10. Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
  11. Sebagai pelajaran

Al-Qur’an sebagai Mukjizat
Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Qur’an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari kedalaman isinya.
Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan menantang mereka secara bertahap:
         1. Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur’an secara keseluruhan
         2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
         3. Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja
         4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau lebih     kurang sama dengan surat Al-Qur’an

Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi Al-Qur’an.dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur’an bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at, dan mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita gaib,  seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur’an juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.

As-Sunnah


Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam, sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan taqrir).
Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad.
Macam-macam As-Sunnah:

Ditinjau dari bentuknya
1. Fi’li (perbuatan Nabi)
2. Qauli (perkataan Nabi)
3. Taqriri (persetujuan atau izin Nabi)

Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya
1. Mutawir, yaitu yang diriwayatkan oleh orang banyak
2. Masyhur, diriwayatkan oleh banyak orang, tetapi tidak sampai (jumlahnya) kepada derajat mutawir
3. Ahad, yang diriwayatkan oleh satu orang.

Ditinjau dari kualitasnya
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan pembawaannya yang kurang baik.
3. Dhaif, yaitu hadits yang lemah
4. Maudhu’, yaitu hadits yang palsu.

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya
1. Maqbul, yang diterima.
2. Mardud, yang ditolak.

Kedudukan As-Sunnah:
1. Sunnah adalah sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an
2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5)
3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. An-Nisa’, 4: 65)

Perbedaan Al-Qur’an dengan As-Sunnah:


1. Segala yang ditetapkan Al-Qur’an adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat nisbi zhanni
2. Penerimaan seorang muslim terhadap Al-Qur’an adalah dengan keyakinan. Sedangakan terhadap As-Sunnah, sebagian besar hanyalah zhanny (dugaan-dugaan yang kuat).

Jadikan Al qur’an dan As sunnah pedoman hidup


Sebagai umat muslim, Al Quran dan As Sunnah adalah pedoman tetap yang tidak dapat di gantikan oleh apapun juga. Al Quran sebagai kitab suci umat Islam yang bernilai Robbani memiliki kandungan yang sangat menyeluruh dan berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia. Yang akan memberikan petunjuk bagi seluruh manusia yang beriman kepada Allah swt dan Al Quran, sehingga tidak akan salah dan tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Sementara As Sunnah akan memberikan penjelasan-penjelasan secara rinci mengenai kandungan Al Quran yang memang dapat dikatakan sebagai kitab suci yang menggunakan bahasa sastra tingkat tinggi tersebut.

Kehidupan adalah sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi manusia, yang di dalamnya terdapat banyak peristiwa, permasalahan, dan berbagai macam aktivitas yang harus di laluinya, suka atau tidak suka. Banyak hal-hal baru yang senantiasa menanti manusia di hari esoknya. Oleh karena itu, manusia hendaknya senantiasa mengintensifkan kontaknya dengan pedoman hidup mereka, yaitu Al Quran dan as sunnah bagi umat muslim.


Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

bagi anda yang merasa mempunyai beberapa masalah dalam kehidupan anda bisa melihat

Doa Pelindung,Doa pengasihan,doa penyembuh  dan pembuka rejeki yang di berikan dengan ijazah khusus dapat anda lihat di Doa mustajab

Dengan harapan dari sekian banyak jenis doa yang saya ijazahkan secara khusus ada yang sesuai dengan masalah anda...amiin


Wasalam

0 comments:

Post a Comment