Membatik Batik/ Batik FOR JUNIOR HIGH SCHOOL ART CULUTURE
Membatik
(Sumber:Gunandar.2012. Seni Budaya. Madiun:AnugerahAgung.)
A) Pengertian. Batik adalah gambar atau lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan pewarna (napthol) menggunakan alat canthing dan atau kuas serta teknik tutup celup. Batik dapat berupa gambar pola ragam hias atau lukisan yang ekspresif. Menggambar atau melukis dengan bahan lilin yang dipanaskan dan menggunakan alat canting atau kuas disebut membatik. Dalam perkembanganselanjutnya, untuk mempercepat proses membatik digunakan cap. Itulah sebabnya karya batik dengan canting dan cap dikenal dengan dengan istilah batik tulis dan batik cap. Tetapi dalam hal mutu, karya batik yang dikerjakan dengan cap kurang unggul dibanding dengan canting. Selain itu, ada juga kain yang diberi gambar motif batik yang pengerjaannya lebih modern dengan teknik printing. Kain seperti ini bukan kain batik melainkan kain bermotif batik. Batik memiliki fungsi ganda yaitu fungsi praktis dan estetis. Secara praktis, kain batik dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pakaian, penutup tempat tidur, taplak meja dan sebagainya. Secara estetis, batik lukisan bisa dibingkai dan dijadikan perhiasan ruangan.
B) Desain Ragam Hias Untuk Pola Plastik. Beragam hias dalam seni rupa bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi simbolis. Sebagai contoh: ragam hias burung dalam nekara perunggu mempunyai symbol arwah nenek moyang. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran dan bentuk cadar dalam perwujudan ragam hias, yang meliputi segala bentuk alami ciptaan Tuhan seperti manusia, binatang, tumbuhan, gunung, batuan, air, awan dan lainnya serta hasil kreasi manusia. Jadi ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif hias dengan kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang sehingga menghasilkan bentuk yang indah. Ragam hias dapat dibedakan menjadi tiga motif, yaitu motif geometris, motif non geometris dan motif benda mati. Motif geometris antara lain berupa: pilin ganda, tumpal, meander, swastika, dan kawung. Motif non geometrsi berupa manusia, binatang dan tumbuhan. Motif benda matif berupa air, api awan, batu, gunung, matahari. Selain itu motif lain antara lain: motif tumpal pada sarung dari Lasem Jawa Timur, motif parang atau pilin ganda, motif swastika atau banjir yang merupakan lamabng peredaran bintang dan mendapat pengaruh budaya Tiongkok, motif Kawung (buah pohon enau) terdapat pada kain batik yang berasal dari Banjarnegara Jawa Tengah, motif geometris banyak terdapat di kain Toraja, motif manusia dan kegiatannya pada kain Toraja, motif manusia pada tenun ikat Sumba, gabungan motif tumbuhan, hewan, awan dan rumah pada batik Cirebon, (Megamendung) berasal dari Cirebon Jawa Barat, gabungan motif tumbuhan, hewan, awan dan rumah pada batik Cirebon.
C) Mediaa Karya Batik
1) Bahan. Bahan untuk berkarya batik terdiri dari kain mori atau sutera, lilin dan zat pewarna. Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas lain mori bermacam jenisnya dan sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan. Selain kain mori, kain sutera dapat juga digunakan sebagai bahan baku batik namun harganya sangat mahal. Kebutuhan akan kain sangat ditentukan oleh fungsinya. Misalnya, membuat saputangan cukup membutuhkan kain ukuran 40X40cm, taplak meja membutuhkan kain ukuran sekitar 100X250cm, penutup tempat tidur membutuhkan kain sesuai dengan ukuran tempat tidurnya. Untuk membuat batik kemeja berpola membutuhkan kain sekitar 100X200cm. untuk batik lukis, ukuran kain disesuaikan dengan ukuran yang dikehendaki. Lilin adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Lilin yang digunakan untuk membatik bermacam kualitasnya. Kualitas lilin ini berpengaruh terhadap gaya serap warna kain batik. Berikut ini merupakan jenis lilin.
Ø Lilin puti berasal dari minyak latun buatan pabrik.
Ø Lilin kuning berasal dari minyak latung buatan pabrik.
Ø Lilin hitam berasal dari minyak latung buatan pabrik.
Ø Lilin tawon berasal dari sarang lebah.
Ø Lilin klanceng berasal dari sarang lebah klenceng.
Ø Gandaruken dan keplak sebagai bahan campuran lilin.
Zat pewarna untuk membuat batik dapat diperoleh dari alam dan buatan pabrik untuk batik klasik, zat pewarna diperoleh dari alam, misalnya warna hijau dari daun jarak kepyar, warna merah dibuat dari daun jati muda, dan warna kuning dibuat dari rimpangan kunyi yang dicampur dengan kapur sirih. Batik tradisional dan modern sudah menggunakan zat pewarna buatan pabrik yaitu naptol dan garam. Wujudnya berupa serbuk dan dapat dilarutkan dengan air dingin. Untuk aturan penggunaan naptol dan garam disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk memperoleh naptol dan garam dapat dibeli di toko atau sablon.
2) Alat. Peralatan yang digunakan untuk membatik tidak banyak mengalami perubahn sampai sekarang. Peralatan membatik dengan cara mengerjakannya dapat diguolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional. Oleh karena itu, jika peralatan dan proses pengerjaannya dimodernisasi maka sebutan batik dan membatik akan punah. Hal yang perlu dimodernisasi adalah kualitas produk dan kualitas peralatan. Namun demikian, peralatan membatik yang cukup standar adalah canting, kuas, wajan, kompor, gawangan, sarung tangan, dandang besar, dan setrika.
a) Canting. Catin adalah pokok membatik yang menentukan apakah hasil pekerjaan disebut batik atau bukan batik. Canting berfungsi untuk menulis atau melukiskan cairan lilin pada kain membuat motif batik yang diinginkan. Alat ini terbuat dari bahan tembaga yang dipadukan dengan bambu sebagai tangkainya. Canting terdiri dari tangkai yang terbuat dari bambu. Badan canting yang berfungsi untuk mengambil dan menampung cairan lilin dari wajan dan carat, pipa kecil melengkung untuk jalan keluar cairan lilin. Menurut fungsinya, canting dapat dibedakan menjadi dua yaitu canting rengrengan (batikan pertama kali sesuai dengan polanya) dan canting isen (mengisi bidang batik). Menurut besar kecilnya, canting dapat dibedakan menjadi tiga yaitu canting kecil, canting sedang, dan canting besar. Menurut banyaknya carat, canting dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu canting cecekan, canting loron (bercarat dua) dan canting telon (bercarat tiga).
b) Kuas. Kuar untuk membatik hendaknya tahan panas, fungsi kuas untuk menutup bidang yang luas sehingga cepat selesai.
c) wajan atau penggorengan. Wajan adalah peralatan yang terbuat dari logam baja yang berguna untuk mencairkan lilin untuk membatik. Ukuran wajan untuk membatik biasanya kecil. Wajan yang baik hendaknya memiliki tangkai sehingga mudah untuk diangkat dan diturunkan dari kompor.
d) Kompor. Kompor untuk membatik berukuran kecil, gunanya untuk memanaskan wajan sehingga lilinnya mencair.
e) Gawangan adalah peralatan yang berguna untuk membentangkan kain yang dibatik. Gawangan dapat dibuat dari kayu atau bambu. Gawangan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipindahkan tetapi harus kuat dan ringan.
f) Sarung tangan gunanya untuk melindungi tangan agar tidak ikut terwarnai dalam proses pewarnaan.
g) dandang besar berguna untuk proses pelarutan lilin yang melekat pada kain dengan merendam dan mendidihkan air serta diberi soda abu.
h) Setrika. Setrika guna untuk menghilangkan lilin pada kain. Dengan panas dari setrika, lilin akan berpindah ke kertas Koran.
3) Teknik. Teknik membatik pada umumnya tutup-celup. Kain ditutup dengan lilin, kemudian dicelup pada zat pewarna, untuk variasi teknik dapat menggunakan cara ikat-celup yaitu kain diikat dengan tali, kemudian dicelup dengan zat pewarna.
Perawatan kain batik
Ø Cuci kain dengan menggunakan lerak.
Ø Apabila tidak ada lerak bisa digantikan dengna sabun cuci yang tidak terlalu tinggi kosentrasinya.
Ø Jangan terlalu lama merendam kain batik dengan air sabun.
Ø Jangan menjemur kain batik dibawah terik sinar matahari cukup diangin-anginkan ditempat yang teduh bila ingin mengeringkan kain batik.
Ø Hindari pencucian batik dengan mesin cuci dan sikat cucian, kucek perlahan dan sebentar saja bila mencuci kain batik.
Langkah membuat batik yakni mengolah kain batik, membuat pola, pemalaman, pewarnaan, dan pelorotan.
IN ENGLISH (with google translate: Indonesian-english):
Batik
(Source: Gunandar.2012. Cultural Arts. Madiun: AnugerahAgung.)
A) Definition. Batik is a drawing or paintings made on cloth with wax and dye materials (napthol) canthing use tools and techniques or brush and dip closed. Batik can be an image or painting decorative patterns are expressive. Drawing or painting materials are heated and the wax using a canting or brush is called batik. In perkembanganselanjutnya, used to speed up the process of batik cap. That is why the work of batik with canting and cap known by the term batik and batik. But in terms of quality, the work done by batik stamp is less superior than the canting. In addition, there are also fabric batik motifs given that the process is more modern printing techniques. Fabrics such as this is not a batik cloth batik cloth instead. Batik has multiple functions, practical and aesthetic functions. In practical terms, batik cloth can be used to meet the demand for clothes, bed covers, table cloth and so on. Aesthetically, batik painting can be framed and used as jewelry room.
B) Variety of Ornamental Design for Plastic Pattern. Various ornamental art can serve to fill the void and also serves a symbolic field. For example: a bird in a decorative bronze nekara have ancestors symbol. Related decorative ornamental patterns and motifs. Decorative patterns are the basic elements that can be used as a guide in designing an ornament. Meanwhile, decorative motifs and forms the subject of the mind in the realization of decorative veil, which covers all forms of nature as God's creation of man, animals, plants, mountains, rocks, water, clouds, and more as well as human creations. So it is a decorative arrangement of decorative patterns using decorative motifs with specific rules on a plane or space resulting in beautiful shape. Decorative motifs can be divided into three, namely geometric patterns, geometric motifs and non-motif inanimate objects. Geometric motifs such as: double gyre, tumpal, meanders, swastika, and kawung. Motif non geometrsi form of humans, animals and plants. Motif matif objects such as water, fire clouds, rocks, mountains, sun. Additionally motives, among others: the gloves tumpal motif of Lasem East Java, parang motif or double stranded, the swastika motif or flooding is lamabng circulation and star culture influenced China, Kawung motif (palm tree fruit) contained on batik fabrics originating of Banjarnegara Central Java, there are many geometric patterns in fabrics Toraja, human motives and activities on the fabric Toraja, human motives on Sumba ikat, combined motifs of plants, animals, clouds and houses on the batik Cirebon, (Megamendung) from Cirebon in West Java, combined motifs of plants, animals, clouds and houses in Cirebon batik.
C) Work Mediaa Batik
1) Materials. Materials for batik work consists of cloth or silk, wax and dyes. Mori is batik material made of cotton. Another quality mori various types and determine the good and bad produced batik cloth. In addition to cloth, silk cloth can also be used as a raw material of batik is very expensive however. The need for a fabric is determined by its function. For example, make a reasonably require handkerchief size 40X40cm cloth, table cloth size requires about 100X250cm, bed covers need fabric according to the size of the bed. To make a batik shirt patterned fabrics require approximately 100x200cm. for batik painting, fabric size adjusted to the desired size. Wax is a material that is used for batik. Candles are used for a variety of quality batik. This affects the quality wax absorption style batik fabric color. Here is a type of wax.
wax derived from petroleum latun puti manufactured.
yellow wax derived from petroleum oil manufactured.
black wax derived from petroleum oil manufactured.
bees wax from beehives.
wax from beehives klanceng klenceng.
Gandaruken and keplak as a mixture of wax.
To make batik dyes can be obtained from natural and artificial plants for classical batik, dyes derived from nature, such as the green color of leaves kepyar distance, the red color is made from the leaves of young teak, and yellow made from rimpangan kunyi mixed with whiting . Traditional and modern batik dyes are manufactured using the naptol and salt. His form in the form of powder and can be dissolved in cold water. For rules of use naptol and salt as needed. To obtain naptol and salt can be purchased in stores or screen printing.
2) Tool. Equipment used for batik is not much experience perubahn until now. Batik equipment diguolongkan way to do it as a job that is traditional. Therefore, if the equipment and the workmanship is modernized then called batik and batik will be extinct. It needs to be modernized is a quality product and quality equipment. However, the equipment is fairly standard batik canting, brushes, pans, stove, gawangan, gloves, great cormorant, and the board.
a) Canting. Catin is subject batik determine if the work is not called batik or batik. Canting function to write or describe the liquid wax to the fabric to make the desired motif. It is made of copper material combined with a bamboo stalk. Canting consists of a bamboo stalk. Canting entity that serves to take and hold the liquid wax from the pan and carat, small curved pipe to exit the liquid wax. According to the function, canting can be divided into two canting rengrengan (batikan first time according to the pattern) and the canting Isen (fill in the fields batik). According to the size, canting can be divided into three small canting, canting medium, and large canting. According to the number of carat, canting can be divided into three, namely canting cecekan, canting Loron (bercarat two) and canting telon (bercarat three).
b) Brush. Kuar for batik should be heat resistant, brush functions to cover a wide area so quickly done.
c) skillet or frying pan. Wok is equipment made of steel metal useful to melt the wax for batik. Size pan for batik is usually small. Good wok should have stalks so easy to be raised and lowered from the stove.
d) Stove. Stoves for small batik, point to heat the pan so that the wax melts.
e) gawangan is a useful tool to spread the cloth that dibatik. Gawangan can be made of wood or bamboo. Gawangan should be made in such a way as to be easily moved but should be strong and lightweight.
f) use gloves to protect your hands so do not take stain in the dyeing process.
g) large cormorant useful for dissolving wax attached to the fabric by soaking and boiling water and soda ash are given.
h) Iron. Board in order to remove the wax on the fabric. With the heat of the iron, wax paper will move on to the newspaper.
3) Techniques. Batik technique generally closed-immersion. Fabric covered with wax, then dipped in dye, for a variety of techniques to use the tie-dyed fabric that is tied with a rope, and then dyed with dye.
Batik fabric care
Wash the fabric by using lerak.
If no lerak be replaced dengna soap that is not too high kosentrasinya.
Do not soak too long batik cloth with soapy water.
Do not hang batik cloth under the hot sun aerated enough shady place if you want to dry the batik cloth.
Avoid washing batik with brush washer and laundry, and soon dub gently when washing batik cloth.
Steps to make the batik process batik fabric, making patterns, pemalaman, coloring, and pelorotan.
0 comments:
Post a Comment