Tahun Kerja Pemerintahan Orde Baru Tahun 1975 sampai dengan bulan Agustus tahun 1975/ Work Year New Order government of 1975 to August of 1975 FOR GENERAL CIVIL EDUCATION
Tahun Kerja Pemerintahan Orde Baru Tahun 1975 sampai dengan bulan Agustus tahun 1975
(Sumber: Sudharmono.1975. 30 tahun Indonesia Merdeka 1974-1975. Jakarta: Panitia Nasional Penyelenggara Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke XXX.)
A) Tanggal 6 Januari 1975, Peristiwa “Showa Maru” Pengotoran Minyak di Selat Malaka
Pada tanggal 6 Januari 1975, kapal pengangkut minyak (tanker) raksasa Showa Maru kandas dan bocor di Selat Malaka di perairan Indonesia. Kapal yang berukuran 237.693 metrik ton bobot mati tersebut adalah milik sebuah perusahaan pelayaran Jepang yang pada waktu itu sedang dalam pelayaran dari Teluk Persia ke Jepang dan penuh dengan muatan minyak mentah.
Karena kekeliruan navigasi, kapal kandas setelah menubruk karang dan berjuta-juta barel minyak terhambur ke laut. Akibatnya penduduk Negara tepi Indonesia, Malaysia dan Singapura, terutama yang mata pencahariannya dari penangkapan ikan serta hasil lainnya yang telah menderita kerugian dan terganggu sumber kehidupannya. Demikian juga telah ditimbulkan kerugian akibat pengotoran (polusi) air laut serta gangguan terhadap kelestarian lingkungan di daerah tersebut.
Peristiwa serupa itu telah dikhawatirkan akan terjadi dan merupakan sumber keprihatinan Pemerintah Indonesia serta Negara tepi lainnya, mengingat kondisi dan kedalaman Selat Malaka serta padatnya lalu lintas di selat tersebut.
Untuk keselamatan dan kelancaran arus lalu lintas perlayaran di Selat Malaka, sejak beberapa tahun ini Pemerintah Indonesia telah menawarkan penggunaan Selat Lombok dan Selat Malaka sebagai ganti Selat Malaka, khususnya bagi pelayaran kapal-kapal yang berbobot mati lebih dari 200.000 metrik ton.
Terhadap segala kerugian yang diderita sehubungan dengan kandasnya kapal pengangkut minyak tersebut, ketiga Negara tepi yang langsung menderita kerugian, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura telah mengajukan tuntutan ganti rugi kepada perusahaan kapal yang bersangkutan.
Kapal tanker Zaria, 40,000 ton bobot mati, milik perusahaan minyak Shell memindahkan sebagian muatan minyak dari kapal Showa Maru untuk mencegah lebih banyak minyak mentah yang terbuang ke laut.
B) Tanggal 30 Januari 1975, Bantuan Ekonomi Indonesia kepada Negara Laos
Dalam pertemuannya dengan Menteri Perekonomian dan Perancanaan Negara Laos, Soth Phat Rasi, Presiden Soeharto menawarkan bantuan ekonomi kepada Negara Laos sebesar US$ 1.000.000, berupa pinjaman (kredit) yang bersifat lunak yaitu tanpa bunga dan pembayaran kembali dalam jangka waktu 30 tahun dengan masa bebas bayar 10 tahun.
Kredit itu setengahnya (US$ 500.000) diberikan langsung dalam bentuk devisa untuk membantu stabilisasi mata uang Laos, sedangkan sisanya akan dipakai untuk mengimpor barang produksi Indonesia yang dibutuhkan Negara Laos.
Di samping itu, Indonesia menyanggupi memberi bantuan tidak langsung yakni dengan mengusahakan atau menghubungi badan internasional yang telah atau belum membantu Negara Laos seperti Bank Dunia, International Founding Monetary Found (IMF), Bank Pembangunan Asia untuk membantu Negara Laos atau meningkatkan jumlah bantuannya.
Indonesia juga menyatakan kesediaan untuk memberi bantuan teknik yang diperlukan Negara Laos, misalnya dalam bidang pertanian, administrasi, pertambangan dan pendidikan.
C) tanggal 9 Februari 1975, Gempa Bumi Menimpa Daerah Sukabumi
Pada tanggal 9 Februari 1975 telah terjadi gempa bumi yang cukup besar di daerah Kabupaten Sukabumi, yang mengakibatkan kerusakan sejumlah bangunan dan perumahan di beberapa kecamatan seperti: Cibadak, Cicurung, Parangkuda dan lain-lain.
Dalam usaha mengatasi dan meringankan beban para korban gempa bumi di Sukabumi itu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat umum telah memberikan sumbangan serta segera mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki bangunan yang rusak yang diakibatkan oleh gempa bumi itu.
Perlu dicatat bahwa seminggu sebelumnya telah terjadi tanah longsor di daerah antara Cianjur-Bandung yang mengakibatkan terputusnya jalan raya Cianjur-Bandung sehingga Pemerintah memandang perlu membuat jalan baru sepanjang delapan kilometer agar lalu lintas antara kedua tempat tersebut tidak terganggu.
D) 15 Februari 1975, Amanat Presiden Soeharto Pada Peringatan Dies Natalis ke-25 Universitas Indonesia
Dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-25 Universitas Indonesia pada tanggal 15 Februari 1975, Presiden Soeharto telah berkenan hadir dan memberikan amanatnya. Dalam amanat tersebut Presiden untuk kesekian kalinya mengajak dunia universitas untuk bersama-sama mengadakan penelitian ilmiah dalam rangka penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kesempatan tersebut Presiden Soeharto mengungkapkan lagi pandangan bahwa masyarakat adalah masyarakat yang berasaskan kekeluargaan dan keagamaan. Dikemukakakn bahwa “Masyarakat Pancasila” adalah masyarakat yang “sosialistis religious” dengan ciri pokok:
a) tidak membenarkan adanya kemelaratan, keterbelakangan, perpecahan, pemerasan, kapitalisme, feodalisme, kolonialisme serta imperalisme, dan oleh karenanya harus bersama menghapuskannya, dan
b) menghayati hidupnya dengan berkewajiban takwa kepada Tuhan Yang Mahaesa. Cinta pada tanah air, kasih sayang pada sesame manusia, suka bekerja, dan rela berkorban untuk kepentingan rakyat.
E) Tanggal 3 April 1975, Kunjungan Presiden Soeharto ke Australia dan Negara-negara lainnya dalam tahun 1975
Pada bulan April 1975, dari tanggal 3 sampai dengan tanggal 5, Presiden Soeharto mengadakan kunjungan kerja ke Townsville (Queensland), Australia. Kecuali sebagai kunjungan kerja balasan, kesempatan tersebut digunakan pula untuk mengadakan tukar-pikiran mengenai berbagai masalah yang dihadapi oleh kedua Negara di samping usaha-usaha untuk lebih mempererat serta meningkatkan hubungan bersahabat antara Indonesia dan Australia. Dalam kesempatan kunjungan kerja yang berlangsung secara tidak resmi tersebut, Presiden Soeharto telah mengunjungi pula daerah pertanian di Negara bagian Queensland.
Dalam tahun 1975 itu pula, selanjutnya Presiden Soeharto berturut-turut mengadakan kunjungan kerja ke:
1) Iran, dari tanggal 26 sampai tanggal 29 Juni 1975, Presiden Soeharto disambut dengan Sambutan Kenegaraan di lapangan terbang Mehrabat, Iran bersama dengan Shah Iran dan menghormati lagu kebangsaan kedua negara;
2) Yugoslavia, dari tanggal 30 Juni sampai dengan tanggal 2 Juli 1975, Presiden Soeharto bertemu dengan Presiden Josip Bross Tito di Beograd, Yugoslavia dengan memeriksa barisan kehormatan. Selain itu, Presiden Soeharto meninjau sebuah galangan kapal di Yugoslavia;
3) Kanada, dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 5 Juli 1975, Presiden Soeharto dan Ibu Soeharto disambut oleh Gubernur Jenderal Kanada, Jules Leger.;
4) Amerika Serikat, pada tanggal 5 Juli 1975, Presiden Soeharto dan Ibu Soeharto hanya berlangsung kurang lebih 4 jam yang disambut oleh Presiden Gerald Ford dan Nyonya di tempat peristirahatan Presiden Amerika Serikat.; dan
5) Jepang, dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 9 Juli 1975, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dan pertemuan dengan Perdana Menteri Takeo Miki.
F) 20 April 1975, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Pada tanggal 20 April 1975, dalam rangka peringatan hari Kartini, Presiden Soeharto meresmikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), sebuah proyek yang pembangunannya diprakarsai oleh “Yayasan Harapan Kita”, suatu yayasan yang diusahakan oleh para ibu-ibu yang diketuai oleh Ibu Tien Soeharto.
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang dibangun di atas tanah seluas 120 ha di desa LubangBuaya, Kecamatan PondokGede, Jakarta, memberikan gambaran yang cukup lengkap mengenai Indonesia dalam bentuknya yang kecil (miniature). Di sini dapat kita lihat antara lain rumah adat serta aneka ragam seni budaya rakyat Indonesia dari seluruh pelosok tanah air dan ke-26 provinsi.
Taman ini merupakan suatu proyek yang mempunyai fungsi yang penting dan luas, terutama dalam memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan serta segi-segi kehidupan lainnya dari seluruh rakyat Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.
Hadir pada upacara pembukaan itu Ibu Negara Filipina, Nyonya Imelda Marcos dan Ibu Negara Singapura, Nyonya S. G. Sheares.
G) tanggal 26 Mei 1975, Kunjungan Presiden India, Shri Fachruddin Ali Ahmed, dan tamu Negara lainnya hingga 17 Agustus 1975
Presiden India, Shri Fachruddin Ali Ahmed mengadakan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada tanggal 26 sampai dengan tanggal 31 Mei 1975.
Setelah kunjungan Presiden India, Shri Fachruddin Ali Ahmed, berkunjung pula ke Indonesia Perdana Menteri Muangthai, Kukrit Pramoj, dari tanggal 11 sampai dengan tanggal 14 Juni 1975.
Presiden India, Shri Fachruddin Ali Ahmed dan Nyonya Shri Fachruddin Ali Ahmed bertukar kenang-kenangan dengan Presiden Soeharto dan Ibu Soeharto.
Perdana Menteri Muangthai, Kukrit Pramoj disambut oleh Presiden Soeharto di Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
H) 6 Juni 1975, Indonesia Merebut Piala Uber
Pada tanggal 6 Juni 1975 untuk pertama kali regu bulu tangkis putrid Indonesia berhasil merebut Piala Uber, lambang keunggulan bulu tangkis dunia wanita.
Pertandingan final perebutan Piala Uber tersebut dilangsungkan di Jakarta pada tanggal 31 Mei sampai dengan tanggal 6 Juni 1975, yang diikuti oleh para finalis dari Australia, Kanada, Malaysia, Indonesia, Jepang dan Inggris.
Regu Uber Cup Indonesia yang berhasil merebut Piala Uber terdiri dari Nyonya Minarni, Regina Masli, Imelda Wiguna, Theresia Widyastuti, Taty Soemirah, dan Utami Dewi.
Dengan direbutnya Piala Uber, maka dalam sejarah bulu tangkis internasional Indonesia adalah satu-satunya Negara yang memegang Piala Thomas dan Piala Uber Cup sekaligus.
I) Tanggal 21 Juli 1975, Musyawarah Nasional Ulama Seluruh Indonesia
Pada tanggal 21 sampai tanggal 27 Juli 1975, di Jakarta diselenggarakan Musyawarah Nasional Ulama seluruh Indonesia. Dalam Musyawarah Nasional yang diikuti oleh 150 orang peserta ini dibahas berbagai masalah, terutama yang mennyangkut peranan agama dan para ulama dalam pembangunan.
Sebagai hasil Musyawarah Nasional (Munas) ini dibentuk Majelis Ulama Indonesia dengan Professor Dr. Hamka sebagai Ketua Dewan Pengurus. Majelis ulama ini hanya mempunyai pengurus saja dan tidak mempunyai anggota.
Dengan terbentuknya Majelis Ulama, bukan saja akan dapat diciptakan makin eratnya hubungan dan saling pengertian dalam kehidupan umat beragama Islam, tetapi juga diharapkan pembinaan kerukunan hidup di antara umat yang berlainan agama akan dapat dilaksanakan melalui wadah “Badan Konsultasi Antar Umat Beragama”, yang memungkinkan wakil dari organisasi agama: Majelis Ulama bagi Umat Islam, Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI) bagi umat Kristen Katolik, Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) bagi mereka yang beragama Kristen Protestan, organisasi yang menghimpun Umat Hindu dan Budha, serta organisasi yang menghimpun aliran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengadakan konsultasi dan perembugan bersama di bawah bimbingan Pemerintah.
Program Majelis Ulama meliputi: ke dalam, melakukan penyempurnaan dan pemantapan organisasi, peningkatan mutu ulama dan peningkatan Ukhuwah Islamiyah, pengadaan dan pemanfaatan dana, serta pemecahan masalah agama, terutama yang berhubungan dengan pembangunan nasional.; keluar, meliputi masalah pembangunan nasional, ketahanan nasional, dan masalah kerukunan umat beragama.
J) Tanggal 2 Agustus 1975, Peresmian Proyek-proyek Pembangunan dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-30
Dalam rangkaian kegiatan memperingati kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-30. Presiden Soeharto dalam bulan Agustus berturut-turut telah meresmikan proyek-proyek baru dan meninjau perkembangan proyek pembangunan yang telah berjalan di berbagai daerah.
Acara ini dimulai tanggal 2 Agustus dengan peresmian produksi komponen rumah murah Suriakencana di Cibadak, Sukabumi. Disusul pada tanggal 4 Agustus dengan peresmian dua buah pabrik semen di Cibinong yang masing-masing berkapasitas 500.000 ton setahun.
Selanjutnya pada tanggal 6 Agustus Presiden Soeharto mengadakan peninjauan ke Kota Gede, Yogyakarta. Untuk melihat perkembangan proyek kerajinan rakyat (kerajinan perak) pada hari itu juga Presiden Soeharto meneruskan perjalanan ke Mojokerto, Jawa Timur untuk meresmikan sebuah pabrik tekstil.
Pada tanggal 7 Agustus Presiden Soeharto menuju Sumatera Utara untuk meresmikan Lembaga Cadika Gerakan Pramuka Sumatera Utara, Kompleks Taman Kesenian dan Kebudayaan Medan, proyek Trans-Sumatera Microwave dan Pabrik Plywood PT Rajawali. Kemudian pada tanggal 9 Agustus Presiden Soeharto pergi lagi ke Lampung untuk meresmikan sebuah pabrik sepeda dan pabrik makanan serta meninjau proyek Bimas Cengkeh.
Setelah peringatan hari 17 Agustus, pada tanggal 19 Agustus Presiden Soeharto meresmikan Gedung Pancasila di jalan Pejambon, Jakarta dan pada malam harinya Pameran Produksi Industri Dalam Negeri di Gedung PolaJakarta . Keesokan harinya Presiden Soeharto meresmikan Gelanggang Olah Raga Mahasiswa di Kuningan, Jakarta.
Peresmian proyek pembangunan dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-30 ini melambangkan tingkat perjuangan bangsa Indonesia setelah 30 tahun merdeka, yaitu perjuangan mengisi kemerdekaannya dengan usaha yang nyata di bidang pembangunan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Selain proyek yang diresmikan Presiden Soeharto, dalam rangka peringatan hari kemerdekaan ini telah diresmikan pula proyek lain yang peresmiannya yang dilakukan oleh menteri, gubernur serta pejabat lainnya.
Presiden Soeharto meresmikan pusat produksi komponen rumah murah di Cibadak pada tanggal 2 Agustus 1975, pusat produksi komponen rumah murah, yang merupakan hasil kerja sama teknik dengan Pemerintah Belgia, dapat menghasilkan papan buatan 3.000 ton sehari atau 5.000 rumah prefab setahun.
Presiden Soeharto didampingi oleh Menteri Perhubungan, Dr. Emil Salim dan Dirut Perum Telekomunikasi, Ir. Willy Munandir, mencoba jaringan Microwave Trans-Sumatera dengan mengadakan hubungan langsung dengan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Ali Sadikin, Gubernur Jawa Timur, Moh. Noer, dan Gubernur Bali, Soekarnaen pada tanggal 7 Agustus 1975.
Gedung Pancasila dihadiri oleh Ibu Hatta, Ibu Adam Malik, Ibu Soeharto, dan bekas Presiden, Moh. Hatta, menteri Luar Negeri, Adam Malik, dan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
K) Tanggal 17 Agustus 1975, 30 Tahun Indonesia Merdeka
Pada tanggal 17 Agustus 1975 genaplah 30 tahun usia kemerdekaan bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Peristiwa ini diperingati secara khusus. Suasana lebih meriah dan lebih mengesankan daripada tahun-tahun sebelumnya yang lampau walaupun tetap dalam batas keprihatinan yang melekat pada suatu bangsa yang sedang berjuang melepaskan diri dari belenggu kemiskinan, membangun, dan mengisi kemerdekaan yang direbutnya 30 tahun sebelumnya.
Peringatan detik-detik Proklamasi dilakukan di halaman Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1975. Puncak acara peringatan adalah pengibaran Sang Saka Merah Putih duplikat bendera pusaka, yang dilakukan oleh para pelajar teladan dari seluruh Indonesia. Acara tersbut didahului dengan pembacaan Naskah Proklamasi oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, K. H. Idham Chalid, pembacaan doa oleh Menteri Agama, Prof. Dr. K. H. A. Mukti Ali, dan diakhiri dengan persembahan lagu-lagu oleh 3.000 pelajar putra dan pelajar putri.
Rangkaian peringatan hari ulang tahun kemerdekaan yang ke-30 ini telah dimulai pada awal bulan Agustus dengan peresmian berbagai proyek pembangunan dan kegiatan lainnya termasuk pemilihan lurah dan guru teladan tingkat nasional.
Rangkaian acara peringatan kemerdekaan di Jakarta dimulai pada tanggal 14 Agustus dengan acara Apel Besar Pramuka di lapangan Monumen Nasional (MONAS). Pada tanggal 15 Agustus di Istana Negara Jakarta diselenggarakan acara penganugerahan tanda kehormatan dan gelar pahlawan kepada pejabat Negara dan kepada para pahlawan yang telah tiada.
Tanggal 16 Agustus Presiden Soeharto menyampaikan Pidato Kenegaraan di depan Sidang Umum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pada malam harinya dilakukan Apel Kehormatan dan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Pada tanggal 17 Agustus sore hari diadakan upacara penurunan Bendera Sang Saka Merah Putih diteruskan dengan ramah tamah di Istana Negara dengan para veteran, purnawirawan, wredatama dan warakawuri.
Ada malam harinya Presiden Soeharto mengadakan resepsi kenegaraan yang dihadiri oleh para anggota korps diplomatic. Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto dan Ibu Soeharto, wakil Presiden, ketua Dewan Perwakilan Rakyat, dan Ibu Idham Chalid menerima ucapan selamat dari duta besar dan kepala perwakilan asing di Jakarta.
Pada tanggal 18 Agustus pagi hari diselenggarakan pawai pembangunan dan pada malam harinya diadakan malam kesenian di Balai Sidang (Convention Hall), Senayan.
Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-30 ini dirayakan dengan khidmat dan meriah di seluruh pelosok tanah air. Rakyat di lingkugannya masing-masing baik di lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja, ikut serta secara spontan dan bergotong royong memeriahkan dan menyelenggarakan acara yang mereka susun dan mereka adakan sendiri.
IN ENGLISH (with google translate Indonesian-english):
Work Year New Order government of 1975 to August of 1975
(Source: Sudharmono.1975. Indonesia Merdeka 30 years 1974-1975. Jakarta: National Committee Independence Anniversary Commemoration organizers to XXX.)
A) On January 6, 1975, event "Showa Maru" pollutant oil in the Strait of Malacca
On January 6, 1975, crude carriers (tankers) giant Showa Maru ran aground and leaked on the waterway in Indonesian waters. Sized ship 237,693 metric tons deadweight is owned by a Japanese shipping company which at that time was the voyage from the Persian Gulf to Japan and loaded with crude oil.
Because of navigational errors, the ship crashed into the reef and foundered after millions of barrels of oil into the sea scatters. As a result, residents of the State banks of Indonesia, Malaysia and Singapore, especially whose livelihoods from fishing and other results that have suffered losses and disrupted the source of life.Such losses have also caused contamination (pollution) as well as the disruption of sea water in the area of environmental sustainability.
Similar events had feared would happen and is a source of concern for the State Government of Indonesia and other banks, given the conditions and the depth of the waterway as well as the density of traffic in the strait.
For the safety and smooth flow of traffic in the Strait of Malacca perlayaran, since a few years the Government of Indonesia has offered the use of the Lombok Strait and the Strait of Malacca Straits instead, especially for cruise ships weighing more than 200,000 metric tons.
Against any losses suffered in connection with the shipwreck of the tanker, the three State banks directly suffered harm, namely Indonesia, Malaysia, and Singapore have filed a claim for compensation to the company of the ship concerned.
Zaria tankers, 40,000 deadweight tons, owned by oil company Shell move some cargo ship oil from Showa Maru to prevent more oil discharged into the sea.
B) On January 30, 1975, the State Economic Assistance Indonesia Laos
In his meeting with the Minister of the Economy and the State Perancanaan Laos, Soth Phat Rasi, President Soeharto offered economic aid to the State Laos for U.S. $ 1,000,000, in the form of loans (credit) that is soft, ie, without interest and repayment within 30 years with a Free pre-10 years.
Half credit (U.S. $ 500,000) given directly in the form of foreign exchange to help stabilize the currency Laos, while the rest will be used for the import of goods produced in Indonesia required the State Laos.
In addition, Indonesia agreed to give indirect support to commercialize or contact the international body that has or has not helped the State Laos such as the World Bank, the International Monetary Founding Found (IMF), the Asian Development Bank to help the country Laos or increase the amount of aid.
Indonesia also expressed willingness to provide the necessary technical assistance the State Laos, for example, in agriculture, administration, mining and education.
C) on February 9, 1975, the Regional Earthquake Overwrite Sukabumi
On February 9, 1975 has been a pretty big earthquake in the area Sukabumi, resulting in damage to buildings and homes in some districts such as: Cibadak, Cicurung, Parangkuda and others.
In an effort to address and alleviate the burden of the earthquake victims in Sukabumi that the Central Government, Local Government and the public have contributed and to take immediate steps to repair damaged buildings caused by the earthquake.
It should be noted that the previous week had been a landslide in the area between the Cianjur-Bandung resulting interruption Cianjur-Bandung highway so that the Government deems it necessary to make a new road along the eight kilometer for traffic between the two sites are not disturbed.
D) February 15, 1975, Commission President Soeharto At Memorial 25th Anniversary Universitas Indonesia
In commemoration of the 25th Anniversary of the University of Indonesia on February 15, 1975, President Soeharto has been pleased to present and address. In an address to the President for the umpteenth time to invite the university world to work together to conduct scientific research in order to appreciation and implementation of Pancasila in their daily lives.
In the occasion of President Suharto reveals again the view that society is a society that ° Based familial and religious. Dikemukakakn that "Pancasila society" is a society that is "socialistic religious" with the principal characteristics:
a) does not justify the existence of poverty, backwardness, division, exploitation, capitalism, feudalism, colonialism and imperialism, and therefore must be shared eliminate, and
b) the obligation to live his life with piety to God Almighty. Love the country, love to fellow human beings, love working, and willing to sacrifice for the sake of the people.
E) On 3 April 1975, President Soeharto visit to Australia and other countries in 1975
In April 1975, from the 3rd to the 5th, President Soeharto paid a working visit to Townsville (Queensland), Australia. Except as children working visit, also used the occasion to hold exchange thoughts on various issues faced by the two countries in addition to efforts to further strengthen and enhance the friendly relations between Indonesia and Australia. In an ongoing employment opportunities visit unofficially, President Suharto has also visited a farm in the state of Queensland.
In the year 1975 it anyway, then President Suharto in a row paid a working visit to:
1) Iran, from May 26 to June 29, 1975, President Suharto was welcomed to the State of the Union speech at the airfield Mehrabat, Iran along with the Shah of Iran and the respect for the national anthem of the two countries;
2) Yugoslavia, from June 30 until July 2, 1975, President Suharto met with President Josip Bros Tito in Belgrade, Yugoslavia, to inspect a guard of honor. In addition, President Soeharto reviewing a shipyard in Yugoslavia;
3) Canada, from June 2 through July 5, 1975, President Soeharto and Mrs. Soeharto was greeted by the Governor General of Canada, Jules Leger.;
4) the United States, on July 5, 1975, President Soeharto and Mrs. Soeharto only lasts about 4 hours of being greeted by President and Mrs. Gerald Ford at the resting place of President of the United States., And
5) Japan, from June 6 through July 9, 1975, President Soeharto held talks and meetings with Prime Minister Takeo Miki.
F) 20 April 1975, Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
On April 20, 1975, in commemoration of Kartini Day, President Soeharto inaugurated the Taman Mini Indonesia Indah (TMII), a project for which construction was initiated by the "Harapan Kita Foundation", a foundation that afforded by the mothers, chaired by Mrs. Tien Soeharto .
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) built on the land area of 120 ha in the village LubangBuaya, District Pondokgede, Jakarta, gives a fairly complete overview on Indonesia in its tiny (miniature). Here we can see include custom homes as well as a variety of arts and culture of Indonesian people from all over the country and the other 26 provinces.
This park is a project that has the function of an important and widespread, especially in the promotion and development of culture and other facets of life of all the people of Indonesia's national unity.
Present at the opening ceremony were Philippine First Lady, Mrs. Imelda Marcos and First Lady of Singapore, Mrs S. G. Sheares.
G) dated May 26, 1975, visit of the President of India, Shri Fachruddin Ali Ahmed, and the other guests until August 17, 1975
President of India, Shri Ali Ahmed Fachruddin a state visit to Indonesia on 26 until the date of May 31, 1975.
After the visit of the President of India, Shri Fachruddin Ali Ahmed, visit the Prime Minister of Thailand Indonesia, Kukrit Pramoj, from 11 until 14 June 1975.
President of India, Shri Fachruddin and Lady Shri Ali Ahmed Ali Ahmed Fachruddin exchanging mementos with President Soeharto and Mrs. Soeharto.
Prime Minister of Thailand, Kukrit Pramoj greeted by President Soeharto at Airports Halim Perdanakusuma, Jakarta.
H) June 6, 1975, Indonesia Seize the Uber Cup
On June 6, 1975 for the first time putrid Indonesia badminton team won the Uber Cup, the symbol of excellence world badminton women.
Seizure Uber Cup finals were held in Jakarta on May 31 until the date of June 6, 1975, followed by the finalists from Australia, Canada, Malaysia, Indonesia, Japan and the UK.Indonesian Uber Cup team that won the Uber Cup consisted of Mrs. Minarni, Regina Masli, Imelda Wiguna, Theresia Widyastuti, Taty Soemirah and Utami Dewi.
With the capture of the Uber Cup, the international badminton in the history of Indonesia is the only country that holds the Thomas Cup and Uber Cup Cup once.
I) On July 21, 1975, the National Conference of All Indonesian Ulama
On July 21 to July 27, 1975, in Jakarta organized the National Ulama Council of Indonesia. In the National Congress which was attended by 150 participants was discussed various issues, especially those mennyangkut role of religion and religious leaders in development.
As a result of the National Assembly (General Assembly) was formed by the Indonesian Ulema Council Professor Dr. Hamka as Chairman of the Board.Assembly cleric has only administrators only and has no members.
With the formation of Ulema Council, not only will be created increasingly close relationship and mutual understanding in the lives of Muslims, but is also expected to fostering harmonious life among people of different faiths will be implemented through the container "Inter-Religious Consultation Board", which allows representatives of religious organizations: the Muslim Ulema Council, the Supreme Council of the Indonesian Bishops (MAWI) for Catholic Christians, the Council of Churches in Indonesia (DGI) for those Protestant, Hindu organizations that collect and Buddhism, as well as organizations that collect the flow of faith in God the Almighty for consultation and perembugan together under the guidance of the Government.
Ulema Council Program includes: into, perfecting and strengthening the organization, quality improvement and increased clerical Muslim brotherhood, procurement and utilization of funds, as well as solving the problem of religion, especially those related to national development.; Exit, covering issues of national development, national security, and the issue of religious harmony.A) On August 2, 1975, Inauguration of Development Projects in Connection Warning Anniversary of the Republic of Indonesia to the 30th
In a series of events commemorating the independence of the Republic of Indonesia to the 30th. President Soeharto in a row in August has launched new projects and review the progress of development projects that have been running in various regions.
The event began on August 2 with the inauguration of the production of low-cost housing component Suriakencana in Cibadak, Sukabumi. On August 4, followed by the opening of two cement factories in Cibinong, each with a capacity of 500,000 tons a year.
Then on August 6 President Soeharto hold a review into Kota Gede, Yogyakarta.To see the development of folk craft projects (silver) on the same day President Suharto proceeded to Mojokerto, East Java, to inaugurate a textile factory.
On August 7, President Soeharto towards Sumatra to inaugurate the Institute Cadika Scouts of North Sumatra, Art and Culture Complex Terrain Park, the project and the Trans-Sumatra Microwave Rajawali Plywood Factory. Then on August 9, President Soeharto go back to Lampung to inaugurate a factory bike and food manufacturers as well as reviewing the Guidance project Clove.
After Memorial Day August 17, on August 19, President Soeharto inaugurated the road Pejambon Pancasila Building, Jakarta, and in the evening exhibition Domestic Production in the Building Industry PolaJakarta. The next day President Soeharto inaugurated the Student Sports Arena in Kuningan, Jakarta.
The inauguration of development projects in commemoration of the anniversary of independence for level-30 symbolizes the struggle of the Indonesian nation after 30 years of independence, the independence struggle filled with a real effort in the development of Indonesian society to create a just, prosperous and prosperous.In addition to the project, which was inaugurated President Soeharto, in commemoration of Independence Day has also unveiled the inaugural projects undertaken by ministers, governors and other officials.
President Soeharto inaugurated low-cost housing component production center in Cibadak on August 2, 1975, the center of production of low-cost housing component, which is the result of technical cooperation with the Government of Belgium, can produce 3,000 tons of artificial board prefab day or 5,000 a year.President Suharto accompanied by the Minister of Transport, Dr. Emil Salim and CEO Perum Telecommunications, Ir. Willy Munandir, try the Trans-Sumatra Microwave network by having a direct relationship with the Governor of Andhra Pradesh, Ali Sadikin, Governor of East Java, Moh. Noer, and the Governor of Bali, Soekarnaen on August 7, 1975.
Pancasila Building attended by Ms. Hatta, Mrs. Adam Malik, Mrs. Suharto, and former President, Moh. Hatta, Minister of Foreign Affairs, Adam Malik, and Vice President, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
C) On August 17, 1975, 30 Years of Independent Indonesia
On August 17, 1975 30-year-old fulfilled the independence of Indonesia which was proclaimed on August 17, 1945.
This event is commemorated in particular. Atmosphere more festive and more impressive than in previous years despite past concerns remain within the limits inherent in a nation that is struggling to break away from the shackles of poverty, build, and develop the independence which he had taken 30 years earlier.
Warning seconds Proclamation performed at Merdeka Palace courtyard on August 17, 1975. The highlight of the celebration is the flying of the flag duplicate Saka Merah Putih heritage, performed by students from all over Indonesia exemplary. The event was preceded by the reading of the manuscript tersbut Proclamation by the President of the House of Representatives, K. H. Idham reading of prayers by the Minister of Religious Affairs, Prof.. Dr. K. H. A. Mukti Ali, and concludes with offerings of songs by 3,000 students and schoolgirls son.
The series of anniversary of independence in the 30's was started in early August with the inauguration of various development projects and other activities, including the selection of village heads and teachers of exemplary national level.
The series of commemorations of independence in Jakarta began on August 14 with the Scouts Big Apple event at the National Monument (partners). On August 15, at the presidential palace was held awarding honors and a hero to the State officials and to the heroes who have died.
On August 16, President Soeharto Speech delivered before the General Assembly House of Representatives (DPR) and in the evening performed Apples and Meditations Sacred Honor Heroes Cemetery in Kalibata.
On August 17 afternoon ceremony held Flag decrease the Saka Merah Putih suave forwarded to the State Palace to the veterans, retired, superannuated and warakawuri.
There was the night of President Soeharto held state reception attended by members of the diplomatic corps. On that occasion, President Soeharto and Mrs. Suharto, vice president, chairman of the House of Representatives, and Mrs. Idham receives congratulations from ambassadors and heads of foreign missions in Jakarta.
On August 18, the morning of the march organized development and in the evening held a night of art at Convention (Convention Hall), Senayan.
Anniversary of Independence of Indonesia to the 30th is celebrated with solemn and festive in the entire country. People in lingkugannya each well in the neighborhood as well as the work environment, participate spontaneously and worked togethe
0 comments:
Post a Comment