Pantai-Pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta/ Coast-Beach in Yogyakarta/ Coast-Beach in Yogyakarta FOR GENERAL GENERAL


Pantai-Pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta

(Sumber: Sari, Ina Parawara.2007.Jogja Punya Cerita. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)

A) Pantai Baron. Pantai Baron di Jogjakarta terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 23 kilometer arah selatan kota Wonosari. Pantai Baron di Jogjakarta merupakan pantai pertama  yang ditemui dari rangkaian kawasan Pantai Baron di Jogjakarta, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, dan Sundak.

                Di Pantai Baron di Jogjakarta juga terdapat muara sungai bawah tanah yang bisa digunakan untuk pemandian setelah bermain di laut. Selain itu, wisatawan juga dapat menikmati aneka ikan laut segar maupun siap saji, dengan harga terjangkau. Termasuk menu khas Pantai Baron di Jogjakarta. Yaitu Sop Kakap. Pada sisi sebelah timur terdapat dicapai melalui jalan setapak yang melingkar terdapat bukit kapur wisatawan bisa beristirahat di gardu pandang, sambil menghirup udara pantai yang menyegarkan. Kurang lebih 10 km ke arah barat dari Pantai Baron Yogyakarta terdapat Pantai Parang Racuk dengan bukitnya yang menjulang dan terjal dengan leluasa dari atas bukit.

                Pada setiap bulan Syuro tahun Jawa, masyarakat nelayan setempat menyelenggarakan Upacara Sedekah Laut yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panenan ikan yang melimpah dan keselamatan mencari ikan di laut.

B) Pantai Congot Yogyakarta. Pantai Congot Yogyakarta adalah pantai wisata yang paling tepat dikunjungi setelah bertandang di Pantai Glagah. Kedua pantai itu berjarak sangat dekat dan dihubungkan oleh jalan beraspal halus yang cukup mudah ditempuh dengan menggunakan sepeda. Terletak di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Pantai Congot Yogyakarta menjadi pusat kegiatan warga sekitar yang menggantungkan hidup dengan mencari ikan. Keindahan pemandanngan bisa dijumpai, bahkan selagi Anda masih dalam perjalanan menuju pantai ini. Sepanjang jalan yang menghubungkan Wates dengan Pantai Congot Yogyakarta, Anda bisa menyaksikan hamparan sawah hijau dan aktivitas warga desa di Kulon Progo yang umumnya menjadi petani. Seperti dataran dekat pantai di wilayah lain, jalan menuju Pantai Congot Yogyakarta juga dihiasi oleh deretan pohon kelapa. Pantai Congot Yogyakarta memiliki pesona tersendiri dibandingkan dengan pantai lainnya karena nuansa nelayan dan perikanannya yang begitu kuat. Di sepanjang garis pantainya, Anda bisa melihat aktivitas warga sekitar dan wisatawan local memuaskan kegemaran memancing. Di sudut lain, terdapat para nelayan yang tengah menjala ikan tepi pantai, menghancurkan cangkang rajungan yang melekat di jala ataupun membersihkan perahu. Hiruk pikuk para nelayan dengan rentetan aktivitas hariannya bisa disaksikan bila Anda berkunjung pada jam yang tepat. Pagi hari, biasanya para nelayan berangkat menuju lautan dengan menggunakan perahu motor yang dimilikinya. Sementara menjelang siang, biasanya nelayan kembali membawa ikan hasil tangkapan yang kemudian disetorkan ke tempat pelelangna ikan wilayah setempat. Menuju tempat pelelangan ikan, Anda bisa melihat aktivitas para wanita nelayan yang membersihkan ikan hasil tangkapan dan menjualnya kepada beberapa  pembeli. Sementara aktivitas jual beli berlangsung di tempat pelelangan ikan, pria nelayan biasanya sibuk membersihkan kapal dan menghancurkan rajungan yang biasa melekat pada jala dan seing kali membuatnya robek. Seluruhnya berlangsung dari tengah hari hingga menjelang sore. Bila menggemari aktivitas memancing atau mencari ikan, Anda bisa memuaskan di pantai ini. Cukup membawa peralatan memancing. Anda sudah bisa mencoba peruntungan untuk mendapat ikan. Bila tak memiliki alat pancingan. Anda bisa menggunakan jala kecil dan menyusuri tepi pantai untuk mencari ikan. Berkunjung dengan rekan dan memancing bersama, pasti akan kegiatan yang menyenangkan dan mengakrabkan. Meski tak begitu banyak jumlahnya, sejumlah warga sekitar membuka warung kecil yang menjajakan sea food sebagai menu utamanya. Menikmati hidangan sambil melihat aktivitas nelayan, tentu memberikan nuansa berbeda dibandingkan jika menikmatinya di restoran tengah kota. Bau sedap ikan goreng dan bakar akan segera menyergap hidup ketika hidangan tengah dimasak, mengundang selera untuk segera menikmatinya. Usai menikmati aktivitas nelayan dan menikmati sea food. Anda bisa berjalan ke barat untuk menikmati pemandangan muara Sungai Bogowonto. Anda bisa berdiri dibangunan jetty (semacam tanggul) yang berada ditepian hilir sungai atau batu-batuan di tepi muaranya. Pertemuan air tawar sungai dan air asin laut inilah yang membuat wilayah tepi Pantai Congot Yogyakarta kaya beragam jenis ikan. Di muara sungai itulah beragam jenis ikan terdapat dalam jumlah yang banyak. Untuk berkunjung ke Pantai Congot Yogyakarta, Anda tak perlu membayar biaya tambahan. Kunjungan ke Pantai Congot Yogyakarta sudah termasuk dalam tiket wisata menuju Pantai Glagah. Letak Pantai Congot Yogyakarta yang sangat dekat dengan Pantai Glagah tentu cukup menjadi alasan untuk mengunjunginya. Nuansa nelayan dan perikanan yang begitu kuat menjadikan Pantai Congot Yogyakarta tetap memiliki kekhasan dan tak bisa begitu saja disamakan dengan Pantai Glagah.

C) Pantai Depok Yogyakarta. Di antara pantai lain di wilayah Bantul, Pantai Depok Yogyakarta yang tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner untuk menikmati sea food. Dipantai ini, tersedia sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh dari bibir pantai. Beberapa warung makan, bahkan sengaja dirancang menghadap ke selatan. Jadi, sambil menikmati hidangan laut, Anda bisa melihat pemandangan laut lepas dengan ombak yang besar.
                Nuansa khas warung makan pesisir dan aktivitas nelayan Pantai Depok Yogyakarta telah berkembang sejak 1997. Menurut cerita, sekitar tahun 1997, beberapa nelayan yang berasal dari Cilacap menemukan tempat pendaratan yang memadai di Pantai Depok Yogyakarta. Para nelayan itu membawa hasil tangkapan yang cukup banyak sehingga menggugah warga Pantai Depok Yogyakarta, yang umumnya berprofesi sebagai petani lahan pasir, untuk ikut menangkap ikan.

                Sejumlah warga pantai pun mulai menjadi “tekong”, istilah local untuk menyebut pencari ikan. Para tekong melaut dengan bermodal perahu bermotor yang dilengkapi cadik. Kegiatan menangkap ikan dilakukan hampir sepanjang tahun, kecuali pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat, yakni Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Di luar musim paceklik ikan yang berlangsung antara bulan Juli-September  jumlah hasil tangkapan cukup lumayan.

                Karena jumlah tangkapan cukup besar warga setempat pun membuka Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang kemudian dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bernama MinaBahari 45. Tempat pelelangan ikan di pantai ini bahkan menerima setoran ikan yang ditangkap oleh nelayan di pantai lain.

                Seiring makin banyak pengunjung pantai yang berjarak 1,5 kilometer dari Parangtritis ini, maka dibukalah warung makan sea food.

                Umumnya, warung makan yang berdiri di pantai ini menawarkan nuansa tradisional. Bangunan warung makan tampak sederhana dengan atap limas an, sementara tempat duduk dirancang lesehan menggunakan tikar dan meja kecil. Meski sederhana, warung makan tampak bersih dan nyaman.

                Beragam hidangan sea food bisa dicicipi. Hidangan ikan yang paling popular dan murah adalah ikan cakalang, per kilonya setara dengan 5-6 ekor ikan. Jenis ikan lain yang bisa dinikmati adalah kakapan putih dan kakap mera. Jenis ikan yang harganya cukup mahal adalah bawal. Selain ikan, ada kepiting, udang, dan cumi-cumi.
               
                Hidangan sea food biasanya dimasak dengan dibakar atau digoreng. Jika ingin memesan, Anda bisa menuju tempat pelelangan ikan untuk memesan ikan atau tangkapan laut yang lain. Setelah itu, Anda biasanya akan diantar menuju salah satu warung makan yang ada di pantai itu oleh salah seorang warga.

                Puas menikmati hidangan Sea Food, anda bisa keluar pantai dan berbelok ke kanan menuju arah Parangkusumo dan Parangtritis. Di sana, Anda akan menjumpai pemandangan alam yang langka dan menajubkan yaitu gumuk pasik. Gumuk pasir yang ada di pantai ini adalah satu-satunya di kawasan Asia Tenggara dan merupakan suatu fenomena yang jarang dijumpai di wilayah tropis. Di sini, Anda bisa menikmati hamparan pasir luas bagai di sebuah gurun.

                Gumuk pasir yang terdapat di dekat Pantai Depok Yogyakarta terbentuk selama ribuan tahun lewat proses yang cukup unik. Dahulu, ada beragam tipe yang terbentuk, yaitu barchans dune, comb dune, parabolic dune, dan longitudinal dune. Saat ini hanya beberapa saja yang terdapat, yaitu barchans dune dan longitudinal dune. Angin laut dan bukit terjal di sebelah timur menerbangkan pasir hasil aktivitas Gunung Merapi yang terendap di dekat sungai menuju daratan, membentuk bukit pasir atau gumuk.

                Untuk menikmati hidangan laut sekaligus pemandangan gumuk pasir ini, Anda bisa melalui rute yang sama dengna Parangtritis dari Yogyakarta. Setelah sampai di dekat pos retribusi Parangtirits, Anda bisa berbelok ke kanan Pantai Depok Yogyakarta.

E)Pantai Ngobaran Yogyakarta. Datang ke Pantai Ngrenehan dan menikmati ikan bakarnya sebelumnya belum lengkap kalau tak mampir di patai sebelahnya, Pantai Ngobaran Yogyakarta. Letak pantai yang bertebing ini hanya kurang lebih dua kilometer dari Pantai Ngrenehan. Tak jauh, bukan? Penduduk Pantai Ngrenehan saja sering membicarakan dan mampir ke Pantai Ngobaran Yogyakarta, mengapa Anda tidak? Pantai Ngobaran Yogyakarta merupakan pantai yang cukup eksotik. Kalau air surut, Anda bisa melihat hamparan alga (rumput laut), baik yang berwarna hijau maupun cokelat. Jika dilihat dari atas, hamparan alga yang tumbuh di selah-sela karang tampak seperti sawah di wilayah padat penduduk. Puluhan jenis binatang laut juga terdapat di sela-sela karang, mulai dari landak laut, bintang laut, hingga golongan kerang-kerangan.

                Tapi yang tak terdapat di pantai lain adalah pesona budayanya, mulai dari bangunan hingga makanan penduduk setempat. Satu di antaranya yang menarik adalah adanya tempat ibadah untuk empat agama atau kepercayaan berdiri berdekatan. Apakah itu bentuk multikuluralisme? Siapa tahu.

                Bangunan yang paling jelas terlihat pada tempat ibadah semacam pura dengan patung dewa berwarna putih. Tempat peribadatan itu didirikan tahun 2003 untuk memperingati kehadiran Brawijaya salah satu keturunan Raja Majapahit, di Pantai Ngobaran Yogyakarta. Orang yang beribadah di tempat ini penganut kepercayaan Kejawan. Nama “Kejawan” menurut cerita berasal dari nama salah satu putra Brawijaya V, yaitu Bondhan Kejawan. Pembangunan tempat peribadatan ini mengaku sebagai keturunan Brawijaya V dan menunjuk salah satu warga untuk menjaga tempat ini.

                Berjalan kea rah kiri dari tempat peribadatan tersebut, Anda akan menemui sebuah joglo yang digunakan untuk tempat peribadatan pengikut Kejawen. Menurut penduduk setempat, kepercayaan Kejawen berbeda dengan Kejawan. Namun, mereka senditi tak mampu menjelaskan perbedaannya.

                Bila terus menyusuri jalan setapak yang ada di depan joglo, Anda akan menemukan sebuah kotak batu yang ditumbuhi tanaman kering. Tanaman tersebut dipagari dengan kayu berwarna abu-abu. Titik tempat ranting kering ini tumbuh, konon merupakan tempat Brawijaya V berpura-pura membakar diri. Langkah itu ditempuh karena Brawijaya V tidak mau berperang melawan anaknya sendiri, Raden Patah (Raja Pertama Kerajaan Islam Demak).

                Kebenaran cerita tentang Brawijaya V ini kini banyak diragukan oleh sejarawan. Sebab, jika Raden Patah menyerang Brawijaya V, maka akan memberi kesan seolah-olah Islam disebarkan dengan cara kekerasan. Banyak sejarawan beranggapan bahwa bukti sejarah yang ada tak cukup kuat untuk menyatakan bahwa Raden Patah melakukan penyerangan. Selengkapnya bagaimana, mungkin Anda bisa mencari sendiri.

                Beberapa meter dari kotak tempat ranting kering  tumbuh terdapat pura untuk tempat peribadatan umat Hindu. Tak jelas berdirinya pura tersebut.

                Di bagian depan tempat ranting tumbuh, terdapat sebuah masjid berukuran kurang lebih 3X4 meter. Bangunan masjid cukup sederhana karena lantainya pun berupa pasir, seolah menyatu dengan pantainya. Uniknya, jika kebanyakan masjid di Indonesia menghadap ke barat, masjid ini menghadap ke selatan. Bagian depan tempat imam memimpin salat terbuka sehingga langsung dapat melihat lautan. Tak banyak yang tahu alasannya. Bahkan, penduduk setempat sendiri heran karena yang membangun pun salah satu kyai terkenal pengikut Nahdatul Ulama yang tinggal di Panggang, Gunung Kidulo. Sebagai petunjuk bagi yang akan shalat penduduk setempat memberi tanda di tembok dengan pensil mereah tentang arah kiblat yang sebenarnya.

                Setelah puas terheran-heran dengan situs peribadatan, Anda bisa berjalan turun ke pantai. Kalau datang pagi, pengunjung akan menjumpai masyarakat pantai yang tengah memanen rumput laut untuk dijual kepada tengkulak.

                Namun, kalau datang sore, biasanya Anda akan menjumpai warga mencari landak laut untuk dijadikan makan malam harinya. Untuk bisa dimakan, landak laut dikepras dulu duriya hingga rata, dan kemudian dipecah menggunakan sabit. Daging yang ada di bagian dalam landak laut kemudian dicongkel. Biasanya, warga mencari landak hanya berbekal ember, saringan kelapa, sabit, dan topo kepala untuk menghindari panas.

                Landak laut yang didapat biasanya diberi bumbu berupa garam dan cabai, kemudian digoreng. Menurut penduduk, daging landak laut cukup kenyal dan lenyat. Namun, penduduk tak banyak yang menjual makanan yang eksotik itu. Tapi kalau memesan, coba saja meminta pada salah satu penduduk untuk memasak. Siapa tahu, Anda juga bisa berbagai ide tentang bagaimana memasak landak laut, sehingga warga Pantai Ngobaran Yogyakarta bisa memakai pengetahuan uitu untuk berbisnis meningkatkan taraf hidupnya.

                Dari keindahan Pantai Ngobaran Yogyakarta. Pesona peribadatan hingga hidangan yang menggoda. Mungkin tak ada di tempat lain.

F) Pantai Krakal Yogyakarta.Pantai Krakal Yogyakarta terletak di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 3 km di sebelah timur dari deretan Pantai Baron-Kukup-Sepanjang-Drini, dan merupakan pantai terpanjang disbanding pantai lainnya degan bentang pasir putih yang landai. Indahnya hamparan hijau perbukitan kapur dengan air laut yang berwarna biru menyajikan suatu harmoni yang sungguh asri, sangat ideal untuk menikmati hangatnya sinar matahari.

G) Pantai Ngrenehan Yogyakarta. Terletak di desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari kurang lebih 30 km di sebelah selatan kota Wonosari. Suatu pantai berupa teluk yang dikelilingi hamparan perbukitan kapur dan memiliki paronama yang sangat memukau dengan deburan ombak menerpa pasir putih. Para wisatawan dapat menyaksikan aktivitas kegiatan nelayan dan menikmati ikan siap saji atau membawa ikan segar sebagai oleh-oleh.

                Masih dalam satu kawasan dengan Pantai Ngrenehan Yogyakarta, kurang lebih 1 km di sebelah Barat terdapat Pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan. Setiap bulan purnama pada Hari Raya Nyebi, di Pantai Ngobaran dilaksanakan upacara Melasti.

H) Pantai ParangKusumo Yogyakarta. Nuansa sacral akan segera terasa sesaat setelah memasuki kompleks Pantai ParangKusumo Yogyakarta, pantai yang terletak 30 Km dari pusat kota Yogyakarta dan diyakini sebagai pintu gerbang masuk ke istana laut selatan. Wangi kembang setaman akan segera tercium ketika melewati deretan penjual bunga yang dengan mudah dijumpai, berpadu dengan wangi kemenyan yang dibakar sebagai salah satu bahan sesajen. Sebuah nuansa yang jarang ditemui di pantai lain.

                Kesakralan semakin terasa ketika Anda melihat taburan kembang setaman dan serangkaian sesajen di Batu Cinta yang terletak di dalam Puri Cepuri, tempat Panembahan Senopati bertemu dengan Ratu Kidul dan membuat perjanjian. Senopati kala itu duduk bertapa di batuu yang berukuan lebih besar di sebelah utara, sementara Ratu Kidul menghampiri dan duduk di batu yang lebih kecil di sebelah selatan.

                Pertemuan Senopati dengan Ratu Kidul itu mempunyai rangkaian cerita yang unik dan berpengaruh terhadap hubungan Keraton Yogyakarta dengan Keraton Bale Sokodhomas yang dikuasai Ratu Kidul. Semuanya bermula ketika Senopati melakukan tapa ngeli untuk menyempurnakan kesaktian. Sampai di saat tertentu pertapaan, tiba-tiba di pantai terjadi badai. Pohon-pohon di tepian tercabut akarnya, air laut mendidih dan ikan terlempar ke daratan.

                Kejadian itu membuat Ratu Kidul menampakan diri ke permukaan lautan, menemui Senopati dan akhirnya jatuh cinta. Senopati mengungkapkan keinginan agar  dapat memerintah Mataram dan memohon bantuan Ratu Kidul. Sang Ratu akhirnya menyanggupi permintaan itu dengan syarat Senopati dan seluruh keturunannya mau menjadi suami Ratu Kidul. Senopati akhirnya setuju dengan syarat perkawinan itu tidak menghasilkan anak.

                Perjanjian itu membuat Keraton Yogyakarta sebagai salah satu pecahan Mataram memiliki hubungan erat dengan istana Laut selatan. Buktinya adalah dilaksanakan upacara labuhan alit setiap tahun sebagai bentuk persembahan. Salah satu bagian dari prosesi labuhan. Yaitu menguburkan potongan kuku dan rambut serta pakaian Sultan berlangsung dalam areal Puri Cepuri.

                Tapa Senopati yang membuahkan hasil juga membuat banyak orang percaya bahwa segala jenis permintaan akan terkabul bila mau memanjatkan permohonan di dekat Batu Cinta. Tak heran, ratusan orang tak terbatas kelas dan agama kerap mendatangi kompleks ini pada hari yang dianggap sacral. Ziarah ke Batu Cinta diyakini juga dapat membantu melepaskan beban berat yang ada pada diri seseorang dan menumbuhkan kembali semangat hidup.

                Selain melewati Batu Cinta dan melihat prosesi labuhan, Anda juga bisa berkeliling pantai dengna naik kereta kuda. Anda akan di antara menuju setiap sudut Pantai ParangKusumo Yogyakarta, dari sisi timur ke barat. Sambil naik kereta kuda, Anda dapat menikmati pemandangan empasan ombak besar dan desau angin yang semilir.

                Bila lelah, Pantai ParangKusumo Yogyakarta memiliki sejumlah warung yang menjajakan makanan. Banyaknya jumlah peziarah membuat wilayah pantai ini hampir selalu ramai dikunjungi, bahkan hingga malam hari. Cukup banyak pula para peziarah yang menginap di Pantai ParangKusumo Yogyakarta untuk memanjatkan doa. Bagi anda yang ingin merasakan pengalaman spiritual di Pantai ParangKusumo Yogyakarta bisa bergabung para peziarah itu untuk berdoa bersama.

I) Pantai Parangtritis Yogyakarta. Pantai Parangtritis Yogyakarta adalah salah satu pantai yang merupakan paling popular di Yogyakarta, tetepi juga memiliki keterkaitan erat dengan beragam objek wisata lainnya, seperti Keraton Jogjakarta, Pantai Parangkusumo dan kawasan Merapi. Pantai Parangtritis Yogyakarta terletak 27 kilometer dari pusat kota Yogyakarta juga merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul.

                Penamaan Pantai Parangtritis Yogyakarta memiliki sejarah tersendiri, Konon, seseorang bernama Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah ini berates-ratus tahun lalu untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan air yang mengalir dari celah batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, kata parang (berarti batu) dan tumaritis (artinya tetesan air). Pantai di daerah ini akhirnya dinamai serupa.

                Pantai Parangtritis Yogyakarta merupakan patani yang penuh mitos, diyakini merupakan perwujudan dari trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogjakarta, dan Parangtritis. Pantai Parangtritis Yogyakarta ini juga diyakini sebagai tempat bertemunya Panembahan Senapati dengan Sunan Kalijaga, sesaat setelah selesai menjalani pertapaan. Dalam pertemuan itu, Senopati diingatkan agar tetap rendah hati sebagai penguasa meskipun memiliki kesaktian.

                Sejumlah pengalaman wisata bisa dirasakan di pantai ini. Menikmati alam tentu menjadi yang paling utama. Pesona alam itu bisa diintip dari berbagai lokasi dan cara, sehingga pemandangan yang dilihat lebih bervariasi dan Anda pun memiliki pengalaman yang berbeda. Bila Anda berdiri di tepian pantainya, pesona alam yang tampak adalah pemandangan laut lepas yang maha luas dengan deburan ombak yang keras serta tebing yang tinggi di sebelah timurnya.

                Untuk menikmati, Anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan memandang kea rah selatan. Selain itu, Anda juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar Anda melewati rute serupa tanpa lelah. Adapun pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, Anda bisa membicarakan  dengan para penyewa jasa.

                Usai menikmati pemandangan Pantai Parangtritis Yogyakarta dari tepi pantai, Anda bisa juga menuju arah Gua Langse untuk merasakan pengalaman yang berbeda. Di jalan tanah menuju Gua Langse, Anda bisa melihat kea rah barat dan menyaksikan keindahan lain Pantai Parangtritis Yogyakarta. Gulungan ombak besar yang menuju tepian pantai akan terlihat berwarna perak karena sinar matahari, dan akan berwarna menyerupai emas bila  sinar matahari mulai memerah atau menjelang senja.

                Puas dengan pemandangan alam, Anda bisa menikmati pengalaman wisata lain dengan menuju tempat bersejarah yang terdapat di sekitar Pantai Parangtritis Yogyakarta. Salah satunya dalah Makam Syeh Bela Belu yang terletak di jalan menuju pantai. Anda bisa naik melalui tangga yang menghubungkan jalan raya dengan bukit tempat makam sacral ini. Umumnya, banyak peziarah datang pada hari Selasa Kliwon.

                Selesai mengunjungi makam, Anda bisa menantang diri untuk menuju Gua Langse, gua yang harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 3 km dan melalui tebing setinggi 400 meter dengan sudut kemiringan hampir 90o. untuk memasuki gua yang juga sering disebut Gua Ratu Kidul ini, Anda harus meminta ijin pada juru kuncinya terlebih dahulu. Menurut salah seorang penjaga Pantai Depok yang di waktu mudanya sering menuruni gua, Anda bisa melihat pemandangan laut selatan yang lebih indah begitu berhasil memasuki gua.

                Pada tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Cina, Anda bisa melihat prosesi upacara Peh Cun di Pantai Parangtritis Yogyakarta. Peh  Cun, berasal dari kata peh yang berarti dayung, dan cun yang berarti perahu, merupakan bentuk syukur masyarakat Tionghoa kepada Tuhan .perayaan ini juga bermaksud mengenang Khut Gwan (Qi Yuan), seorang patriot dan sekaligus menteri pada masa kerajaan, yang dikenal loyalitasnya pada raja hingga ia difitnah oleh rekannya dan memilih bunuh diri.

                Perayaan Peh Cun di Pantai Parangtritis Yogyakarta tergolong unuk karena tidak diisi dengan atraksi mendayung perahu berhias naga seperti di tempat lain, tetapi dengan atraksi telur berdiri. Atraksi dimulai sekitar pukul 11.00 dan memuncak pada pukul 12.00. pada tengah hari, menurut kepercayaan, telur  bisa berdiri tegak tanpa disangga. Namun, begitu, memasuki pukul 13.00, telur akan berjatuh dengan sendirinya dan tidak bisa didirkan lagi.

                Untuk mencapai Pantai Parangtritis Yogyakarta, Anda bisa memilih dua rute, pertama, rute Yogyakarta-Imogiri-Siluk-Pantai Parangtritis yang menawarkan pemandangan sungai dan bukit karang. Kedua, melewati rute Yogyakarta-Parangtritis yang bisa ditempuh dengan mudah karena jalan yang relative baik. Disarankan Anda tidak mengenakan baju berwarna hijau untuk menghormati penduduk setempat bahwa baju hijau yang bisa membawa petaka.


IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):

Coast-Beach in Yogyakarta
(Source: Sari, Ina Parawara.2007.Jogja Story. Jakarta: AzkaMuliaMedia.)
A) Baron Beach. Baron Beach in Yogyakarta is located in the village of Kemadang, Tanjungsari District, approximately 23 kilometers south of the city Wonosari. Baron Beach in Yogyakarta is the first beach encountered from the circuit Baron Beach in Yogyakarta, Kukup, Throughout, Drini, Krakal, and Sundak.
Baron Beach in Yogyakarta there is also an underground river mouths that can be used for bathing after playing in the sea. In addition, tourists can also enjoy fresh seafood and fast food, at affordable prices. Includes typical menu Baron Beach in Yogyakarta. That snapper soup. On the east side there is achieved through a circular path there is a limestone hill, tourists can rest in the substation of view, while sipping a refreshing coastal air. Approximately 10 km to the west of Baron Beach Yogyakarta there Racuk Parang beach with towering hills and steep freely from the top of the hill.
In Java each month Shura year, the local fishing community organizing Alms Sea Ceremony which is an expression of gratitude to God Almighty on the abundant harvest of fish and fishing in marine safety.
B) Congot Beach Yogyakarta. Congot Beach Yogyakarta is the most appropriate beaches visited after the trip Glagah Beach. Besides, the beach is very close and connected by a smooth paved road quite easily reached by bicycle. Located in the village of Jangkaran, District Temon, Kulon Progo, Yogyakarta Congot Beach became the center of life of local people who depend on fishing. Pemandanngan beauty can be found, even while you're on the way to the beach. Along the road that connects Wates with Congot Beach Yogyakarta, you can see the expanse of green fields and activities of villagers Kulonprogo generally become farmers. As the plains near the beach in other regions, the road to the beach Congot Yogyakarta is also adorned with coconut trees. Congot Beach Yogyakarta has a charm of its own compared to other beaches for fishermen and fishery feel so strong. Along the coastline, you can see the activities of local people and local tourists are going fishing. In another corner, there are the fishermen who are catching fish by the beach, destroying the attached shell crab nets or clean the boat. The hustle and bustle of the fishermen with a barrage of daily activities can be seen when you come at the right time. In the morning, fishermen usually go to the sea with boat has. In the afternoon, the fishermen usually bring the fish catch is then deposited into the local fish pelelangna place. Towards a fish auction, you can see the wives of fishermen cleaning the fish and sell them to buyers. While trading activity takes place in the fish auction, fishermen are busy cleaning the ship and destroy the usual crab attached to the nets and seing him torn times. The activities are from noon until late afternoon. If fond of fishing activity or fishing, you can satisfy at this beach. Simply carrying fishing equipment. You can try your luck to get fish. If you do not have the means of inducement. You can use a small net and down the beach looking for fish. Visiting with friends and fishing together, it would have fun activities and familiarizing. Although not so many in number, some residents run small restaurant offering seafood as the main menu. Enjoy dishes while looking the fishing activities, certainly gives a different nuance than if enjoyed in a restaurant downtown. Savory smell of fried fish and grilled life will soon ambushed when the dishes cooked center, inviting taste to immediately enjoy. After enjoying the fishing activities and enjoy the sea food. You can walk west to enjoy the scenery Bogowonto River estuary. You can stand dibangunan jetty (like dikes) that are downstream ditepian or rocks at the edge of the estuary.Meeting freshwater rivers and saltwater sea makes the area of ​​Yogyakarta Congot shore rich in various kinds of fish. At the mouth of the river that various species of fish present in significant amounts. To visit Congot Beach Yogyakarta, you do not have to pay additional fees. A visit to the beach Congot Yogyakarta is included in the entrance ticket Glagah Beach. Location of Yogyakarta Congot Beach which is very close to the beach Glagah certainly reason enough to visit.Shades of fishermen and fisheries so strong makes Congot Beach Yogyakarta maintain its uniqueness and can not simply be equated with Glagah Beach.
C) Depok Beach Yogyakarta. Among the other beaches in Bantul, Depok Beach Yogyakarta that seem designed to be the center of culinary tours to enjoy the sea food. Shore, the available number of traditional stalls offering seafood, lined up not far from the beach. Some food stalls, were intentionally designed to face south. So, while enjoying the ocean, you can see the view of the open sea by a large wave.Nuance stalls coastal and fishing activities Depok Beach Yogyakarta has grown since 1997. According to the story, around 1997, some fishermen from Cilacap find an adequate landing at Yogyakarta Depok Beach. The fishermen catches pretty much the local people Depok Yogyakarta, who made their living as farmers, to catch fish.
Some coastal residents began to become "tekong", the term local to refer to fishing. The tekong go to sea with a capital outrigger motorized boat equipped.Catching fish is done almost throughout the year, except on certain days that are considered sacred, ie Tuesday and Friday POND POND. Outside the fish dry season that lasts between the months of July to September the number of catches pretty good.
As the number of local residents catch sizeable fish landing opened the Base (PPI) which is then fitted with Fish Auction Place (TPI) named MinaBahari 45.Fish auctions on the beach is even accept deposits of fish caught by fishermen on the other beaches.
As more and more visitors to the beach which is 1.5 kilometers from Parangtritis, then opened sea food stalls.
Generally, the food stalls that stood on this beach offers a traditional feel. The building looks modest diner with pyramid roof's, while sitting on the floor using a seat designed mat and the small table. Simple, they are clean and comfortable.
A variety of seafood dishes can be sampled. The fish dishes are the most popular and inexpensive is tuna, equivalent to 5-6 per kilo fish. Other kinds of fish can be enjoyed is white and snapper kakapan camera. Species of fish that are quite expensive is pomfret. In addition to fish, there are crabs, shrimp, and squid.
Seafood dishes are usually cooked with grilled or fried. If you want to order, you can go to the fish auction to order fish or other marine catches. After that, you usually will be escorted to one of the food stalls on the beach by one of the residents.
Satisfied enjoy Sea Food, you can exit the beach and turn right heading towards Parangkusumo and Parangtritis. There, you will find a rare natural landscape and the dunes pasik menajubkan. Sand dunes on the beach, this is the only one in the Southeast Asia region and it is a rare phenomenon in the tropics. Here, you can enjoy a wide expanse of sand like desert.
Sandbanks located in Depok Beach Yogyakarta formed over thousands of years through a process that is quite unique. Previously, there are various types that form, ie barchans dune, dune comb, parabolic dune, and longitudinal dune.Currently there are only a few, namely barchans longitudinal dune and dune. The sea breeze and the steep hill to the east of flying sand volcanic activity that results terendap near the river to the mainland, forming dunes or dune.
To enjoy seafood while admiring the sand dunes, you can go through the same route dengna Parangtritis of Yogyakarta. After arriving at the near post Parangtirits levy, you can turn right Depok Beach Yogyakarta.
E) Ngobaran Beach Yogyakarta. Come to the beach and enjoy grilled fish Ngrenehan previous incomplete if it does not stop at next Patai, Ngobaran Beach Yogyakarta. The location of that rugged coast is only about two miles from the beach Ngrenehan. Not far away, right? Coastal residents Ngrenehan talk and visit Ngobaran Beach Yogyakarta, why not? Ngobaran Beach Yogyakarta is quite exotic beaches. If low tide, you can see the spread of the algae (seaweed), either the green or brown. When viewed from above, the spread of algae that grows in selah-between coral reef looks like rice in a densely populated area. Dozens of marine animals are also on the sidelines of the reef, ranging from sea urchins, starfish, shellfish until the group.
But that is not contained in the other shore is the charm of culture, ranging from construction to food locals. One that is interesting is the existence of a place of worship for four religions or beliefs stood together. Does that shape multikuluralisme? Who knows.
The building is most evident in places of worship such a temple with a statue of a white god. The place of worship was erected in 2003 to commemorate the presence of one of the descendants of King UB Majapahit, Ngobaran Beach Yogyakarta. People who worship in this place Kejawan faiths. The name "Kejawan" according to a story derived from the name of one of the sons UB V, ie Bondhan Kejawan. Construction of places of worship is claimed descent UB V and appoint one of the people to keep the place.
Walking towards the left of the place of worship, you will find a joglo used for worship followers Kejawen. According to the locals, unlike Javanese beliefs Kejawan. However, they were unable to explain the difference senditi.
If you continue down the path that lies ahead joglo, you'll find a stone box with dried plants. Plants is lined with wood gray. The point where the dry growing, was the place where UB V pretend to burn yourself. The move was taken because the UB V did not want to fight against his own son, Prince Broken (King's First Islamic kingdom of Demak).
Truth of the story of UB V is now widely doubted by historians. Because, if Raden Broken attack UB V, it will give the impression that Islam spread by force. Many historians believe that the historical evidence that there is not enough to state that Raden Patah attack. Learn how, maybe you can find your own.
A few meters from the dry box where there is a temple for the growing Hindu places of worship. It is not clear establishment of the temple.
At the front of the twig grows, there is a mosque measuring approximately 3x4 meters. The mosque building is quite simple because the floor is of sand, as if fused with the beach. Interestingly, if most mosques in Indonesia facing west, the mosque was facing south. The front of the imam leading the prayer is open so can immediately see the ocean. Not many know why. In fact, the locals themselves surprised that the building was one of the famous religious scholars NU followers who live in Roast, Mount Kidulo. As a guide for locals who would pray at the wall with a marking pencil mereah about the actual direction of Qibla.
After being amazed at the worship site, you can walk down to the beach. Then came the morning, visitors will find the public beach that was harvested seaweed to sell to middlemen.
However, if you come in the afternoon, usually you will find people looking for sea urchins to serve the evening meal. The spines of sea urchins dikepras first duriya until blended, and then split using a sickle. Meat on the part of the sea urchin and then taken out. Usually, people look for the hedgehogs, armed with buckets, oil filter, sickle, and topo head to avoid the heat.
Sea urchins were obtained usually given in the form of salt and pepper seasoning, then fried. According to residents, sea urchin meat is chewy and lenyat. However, not many people are selling exotic foods. But if a try, please ask one of the residents to cook. Who knows, you too can share ideas on how to cook sea urchins, so that local people can use the Yogyakarta Ngobaran uitu knowledge to improve their business life.
From the beauty of the beach Ngobaran Yogyakarta. Enchantment of worship until the tempting dishes. Might not exist elsewhere.
F) Krakal Yogyakarta.Pantai Krakal Beach Yogyakarta is located in the village of Ngestirejo, Tanjungsari District, about 3 km to the east of a row of beach Baron-Kukup-Along-Drini, and is the longest beach compared to other beaches degan white sand gently sloping landscape. The beauty of the green hills of limestone with blue sea water presents a harmony that is truly beautiful, it is ideal for sun bathing.
G) Ngrenehan Beach Yogyakarta. Located in the village Kanigoro, District Saptosari approximately 30 km south of the city Wonosari. A form of bay beaches stretch of hills surrounded by limestone and has a very intriguing paronama the waves hit the white sands. The tourists can see the activities of fishing and enjoy a fast-food fish or take fish fresh as souvenirs.
Still in a region with Ngrenehan Beach Yogyakarta, about 1 km west of the beach there Ngobaran and Nguyahan Beach. Every full moon on the Feast Nyebi, Ngobaran Coast held Melasti ceremony.
H) Parangkusumo Beach Yogyakarta. Sacral Nuance will soon feel right after entering the complex Parangkusumo Beach Yogyakarta, the beach is located 30 Km from the city center and is believed to be the gateway into the southern ocean palace. Fragrant flowers setaman will soon smell when passing row florist that can easily be found, combined with fragrant incense burned as one of the offerings. A nuances rarely found in other beaches.
Sacredness more so when you see a sprinkling of flowers setaman and a series of offerings at Stone Love Cepuri located inside the castle, where Panembahan Senopati met with the Queen of South and make an appointment. Senopati when it sits imprisoned in batuu are of size larger in the north, while the Queen of the South came and sat on the smaller stones in the south.
Senopati meeting with the Queen of the South that has a series of unique story and affected relations with the Sultan of Yogyakarta Palace Bale ruled Sokodhomas Queen of South. It all began when the Senopati do penance ngeli to perfect miracle. Until at a certain hermitage, sudden storms on the coast. The trees at the edge of uprooted roots, boil sea water and fish thrown to the mainland.
The incident appeared to make the Queen of the South to the surface of the ocean, Senopati meet and eventually fall in love. Senopati expressed a desire to govern Mataram and Queen of the South for help. The Queen finally agreed on the condition that the request Senopati and all his descendants would become Queen of South husbands. Senopati finally agreed on the condition that the marriage did not produce children.
The agreement was made Sultan Palace as one fraction Mataram has a close relationship with the sea palace south. The proof is carried alit harbor ceremony every year as a form of sacrifice. One part of the procession harbor. That buried nails and hair cuts and clothing takes place in the area of ​​Sultan Puri Cepuri.
Tapa Senopati which resulted also led many to believe that any kind of request would be granted if the petition prayed near the Rock of Love. Not surprisingly, hundreds unlimited class and religion often come to this complex on the day which is considered sacred. Pilgrimage to Stone Love also believed to help release the burden that is on a person and foster the spirit of life.
In addition to passing the Rock of Love and see the procession harbor, you can walk around the beach dengna carriage rides. You will reach every corner of the Yogyakarta Parangkusumo Coast, from the east side to the west. While horse-drawn carriage ride, you can enjoy the view and the sound of many faceless big waves breezy winds.
When tired, Yogyakarta Parangkusumo Coast has a number of stalls selling food.A large number of pilgrims make the coastal area is almost always crowded, even into the night. Pretty much did the pilgrims stay in Yogyakarta Parangkusumo Coast to pray. For those of you who want to experience the spiritual in Yogyakarta Parangkusumo Coast to join the pilgrims to pray together.
I) Parangtritis Yogyakarta. Parangtritis Yogyakarta is one of the most popular beaches are in Yogyakarta, tetepi also have close links with a variety of other attractions, such as the Sultan of Jogjakarta, and the beach Parangkusumo Merapi. Parangtritis Yogyakarta is located 27 kilometers from the city center is also part of the power of the Queen of South.
Naming Parangtritis Yogyakarta has its own history, said that a man named Dipokusumo are an escape from the kingdom of Majapahit came to this area berates-hundred years ago for doing meditation. When to see a trickle of water flowing from a rock crevice, he named the area became Parangtritis, said parang (meaning rock) and Tumaritis (meaning water droplets). The beach in this area is finally named similar.
Patani Parangtritis Yogyakarta is full of myths, believed to be a manifestation of the trinity consisting of Mount Merapi, Yogyakarta palace, and Parangtritis.Parangtritis Yogyakarta is also believed to be the meeting place for the Sunan Kalijaga Panembahan Senapati, shortly after undergoing austerities. During the meeting, Senopati reminded to remain humble ruler despite his supernatural powers.
Some experience attraction of this beach. Enjoy nature would be the most important. Natural charm that can spy from a variety of locations and ways, so the view is seen more varied and you also have a different experience. When you stand on the seashore, natural-looking view of the sea is vast with harsh waves and high cliffs on the east side.
To enjoy, you can simply run from east to west and looked towards the south. In addition, you can also hire gig that will take you through a similar route without being tired. The also offer horseback riding to explore the coast. It costs, you can discuss with the tenant services.
After enjoying the scenery Parangtritis Yogyakarta from the beach, you can also head Langse Cave for a different experience. On the dirt road leading to the cave Langse, you can look towards the west and see the beauty of another Parangtritis Yogyakarta. The high waves rushing to the shore will look silvery under the sun, and it will look golden sun began to redden or dusk.
Satisfied with the natural landscape, you can enjoy the experience of others by leading tour historic sites located around Parangtritis Yogyakarta. One of them dalah Tomb of Sheikh Bela Belu located on the road leading to the beach. You can ride through the staircase that connects the highway with this sacred hill where the tomb. Generally, many pilgrims come on Tuesday Kliwon.
From the graveyard, you can challenge yourself to go Langse Cave, the cave that must be taken by walking 3 kilometers away through as high as 400 meters to almost 90o angle. to enter the cave that is also called Queen of South cave, you must request permission from the tomb guard. According to the guard of Depok Beach in his youth often down the cave, you can see the view of the southern ocean is more beautiful so successfully enter the cave.
On the 5th of the month 5 in the Chinese calendar, you can see the Peh Cun ceremony procession in Yogyakarta Parangtritis. Peh Cun, originating from the word Peh that means oar, and cun which means boat, is a form of thanksgiving to God in the Chinese community. Celebration is also intended to commemorate Khut Gwan (Qi Yuan), a patriot and also minister in the kingdom, known for his loyalty to the king until he was vilified by colleagues and chose to commit suicide.
Celebrations Peh Cun Parangtritis notice of Yogyakarta classified as not filled with attractions dragon-decorated boats rowing like in other places, but the attraction of egg stand. Things started around 11:00 and peaked at 12.00. at noon, according to myth, the egg will stand upright without support are needed.However, once, entered at 13.00, the eggs will berjatuh by itself and can not be Founded anymore.
To achieve Parangtritis Yogyakarta, you can choose two routes, the first route of Yogyakarta-Imogiri-Siluk-Parangtritis offering views of the river and coral.Second, through the route of Yogyakarta-Parangtritis that can be reached easily by road is relatively good. It is recommended you do not wear green clothes to respect local residents that green clothes will bring misfortune.



0 comments:

Post a Comment