Pembentukan Kata secara Nonmorfologis di dalam bahasa Indonesia/ Word formation is Nonmorfologis in Indonesian FOR CLASS XII IPS BAHASA INDONESIA
Pembentukan Kata secara Nonmorfologis di dalam bahasa Indonesia
(Sumber: Suharto. Sunardi. 2005. Kompeten Berbahasa dan Bersastra Indonesia. Jakarta:WidyaDuta.)
Pada saat kita berbicara atau menulis, kita tentu tidak menggunakan bentuk kata yang sama. Misalnya: “Di kota ini banyak SMA telah memiliki lab, baik bahasa, computer, kimia, biologi, dan sebagainya.”
Dari kalimat ini ada kata-kata yang masih seperti bentuk asalnya, misalnya di, kota, ini, banyak, telah, baik, bahasa, computer, kimia, dan. Kata-kata ini kita sebut kata asal. Sebaliknya, dari kalimat tersebut ada juga kata-kata yang telah dirubah dari bentuk aslinya, misalnya SMA, memiliki, laboratorium, biologi. Kata-kata ini berubah dari asalnya menjadi bentuk kata batu. Pembentukan kata seperti ini ada yang dengan proses morfologis (proses berubahnya morgem karena pengafikan, reduplikasi, dan pemajemukan, atau proses terbentuknya morfem majemuk).
Keanekaan kosakata seperti kalimat tersebut disebabkan oleh semakin bertambahnya kosakata bahasa dengan sistem pembentuk kata yang baru. Sumber perluasan kata dikelompokkan sebagai berikut:
a) Sumber dalam artinya swadaya bahasa Indonesia sendiri dengan wujud: pengaktifan kata-kata lama, pembentukan baru, penciptaan baru, dan pengakroniman.
1) Mengaktifkan kata-kata dalam arti sama, misalnya pengelola (manajer), pemerhati (orang yang memerhatikan), abdi (pegawai), bahari (laut), pakar (ahli), kemas (container), dan sebagainya.
Mengaktifkan kosakata lama dalam arti baru, misalnya:
Kata-kata Lama | Arti Lama | Arti Baru |
Sejang | Tidak seimbang, tidak benar | Jurang pemisah (gap) |
Kemudahan | Hal yang mudah | Fasilitas |
Meliput | Menutup, menyelubungi | Mengkover |
arahan | Orang yang menjadi pembantu | Petunjuk, perintah |
acuan | Cetakan klise, peluru | Buku acuan, buku bacaan |
sunting | Memakai sunting (melati) | Mengedit |
2) pembentukan baru merupakan bentuk kata lama yang diproses menjadi bentuk baru dengan pengimbuhan (afiksasi), pemajemukan, pengulangan, penciptaan baru. Khusus penciptaan baru ini termasuk ke dalam proses nonmorfologis, yaitu dengan cara menciptakan bentuk baru yang dipakai sebagai pengganti pengertian yang belum ada.
Contoh:
Kata-kata Lama | Bentukan Baru |
Anda | Dipakai pengganti milik |
Sinambung | Kontinuitas |
Rujukan | Referensi |
Pelayan Toko | Pramuniaga |
Pelayan hotel | Pramubakti |
Pesakitan | Narapidana |
Pembantu | Pramuwisma |
3) Abreviasi adalah pemendekan bentuk sebagai bentuk yang lengkap. Bentuk ini sebagai bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frasa. Bentuk penyingkatan ini digolongkan menjadi: singkatan, akronim, sinkop, apokop, dan kontraksi.
a) singkatan adalah huruf atau gabungan huruf sebagai hasil pemendekan dari bentuk kata yang lebih besar. Membuatnya secara konsisten. Contoh: CIA (Central Intelligence Agency), CPU (Central Processing Unit), TNI (Tentara Nasional Indonesia).
b) Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau gabungan kombinasi huruf dan suku kata deret dan yang dituliskan serta dilafalkan sebagai kata yang wajar. Adapun aturan menulisnya sebagai berikut:
(1) Akronim yang terdiri atas huruf pertama dari kata yang disingkatkan, seluruhnya ditulis dengan huruf besar. (GIA, AURI)
(2) Akronim yang berupa gabungan huruf dan suku kata dan menjadi nama diri dimulai dengan huruf besar. (Dirjen, Sekjen)
3) Akronim yang berupa gabungan dan bukan nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kecil (rapim, raker, tapol)
c) Singkop adalah peristiwa pemendekan kata dengan jalan menghilangkan huruf atau lebih dalam sebuah kata, sedangkan artinya tidak berubah.
Contoh:
Telah=tlah
Tahadi=tadi
Semangat=smangat
Cahari=cari
Sahaya=saya
Seperti=sperti
Sahaja=saja
d)Apokop adalah proses pemendekan kata dengan jalan menghilangkan sebuah huruf atau lebih di belakang sebuah kata, sedangkan artinya tidak berubah.
Contoh:
Pelangit=pelangi
Balik=kembali
Selat=sela
Sakit=saki
e) Kontraksi adalah proses pemendekan kata dengan jalan memadatkan kata itu sedangkan artinya tidak berubah.
Contoh:
Parama iswari=permaisuri
Satu ambilan=Sembilan
Bahwa sesungguhnya=bahwasannya
Dua alapan=delapan
Parama artha=permata
Bagai ini=begini
Bagai itu=begitu
Tidak ada=tiada
b) Sumber luar artinya perluasan kosakata dari bahasa serumpun, bahasa asing dan bahasa daerah.
Contoh:
1) Amblas, bejat. Cikal bakal, enteng, gadungan, langka. Manunggal (Jawa).
2) Becus, kagok, mending, ajangkarya (Sunda)
3) Ceroboh, getol, telak, bang (Jakarta)
4)Aneka, bahagia, cahaya, darma, angkara (Sanskerta).
5) Abad, hadir, lafal, maklum, roh, fajar (Arab).
6) Agenda, bank, artikel. Bonus. Dogma, radio (Belanda).
7) Admireal, diploma, target, fatal, vital, modern (Inggris).
0 comments:
Post a Comment