Tempat Tamansari Bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta (D. I. Yogyakarta)/ Historic Tamansari Sites in Yogyakarta (Yogyakarta) FOR GENERAL GENERAL
Tempat Tamansari Bersejarah di Daerah Istimewa Yogyakarta (D. I. Yogyakarta)
(Sumber: Sari, Ina Parawira. 2007. Jogja Punya Cerita. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Jogja dan keluarganya. Sebenarnya selain Tamansari, Kesultanan Jogjakarta memiliki beberapa pesanggrahan, seperti Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun, dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemedi Sultan beserta keluarga. Di samping komponen yang menunjukan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan tersebut selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu juga dengan Tamansari.
Letak Tamansari hanya sekitar 500 meter sebelah selatan Kraton Jogjakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, di samping makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsure bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengkubuwono I atau sekitar akhir abad XVII Masehi. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam, pemandian, kanal air, ruang-ruang khusus, dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).
Bagian-bagian Tamansari:
1) Bagian Sakral. Bagian sacral Tamansari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.
2)bagian Kolam Pemandian. Bagian ini merupakan bagian yang digunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertiingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yangkhas. Bangunan kolam in isangat unik dengan pot-pot besar di dalamnya.
3)bagian Pulau Kenanga. Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong bawah tanah. Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus tempat penintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air terbuka dan air mengenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebut Kenanga karena jika dilihat dari atas, bangunan seolah-olah menyerupai sebuah bunga teratai ditengah kolah yang sangat besar.
Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur yang di dalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dahulu berfungsi sebagai tempat sholat.
Sementara itu, lorong yang ada di kawasan ini dahulu konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Jogjakarta. Bahkan, ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Jogjakarta untuk bertemu Nyai Roro Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kesultanan Jogjakarta. Bagian ini memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dadri musuh.
Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi, selain letaknya yang tidak jauh dari Keraton Jogjakarta yang merupakan objek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relative utuh dan terawatt serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai objek wisata.
Di lingkungan Tamansari ini dapat dijumpai Masjid Saka Tunggal yang memiliki satu buah tiang. Meski masjid ini dibangun pada Abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi asset kompleks ini. Di samping itu kawasan Tamansari dengan kampung tamannya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai Pasr Ngasem yang merupakan pasar tradisional dan pasar burung terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (D. I. Yogyakarta).
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
(Source: Sari, Ina Parawira., 2007. Jogja Story. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
The Castle is a royal park or rest house Jogja Sultan and his family.Actually besides Castle, Sultanate of Jogjakarta have some rest house, like Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun, and Ambarukmo. All of which serves as a place to rest and meditate Sultan and his family. In addition to the components shown as a resting place, it always has a rest house defense components. So also with the Castle.
Location of the Castle is only about 500 meters south of Kraton Jogjakarta. The architect of this building is Portuguese, so briefly as if the art building has a very strong European architecture, in addition to the symbolic meaning of Java will be retained. But when we examine the meaning of the dominant elements of building Java here. The Castle was built during the Sultan Hamengkubuwono I or around the end of the seventeenth century AD. Tamansari not just a royal garden, but it is a complex structure consisting of a pool, baths, water canals, special rooms, and a large pool (when open water canal).
Tamansari parts:
1) The Sacred. Tamansari sacral part indicated by a building rather aloof. The room consists of a building that served as the hermitage Sultan and his family.
2) section Swimming Baths. This section is used for the Sultan and his family to have fun. This section consists of two ponds separated by bertiingkat building. The pool water out of the shower shape of animals yangkhas. Building a pool in a unique isangat with big pots in it.
3) section Kenanga Island. This section consists of several buildings, namely Kenanga Island or Island Cemeti, Gemuling wells and an underground passage. Kenanga Island or the Island House is a tall building that serves as a resting place, and where penintaian. The building is the only one that will appear when the canal is open water and water commemorate this Kenanga Island neighborhood. Kenanga called because when viewed from above, as if the building resembles a lotus flower in the middle of a very large school.
Gemuling wells is a circular building that is shaped like a well in which there are rooms that reputedly formerly served as a prayer.
Meanwhile, in the hallway that was once said to serve as a secret passageway that connects the Castle to the Palace of Jogjakarta. In fact, there is a legend that says that this hall pass to the south coast and is a way for the Sultan of Jogjakarta to meet Nyai Roro Kidul is said to be the wife of the kings of the Sultanate of Jogjakarta. This part is a part that serves as a defense or protection for the family of Sultan if at any time there is an attack enemies Dadri.
Tamansari is a pretty interesting place to visit, in addition to its location not far from the Kraton Yogyakarta which is the city's main attraction, the Castle has several features. Privileged Tamansari among others lies in the building itself is relatively intact and well-maintained and the environment is very supportive of its existence as a tourist attraction.
In the neighborhood of the Castle can be found Saka mosques that have one single pole. Although the mosque was built in the XX century, but its uniqueness can still be an asset to this complex. In addition to the Castle's garden village is very famous for batik craft.Not far from the Castle, can be found Pasr Ngasem which is a traditional market and the biggest bird market in Yogyakarta (Yogyakarta).
0 comments:
Post a Comment