Penulisan Kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/ General Guidelines for Writing Spelling Words in Indonesian language Enhanced FOR GENERAL BAHASA INDONESIA
Penulisan Kata dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(Sumber: Ali, Lukman.1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. JAKARTA: Departemen Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan.)
A) Kata Dasar. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal.
B) Kata Turunan
1) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkaian dengan kata dasarnya. Misalnya: bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
2) jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkaian dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tetnang tanda penghubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalkan: bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan.
3) Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.
4)Jika salah satu unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, demoralisasi, dwiwarna, panteisme, purnawirawan, swadaya, telepon, ultramodern.
Catatan:
1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf capital, di antara kedua unsure itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme.
2)Jika kata maha sebagai unsure gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
C) Kata Ulang. Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, lauk-pauk, dibesar-besarkan, hulubalang-hulubalang, tukar-menukar, terus-menerus.
D) Gabungan Kata
1) Gabungan Kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsure-unsurnya ditulis terpisah: Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata pelajaran, meja tulis, orang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat.
2)Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda.
3) Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya, acapkali, adakalanya, akhlarulkalam, Alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, darmawisata, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, kertabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari. Olahraga, padahal, paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana,sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.
E) Kata Ganti Ku, Kau, mu dan nya. Kata ganti ku dank au ditulis serangkaian dengan kata mengikutinya; ku, mu dan nya ditulis serangkaian kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
F) Kata Depan di, ke, dan dari. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.) misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam sajalah di sini, Di maan Siti sekarang? Mereka ada di rumah. Ia kut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ke mana saja ia selama ini? Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.
G) Kata si dan sang. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirim kembali kepada si pengirim.
H) Partikel
1) Partikel –lah, -kahm dan –tah ditulis serangkaian dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia. Siapakah gerangan dia? Apatahgunanya bersedih hati?
2) Partikel pun ditulis terpisah kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa punyang dimakamnya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik puningin pergi.
Catatan:
Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya: adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu bergembira.
3) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya. Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp 3.000,00 per helai.
I) Singkatan dan Akronim
1) Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a) singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M. B. A. master of business administration
M. Sc. Master of science
S.E. sarjana ekonomi
S. Kar. Sarjana karawitan
S. K. M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Colonel
b) singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengna huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda petik. Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
GBHN Garis Besar Haluan Negara
PT perseroan terbatas
KTP kartu tanda penduduk
c) Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:
dll. dan lain-lain
dsb. Dan sebagainya
dst. Dan seterusnya
hlm. Halaman
sda. Sama dengan atas
Yth. (Sdr. Moh. Hasan) Yang terhormat (Sdr. Moh Hasan)
Tetapi:
a.n atas nama
d.a dengan alamat
u.b untuk beliau
u.p untuk perhatian
d) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluene
Cm sentimeter
Kva kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp (5.000,00) (lima ribu) rupiah
2) Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang ditulis seluruhnya dengan huruf capital. Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf capital. Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi
c) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:
pemilu pemilihan umum
radar radio dectecting and ranging
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J) Angka dan Lambang Bilangan
1) Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka ARAB atau angka Romswi.
Angka Arab :0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal berikut ini.
2) Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii) nilai mata uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persesgi tahun 1928
10 liter 17 Agustus 1945
Rp 5.000,00 50 dolar Amerika
US$3.50* 10 paun Inggris
$5.10* 100 yen
Y100 10 persen
2.000 rupiah 27 orang
(*) tanda titik d sini merupakan tanda decimal.
3) Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya:
Jalan Menak Agung 1 No.10
Hotel Indonesia, Kamar 198
4) Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 235
Surat Yasin: 9
5) Penulisan lambing bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a)Bilangan utuh
Misalnya:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
Dua ratus dua puluh dua 222
b) Bilangan pecahan
Misalnya:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Seperenam belas 1/16
Tiga dua pertiga 3 2/3
Seperseratus 1/100
Satu persen 1%
Satu permil 1 o/∞
Satu dua persepuluh 1,2
6) Penulisan lambing bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut: Misalnya: Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini; lihat Bab II, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2; kantor di tingkat II itu.
7) Penulisan lambing bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5). Misalnya
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
Lima uang 1000-an atau lima uang seribuan
8) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambing bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.
9) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Lima belas orang tewas dalam kecelakan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
10) Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11) Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
12) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf penulisannya harus tepat. Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sermbilan ratus Sembilan puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
IN ENGLISH(google translate Indonesian-english):
(Source: Ali, Lukman.1996. Indonesian General Guidelines Spelling Improved. JAKARTA: The Ministry of Education and Culture.)
A) Basic word. Words that form the basis of written word as a whole. For example: Mrs. trust that you know. Tax office crowded. The book is very thick.
B) Derivative Words
1) Feed Additives (prefix, inserts, suffix) wrote a series of basic words. For example: shaking, managed, determination, turned around, playing.
2) if the basic shape in the form of combination of words, prefixes or suffixes written a series of words that immediately follow or precede it. (See also 'guide information hyphen, Chapter V, Article E, Section 5.) Example: clap, underlining, a river, spread widely disseminated.
3) If the form of the base which is a combination word gets prefix and suffix as well, said the combined element gets a prefix and suffix as well, the combined elements were written series. (See also information hyphen, Chapter V, Article E, Section 5.) For example: underline, distribution, multiplied, penghancurleburan.
4) If one of the elements of the combined word is only used in combination, the combined series were written. For example: duke, aerodynamics, intercity, posthumously, audiogram, demoralization, dichromatic, pantheism, retired, self-help, telephone, ultramodern.
Note:
1) If the form is bound followed by the first letters of a word are capital letters, between the two elements were written hyphen (-). For example: non-Indonesian, pan-Afrikanisme.
2) If the word great as the combined elements followed by one word and that word is not a word basis, the combined written separately. For example: I hope God Almighty protect us.
C) The word anniversary. Form of the word completely re-written using hyphens.For example: children, side dishes, exaggerated, commander-commander, exchange, constantly.
D) Combined Words
1) Combined word commonly called compound words, including specific terms, unsure-written separate elements: For example: ambassadors, scapegoat, incredible speed rail, subjects, desk, elderly, rectangular, public hospitals,intersection of four.
2) Combined words, including specific terms, which may cause misunderstanding can be written with a hyphen to emphasize the linkage in question. For example: a tool of view heard, my wife and children, the history books-new, hand-count machines, our mother, father, watt-hours, the young parents.
3) Combined following words written series. For example, often, sometimes, akhlarulkalam, Alhamdulillah, heavens, how, perhaps, when, bismillah, scholarship, condolences, native, instead, darmabakti, scholarship, excursions, grief, halalbihalal, commander, glasses, invisible, to, kertabasa, kilometers, when, arbitrary, Mangkubumi, sun. Sports, though, paramasastra, proverbs, puspawarna, radioactive, saptamarga, handkerchiefs, the essence, as it were, normal, triangle, though, friendship, joy, voluntary, Orgy, harbormaster, titimangsa, wasalam.
E) Pronouns I, you, you and her. My pronouns au dank written a series of words, follow, me, you, and his written a series of words that preceded it. For example: what I should take. My book, your book, and the book is stored in the library.
F) The word Home in, to and from. Prepositions in, to, and separate from the written word that follows it except in a combination of words that is commonly regarded as one word as to the and than. (See also Chapter III, Section D, Section 3.) Eg: Cain was located in the closet. Overnight alone here, in maan Siti now? They're at home. He kut plunged into the midst of the struggle. Wherever it been? We need to think of the next ten years. Let's go to the market. I go here and there looking for it. He came from Surabaya yesterday.
Note:
The words in italics below are written series.
The Amin older than the Ahmad.
We fully believe him.
Leave aside any issues that are not important.
He came in, then out again.
The warrant was issued in Jakarta on March 11, 1966.
Bring picture.
Give me the book.
All the leading men in the village were present at the feast that.
G) the words and sang. The word and the written separately from the word that follows it. For example: Tiger was furious at the Kancil. The letter was sent back to the sender.
H) Particle
1) Particle-lah, kahm and-tah-written series of words that preceded it. For example: Read a good book. What is implied in the letter? Jakarta is the capital of the Republic of Indonesia. Who is she? Point let alone grieve?
2) The particles were separately written words that preceded it. For example: Whatever dimakamnya, he remains thin. About to leave the vehicle was gone. Let alone twice, even once you have never come to my house. If the father left, the sister wanted to go.
Note:
Groups commonly considered coherent, for example: as for, if only, or, however, even though, if, in spite of, or, even, even, though, although written series.
For example:
The reasons why are unknown. However be tried completing the task. Neither the student nor the student participating in a demonstration. Although not satisfactory, his work can be used as a handle. Although poor, he was always happy.
3) Particles per which means 'start', 'for', and 'every' are written separately from the sentence that preceded or followed. For example:
Civil servants get pay rise as of 1 April. They went into the room one by one. Price rag $ 3000.00 per piece.
I) Abbreviations and Acronyms
1) Abbreviation is a shortened form consisting of one or more letters.
a) stands for the person's name, title name, address, job title or rank followed by periods. For example:
A. S. KramawijayaMuh. YaminSuman Hs.Sukanto S.A.M. B. A. master of business administration
M. Sc. Master of science
S.E. degree in economics
S. Kar. Bachelor musical
S. K. M. public health degree
Cpc. Mr.
Sdr. Brother
Kol. Colonel
b) stands for the official name of the government agency and political subdivision, agency or organization, and the name of the official documents consisting of the initial letters of words are written in capital letters and not dengna followed by quotation marks. For example:
Parliament House of Representatives
Guidelines of State Policy Guidelines
PT limited liability
ID cards identity cards
c) common abbreviations consisting of three or more letters followed by a colon.For example:
etc.. etc.
etc.. And so on
ff. And so on
p. Page
sda. Same as above
Designation. (Mr. Moh. Hasan) The Honorable (Mr. Mohammad Hasan)
But:
a.n on behalf of
d.a to address
u.b for him
u.p for attention
d) chemical symbol, stands for the unit of measure, measure, scales, and currency dot not followed. For example:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluene
Cm centimeters
Kva kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp (5000.00) (five thousand) dollars
2) The acronym is an abbreviation which combined form the initial letters combined syllable, or a combination of letters and syllables of the word sequence that is treated as a word.
a) Acronyms behalf in the form of a joint letter from the beginning of the series of words written entirely in capital letters. For example:
Armed Forces of the Republic of Indonesia
LAN Institute of Public Administration
PASI Athletic Union All-Indonesia
IKIP Institute of Teacher Training and Education
b) The acronym names reflect a combination of self-syllable or combination of letters and syllables of the series written word beginning with the letter capital letters. For example:
Akabri Indonesian Armed Forces Academy
Bappenas National Development Planning Agency
Association of Women Entrepreneurs IWAPI Indonesia
Kowani Indonesian Women's Congress
Sespa Administrative Staff College Leadership
c) The acronym that is not the name itself in the form of a combination of letters, syllables, or combination of letters and syllables of the word series written entirely in lowercase. For example:
election elections
dectecting radio and radar ranging
The meeting of the leadership meeting
missile missile
a violation ticket
Note:
If it is considered necessary to form an acronym, should note the following terms.(1) The number of syllables acronyms do not exceed the usual number of syllables in the word Indonesia. (2) The acronym is formed by considering the combination of vocal and consonant harmony in accordance with the usual pattern of Indonesian words.
A) Numbers and Symbols Numbers
1) The figure used to express the lambing number or numbers. In the writings commonly used numbers or numbers ARAB Romswi.
Arabic numerals: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Roman numerals: I, II, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1,000), V (5000), M ( 1.000.000)
Such use shall be further in the following chapters.
2) These numbers are used to indicate (i) the length, weight, area, and volume (ii) units of time, (iii) the value of the currency, and (iv) quantity.
For example:
0.5 centimeters in 1 hour 20 minutes
5 kilograms at 15:00
4 meters in 1928 persesgi
10 liters of August 17, 1945
USD 5000.00 50 dollars U.S.
U.S. $ 3.50 * 10 pounds UK
$ 5.10 * 100 yen
Y100 10 percent
2000 rupiah 27 people
(*) D dot here is a decimal sign.
3) The figure commonly used to symbolize a street number, apartment, or room in the address. For example:
Road Menak Court 1 10
Hotel Indonesia, Room 198
4) Figures used also to numbered sections essay and scripture verses. For example:
Chapter X, Section 5, page 235
Surat Yasin: 9
5) Writing lambing numbers with the letter is as follows.
a) Whole Numbers
For example:
Twelve 12
Twenty-two-22
Two hundred twenty-two 222
b) Fractions
For example:
Half ½
Three quarters ¾
Sixteenth 1/16
Three two-thirds of the 3 2/3
Hundredth of 1/100
One percent 1%
One permil 1 o / ∞
One two-tenths of 1.2
6) Writing lambing rate numbers can be done in the following manner: For example: Pakubowono X: in the early twentieth century; over life in the 20th century it; see Chapter II, Article 5; chapter of the 2nd book; area level II were: in the second level of the building; at rank 2; office at level II.
7) Writing lambing number that gets the suffix-an follow the following manner. (See also information on the hyphens, Chapter V, Article E, Section 5). For example
Year of the '50s or the fifties
Money or money's 5000-five thousand
Money in 1000 the five or five thousand money
8) Coat numbers can be expressed in one or two words are capitalized unless some symbol numbers used sequentially, as in the details and exposure. For example:
Amir watched the play three times.
Dad ordered three hundred chickens.
Of the 72 members present, 52 people agree, 15 people disagree, and 5 people voted blank.
Ditempah vehicles for public transport consists of 50 buses, 100 pedicabs, 100 minibus.
9) The symbol number at the beginning of a sentence be capitalized. If necessary, sentence structure changed so that numbers can not be expressed with one or two words are not there at the beginning of the sentence. For example:
Fifteen people were killed in that accident.
Mr. Darmo invite 250 guests.
10) The figure shows a large integer can be spelled in part to make it more readable. For example:
The company just got a 250 million dollars loan.
Indonesia's population of more than 120 million people.
11) Numbers do not need to be written with numbers and letters as well as in the text except in official documents such as certificates and receipts. For example:
Our office has twenty employees.
In the closet that stored 805 books and magazines.
12) If the number represented by numbers and letter writing to be precise. For example:
I enclose cash receipts amounting to Rp999, 75 (sermbilan Ninety Nine hundred and seventy-five percent rupiah).
0 comments:
Post a Comment